Bisa Membunuh dan Memabukkan, The Poison Garden Taman Paling Berbahaya di Inggris

Baca Juga

MATA INDONESIA, LONDON – Di utara Inggris, tepatnya di wilayah Norhumberland terdapat taman dengan pemandangan yang sangat indah. Namun keindahan ini ternyata menyimpan bahaya. Taman ini adalah rumah bagi lebih dari 100 tanaman yang beracun, memabukkan, dan mengandung narkotika.

Beberapa orang menjuluki taman ini dengan nama The Poison Garden. Berdiri pada 2005, taman ini berlokasi di Alnwick, Northumberland dan terbuka untuk umum.

Sebelum masuk taman ini terdapat tanda peringatan pada gerbang besi berwana hitam. ”Tanaman-tanaman ini dapat membunuh.” Lengkap dengan hiasan tengkorak dan tulang-belulang.

Peringatan itu bukanlah lelucon. ”Sebelum pengunjung diizinkan masuk, mereka harus mendapat pengarahan keselamatan,” kata Dean Smith, seorang pemandu di Poison Garden.

Intruksi untuk pengunjung; mereka tidak diizinkan untuk menyentuh, merasakan, atau mencium apa pun. Namun, tetap saja ada beberapa pengunjung yang pingsan karena menghirup asap beracun saat mereka berjalan. Musim panas 2014, tujuh orang dilaporkan pingsan karena menghirup aroma beracun saat berjalan melalui The Poison Garden.

Salah satu tanaman beracun di taman ini adalah tanaman monkshood, atau wolf’s bane. Tanaman ini mengandung aconitine, sebuah racun saraf dan racun kardio.

Tanaman monkshood, atau wolf’s bane, yang mengandung aconitine, sebuah racun saraf dan racun kardio.
Tanaman monkshood, atau wolf’s bane, yang mengandung aconitine, sebuah racun saraf dan racun kardio.

Namun, itu bukan yang terburuk: “Tanaman paling beracun yang kami miliki di sini adalah risin [yang mengandung racun risin] atau biji jarak atau tanaman minyak jarak,” kata Smith.

Dan The Guinness Book of World Records menganggap Risim sebagai tanaman paling beracun di dunia.

Budidaya

Anehnya, banyak tanaman liar di Inggris tumbuh subur di taman ini.

”Sebagian besar tanaman sangat mudah di-budidayakan,” kata Smith.

Bahkan semak-semak taman rumah yang populer seperti rhododendron terdapat di taman ini. Daunnya mengandung grayanotoxin yang akan menyerang sistem saraf seseorang jika dikonsumsi. ”Tapi Anda tidak mungkin memakan daunnya, karena rasanya menjijikkan,” kata Smith.

Kemudian ada pohon laburnum, pohon paling beracun nomor dua di Inggris (pohon yew yang lebih berbahaya).

Banyak orang memilikinya di sekitar rumah mereka karena bunga kuningnya yang indah, tetapi mengandung racun yang disebut cytisine.

“Pohon itu sangat beracun,” kata Smith, “jika salah satu cabangnya jatuh ke lantai, tergeletak di sana selama beberapa bulan. Dan kemudian seekor anjing datang, mengambilnya dan biasa menjilatinya. Maka dalam hitungan detik anjing itu akan mati,” katanya.

Beberapa tanaman tidak perlu dikonsumsi, disentuh, dicium, atau diubah menjadi zat psikedelik untuk membunuh Anda.

Daun Prunus laurocerasus (yang juga dikenal sebagai cherry laurel atau English laurel) mengandung dua komponen (glikosida sianogenik dan ion sianida) yang, secara terpisah, tidak akan membahayakan Anda.

Tetapi jika seekor hewan menumbuk daun dengan mengunyahnya – atau jika manusia mengambil pemotong pagar untuknya – tanaman itu menghasilkan gas sianida.

”Biasanya Anda berada di luar ruangan ini, yang berventilasi baik, pada hari yang berangin, itu mungkin tidak akan menjadi masalah,” katanya.

Jadi selalu kenakan sarung tangan saat Anda berjalan-jalan di taman ini.”Jangan melepas sarung tangan dengan cara mencabutnya dengan gigi Anda,” kata Smith.

Dan ini memang SOP para tukang kebun yang bekerja di Poison Garden.

”Pada beberapa wilayah kebun, kami tidak perlu mengambil tindakan pencegahan sama sekali. Khusus pada kebun hogweed raksasa, maka pakaian yang kami gunakan lengkap. Setelan hazmat, masker wajah, sarung tangan,” kata Kepala tukang kebun Robert Ternent.

Milik Duchess of Northumberland

Taman ini awalnya milik Jane Percy yang menjadi Duchess of Northumberland. Sebuah wilayah di timur laut Inggris yang membentang hingga perbatasan Skotlandia.

Jane Percy
Jane Percy

Suami Jane, Duke of Northumberland memintanya untuk merawat kebun di kediaman mereka, Alnwick Castle, yang saat itu pebuh dengan pepohonan Natal.

Jane pun tak hanya menanam bunga mawar di taman. Pada 1996, ia mempekerjakan Jacques Wirtz, seorang arsitek lanskap yang bekerja dengan Tuileries di Paris dan taman-taman di kediaman presiden Prancis, untuk membantu menata kembali Alnwick Garden. Jane Percy saat itu berencana untuk membuat taman yang berbeda dari taman lain yang ada di pinggiran Inggris. Ia pun punya ide untuk membuat taman dengan tanaman obat.

Namun dalam sebuah perjalanan ke Italia, ia mengubah rencananya.

Setelah mengunjungi Medici Poison Garden, Jane terpesona dengan gagasan membuat taman berisi tanaman yang bisa membunuh dan bukannya menyembuhkan.

Suatu saat ia berkunjung ke situs arkeologi rumah sakit terbesar di Skotlandia Abad Pertengahan. Jane belajar tentang spons soporific. Ia juga belajar soal opium. Dan hemlock, tanaman untuk membius orang saat operasi amputasi pada abad ke-15. Hal inilah yang membuat minat Jane semakin besar untuk menciptakan taman yang penuh dengan tanaman mematikan.

Jane Percy juga berpikir, itu adalah cara yang tepat untuk menarik minat anak-anak. Sehingga, Jane mulai mengoleksi tanaman-tanaman beracun untuk The Poison Garden yang ia bayangkan.

Saat memilih 100 tanaman di The Poison Garden di Alnwick, Jane memiliki satu persyaratan. Yakni, tanaman yang ia tanam harus memiliki kisah yang baik.  Menurut Jane, satu hal yang luar biasa adalah tanaman yang paling umumlah yang sama sekali tidak diketahui orang akan bahayanya.

Sebagai bagian dari misi pendidikan The Poison Garden di Alnwick, Jane Percy juga menanam beragam tanaman psikotropika. Mulai dari ganja (cannabis) hingga kokain (yang diproses dari daun tanaman coca).

Tanaman ini menjadi satu cara untuk pendidikan narkoba.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Flu Singapura Tak Ditemukan di Bantul, Dinkes Tetap Waspadai Gejala yang Muncul

Mata Indonesia, Bantul - Dinkes Kabupaten Bantul menyatakan bahwa hingga akhir April 2024 kemarin, belum terdapat kasus flu Singapura yang teridentifikasi. Namun, Dinkes Bantul tetap mengimbau masyarakat untuk tetap waspada. "Kami belum menerima laporan terkait kasus flu Singapura di Bantul. Kami berharap tidak ada," ujar Agus Tri Widiyantara, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantul, Sabtu 4 Mei 2024.
- Advertisement -

Baca berita yang ini