MATA INDONESIA, NEPAL – Umat Buddha percaya ada sejumlah tempat yang mirip surga di salah satu lembah Pegunungan Himalaya. Salah satunya adalah Beyul Pemako. Terletak di negara bagian Arunachal Pradesh di timur laut India yang terpencil.
Wilayah ini luar biasa indah. Mirip dengan negeri dongeng. Pintu gerbang masuk ke Beyul, tersembunyi di tebing di belakang air terjun di bagian yang paling tidak dapat diakses dari Yarlung Tsangpo Canyon, ngarai terdalam di bumi. Wilayah ini menjadi tempat kosong di peta sampai saat ini.
Pada awal 1990-an, sebuah peneliti beragama Buddha bernama Ian Baker – ia kemudian menulis tentang pengalaman itu dalam bukunya The Heart of the World – akhirnya menembus daerah tersebut. Baker bersama timnya menemukan air terjun tinggi yang tersembunyi di dalamnya. Sebuah ngarai.
Saat mereka masuk dan menemukan wilayah ini, nyaris semuanya terngaga dan takjub. Ternyata mereka menemukan sebuah tempat yang luar biasa cantik, tenang dan penuh dengan kehangatan sinar matahari.
Legenda
Kisah ngarai dan lembah yang mirip surga ini sempat tak terdengar kabarnya selama berabab-abad. Barulah pada tahun 1962 seorang pendeta Tibet yang disegani bernama Tulshuk Lingpa menemukan peta yang mengarah ke Beyul Demoshong, salah satu surga di kawasan Himalaya.
Beyul adalah sebuah tempat di mana dunia fisik dan spiritual bersinggungan. Secara lebih spesifik, legenda beyul menyebutkan sebagai lembah surgawi yang tersembunyi dan lokasinya hanya akan terungkap ketika dunia menghadapi tekanan besar dan bahaya kehancuran akibat perang, kelaparan, atau wabah. ”Beyul adalah tempat sakral dan suci di mana para lama (guru agama Buddha Tibet) dapat memimpin umat di tengah perselisihan dan kesulitan,“ ujar Frances Klatzel, penulis sejumlah buku mengenai budaya Himalaya dan Buddha, termasuk Gaiety of Spirit – the Sherpas of Everest.
Konon, tak sembarang orang bisa masuk ke beyul. Hanya seorang Buddhis berhati murni yang telah menghadapi cobaan besar yang dapat memasukinya. Bagi umat Buddha, apabila seseorang memaksa memasuki Beyul tanpa memenuhi syarat itu akan berujung pada kematian.
Klatzel menjelaskan, pencipta beyul adalah seorang pendeta Padmasambhava. Ia seorang guru tantra Vajra Buddha yang berperan menyebarkan ajaran Buddha di seantero Tibet dan Himalaya sekitar abad ke-8 atau ke-9.
”Selama perjalanannya di Himalaya, Padmasambhava menyadari bahwa era perselisihan akan datang. Jadi ia menggunakan kekuatan spiritualnya untuk mensucikan dan ‘menyembunyikan‘ lembah tertentu. Ia menulis ayat yang menjelaskan lokasi serta syarat untuk memasukinya,“ kata Klatzel.
Ayat-ayat itu tersembunyi di gua-gua, di dalam biara-biara, hingga di balik air terjun di seluruh Himalaya. Ayat-ayat itu hanya dapat terlihat oleh para lama pada waktu tertentu saja. Tidak ada yang mengetahui secara persis berapa jumlah beyul yang ada. Namun banyak yang meyakini bahwa ada 108 beyul, meskipun sebagian besar lokasinya belum terungkap.
Mayoritas beyul yang keberadaannya telah terlacak di sisi selatan Himalaya berada di wilayah yang lebih hijau, lebih basah, lebih subur, dan lebih hangat.
Beberapa di antara beyul-beyul itu memang ada. Seperti Sikklim di timur laut India, lembah Helambu, Rolwaling, dan Tsum di Nepal. Tempat ini menjadi tempat para biksu tinggal selama berabad-abad. Ada yang lokasinya ketahuan, tetapi tidak sembarang orang bisa masuk dan punya akses ke lokasi ini.
Seseorang bisa saja menginjakkan kaki di lokasi beyul, namun ternyata ia tetap tidak berada di dalamnya.
Gagasan tentang tempat tersembunyi ini kerap dianggap sebagai sesuatu yang berasal dari dongeng. Namun saat Baker menemukan dan meneliti naskah-naskah kuno yang mendeskripsikan tentang beyul, ternyata tempat itu memang ada.
Kisah Tulshuk Lingpa yang menemukan peta yang mengarah ke Beyul Demoshong juga menarik, Gerbangnya berada di suatu tempat di lereng gunung tertinggi ketiga di dunia, Gunung Kanchenjunga.
Ia pergi ke gunung itu bersama sekitar 300 pengikutnya. Alih-alih langsung memasuki beyul, Lingpa kembali untuk mengumpulkan seluruh pengikutnya.
Namun sebelum melintasi batas magis menuju lembah surga itu, sebagian besar orang termasuk ia tewas akibat longsoran salju.
Suku Sherpa
Salah satu suku yang menjadi penjaga dan bisa masuk ke Beyul itu adalah Suku Sherpa. Suku ini terkenal sebagai pendaki, porter, dan pemandu trekking terkenal di Himalaya, khususnya Gunung Everest.
Tetapi suku ini ternyata tidak mendiami wilayah selatan Everest saja. Dalam sebagian besar riwayat suku mereka, Sherpa pernah menetap di wilayah Kham di Tibet timur yang saat ini menjadi bagian dari provinsi Sichuan di Cina.
Kenapa Suku Sherpa bisa menemukan beyul, ini karena jasa Sangya Dorje seorang guru Buddha Tibet. Ia memutuskan sudah saatnya membuka dan menemukan Beyul Khumbu.
Dia memimpin suku Sherpa melewati jalan Nangpa La yang menakutkan sepanjang 5.716 meter menuju tanah yang subur. Suku Sherpa kemudian sampai di Khumbu, nama untuk daerah di sekitar sisi Gunung Everest bagian Nepal.
Ternyata Khumbu bagaikan surga di dataran tinggi.
Saat ini, wilayah Khumbu kedatangan ribuan pengunjung dari seluruh dunia setiap tahun untuk mendaki ke base camp Gunung Everest yang termahsyur. Namun tak ada yang menyangka bahwa Khumbu sebenarnya adalah salah satu beyul.
Selain itu ada Lawudo Gompa, yang berlokasi di lereng hutan yang curam. Wilayah ini menjadi salah satu tempat paling suci lembah Bhote Koshi Nadi, Nepal. Lawudo Gompa berjarak dua lembah di sebelah barat base camp Everest.
“Kebanyakan orang mengira hanya ada empat lembah di wilayah Khumbu, tapi itu tidak benar,” kata Dawa Sangye Sherpa, seorang biarawati berusia 82 tahun yang telah tinggal di gompa (biara kecil Tibet) selama lebih dari 50 tahun.
“Di belakang Gompa ada tebing besar yang disebut Dragkarma. Dan di tebing itu ada pintu gerbang yang menuju beyul lembah rahasia kelima,” katanya.
“Itu lah jantung dari beyul.”
Biara Thame dianggap sebagai salah satu biara tertua di Khumbu sekaligus tempat yang sangat penting secara spiritual.
Sebagian orang bahkan meyakini bahwa biara Thame adalah jantung spiritualitas di Khumbu.
Jalan setapak dari Lawudo menuju Thame berputar mengitari tebing di pinggir ngarai yang dibentuk oleh puncak-puncak gunung. Lalu tiba-tiba jalan setapak itu mengarah ke lembah yang luas dan desa Thame pun tampak di ujungnya.
Penulis: Alya