MATA INDONESIA, JAKARTA – Video warga di desa Sumurgeneng, kecamatan Jenu, kabupaten Tuban, Jawa Timur membeli mobil Toyota Innova, Mitsubishi Pajero, hingga Honda Jazz viral.
Pasalnya bukan cuma satu dua warga yang membeli mobil. Sedikitnya ada 17 truk pengangkut yang membawa mobil dengan harga Rp 250 juta-an hingga Rp 500 juta-an memenuhi jalan di desa tersebut. Total, lebih kurang desa Sumurgeneng kedatangan 176 mobil baru.
Belakangan, menjadi jelas penyebab warga desa Sumurgeneng itu menjadi miliarder. Mereka memperoleh ganti rugi pembebasan lahan dari PT Pertamina (Persero) karena di atas lahan tersebut akan dibangun proyek kilang Tuban.
Pertamina memberikan ganti rugi atas pembebasan lahan dengan harga sekitar Rp 600.000 hingga Rp 800.000 per meter persegi. Dengan luas tanah yang mencapai ratusan meter hingga beberapa hektare, alhasil, banyak warga mendadak punya uang miliaran rupiah.
Adapun Kilang Tuban merupakan proyek dari usaha patungan antara Pertamina dan perusahaan migas asal Rusia, Rosneft. Pada 2017, kedua perusahaan membentuk PT Pertamina Rosneft dengan komposisi saham 55 persen (Pertamina) dan 45 persen (Rosneft).
Pengembangan kilang ini kemudian membutuhkan pembebasan lahan seluas 841 hektare (Ha) dengan nilai Rp 211,9 triliun. Kilang Tuban ini sebenarnya telah masuk dalam proyek infrastruktur prioritas Presiden Joko Widodo (Jokowi) sejak periode pertama. Namun seperti banyak proyek di Indonesia, Kilang Tuba masuk dalam proyek mangkrak salah satunya karena perkara pembebasan lahan.
BKPM pun sampai membentuk tim khusus dalam rangka mempercepat penyelesaian masalah di Tuban. Hal tersebut dilakukan karena proyek ini diklaim akan memberikan dampak positif secara langsung, di antaranya penyerapan hingga 20.000 tenaga kerja pada saat konstruksi dan 2.500 pekerja dalam tahap operasional.
Dukungan terhadap penyelesaian proyek Kilang Tuban juga disampaikan oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir. Pada 30 Maret 2020, dia memastikan proyek pembangunan kilang milik Pertamina bakal terus berlanjut ditengah pandemi Covid-19, termasuk kilang gross root refinery (GNR) yang ada di Tuban.
Kilang Tuban diperkirakan bakal memberi tambahan pasokan untuk kebutuhan BBM, LPG dan Petrokimia berkualitas untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Dengan kapasitas sebesar 300 kbpd, Kilang Tuban juga dapat memperkuat ketahanan, kemandirian dan kedaulatan energi nasional, sehingga tidak lagi tergantung dengan impor.
PT Pertamina (Persero) juga memiliki mega proyek strategis bernilai USD 43 miliar atau sekitar Rp 602 triliun (asumsi kurs Rp 14.000 per USD 1), yakni mega proyek kilang minyak dan petrokimia.
Proyek ini terdiri dari kilang bahan bakar minyak (BBM), petrokimia, hingga kilang pengolahan minyak sawit (Crude Palm Oil/CPO) menjadi bahan bakar (biorefinery). Berdasarkan data terbaru Pertamina, setidaknya ada 10 proyek kilang dan petrokimia yang akan dibangun.
Bila keseluruhan proyek ini berjalan, maka tentunya akan memberikan efek berganda (multiplier effect) bagi perekonomian nasional, maupun daerah. Selain akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja, ini juga bisa memajukan perekonomian daerah setempat proyek ini berada.
Seperti yang terjadi di Tuban, meski proyek ini belum dibangun secara fisik, bahkan baru sampai tahap pembebasan lahan. Namun, ini malah membuat warga setempat kebanjiran rezeki dengan adanya uang ganti rugi dari pembebasan lahan untuk Kilang Tuban ini.
Reporter: Indah Utami