MATA INDONESIA, BERLIN – Jika ingin melihat negeri dongeng, datanglah ke Jerman. Terletak di antara pegunungan Alpen dan taman alam Schonbuch, di arah barat daya Jerman. Terdapat kota Tubingen. Inilah kota negeri dongeng yang keindahannya mengalahkan wahana-wahana kota milik Disney.
Kota ini mirip negeri dongeng karena pembangunannya tertata dengan baik. Dengan gang-gang berbatu, rumah-rumah kayu tua, dan kanal-kanal yang beriak. Beruntungnya pada saat Perang Dunia II, kota ini sama sekali tidak hancur dan tetap bertahan hingga sekarang,
Sungai Neckar mengalir melalui pusat kota, membentuk sebuah pulau kecil – bernama Neckarinsel – yang penuh dengan bunga-bunga di musim semi dan bersinar seperti emas di musim gugur.
Tübingen terletak di Swabia, wilayah Jerman yang merupakan salah satu tempat tercerah di negara itu. Kehangatan sinar matahari membuat kota itu jauh lebih ceria daripada wilayah lain yang lebih redup karena cuaca hujannya.
Di kota ini terdapat Universitas Tubingen. Sekolah ini merupakan universitas terbesar dan terkemuka di negara bagian Baden-Wurttemberg setelah Universitas Heidelberg. Kota ini jaraknya sekitar 50 km dari kota Stuttgart. Orang Jerman menyebut kota ini sebagai kota sekolah. Tak heran beberapa orang Jerman menyebut kota ini sebagai ‘ Tubingen hat keine Universitat. Tubingen ist eine Universitat. yang artinya Tubingen tidak memiliki universitas. Tubingen adalah universitas.
Kota universitas dengan jumlah penduduk 90.546 jiwa, (berdasarkan catatan tahun 2018), memiliki 28.000 mahasiswa, 500 profesor dan lebih dari 4.600 ilmuwan. Universitas Tübingen merupakan universitas terbesar di negara bagian Baden-Württemberg setelah Universitas Heidelberg.
Eberhard Karls Universitas Tubingen adalah salah satu dari 11 universitas terbaik dan bergengsi di Jerman. Universitas ini berdiri pada tahun 1477, dengan 7 fakultasnya tersebar di seluruh sisi kota.
Di kota tuanya, beberapa rumahnya pernah tinggal lmuwan terkenal. Sebut saja Johannes Kepler, Alois Alzheimer, William Ramsay dan lainnya. Selain itu ada 9 orang peraih Nobel terkait dengan Universitas ini, yaitu dari bidang kedokteran, kimia dan fisika.
Di alun-alun kota berdiri satu bangunan yang lumayan besar. Balaikota (Rathaus) dengan hiasan jam Astronomi di bagian depannya. Gedung ini berdiri pada tahun 1435 dengan bangunan tiga lantai. Kemudian pada tahun 1508 ditambah menjadi empat lantai, kemudian dilengkapi dengan hiasan jam Astronomi pada tahun 1511.
Jam Astronomi ini adalah hasil karya Johannes Stöffler (1452-1531), seorang ahli Matematika, Fisika dan Astronomi. Ia juga adalah salah satu mantan Profesor di Universitas Tubingen. Sampai saat ini jam tersebut masih berfungsi baik, menunjukkan fase bulan dan memberikan informasi mengenai posisi matahari dalam zodiak, juga gerhana bulan dan matahari.
Stocherkahn
Nah yang menarik, saat musim panas, di sungai Neckar ini banyak sekali lalu lalang Stocherkahn (perahu sejenis Gondola). Ada penyewaan perahu ini dengan pendayungnya. Ada tersedia perahu yang muat untuk 18 orang penumpang, ada juga perahu yang lebih kecil.
Bahkan tersedia juga perahu seperti mengayuh sepeda untuk berdua sampai empat orang. Asyik sekali menyusuri sungai ini sambil menikmati udara yang cerah.
Setiap tahunnya di sungai Neckar ini terdapat perlombaan mengayuh gondola. Pesertanya selain warga juga para pendatang.
Kota Tubingen setiap tahunnya menyelenggarakan banyak festival. Seperti festival musik, pameran bunga mawar (Rosenfest), summer festival oleh Asosiasi Perhotelan dan Restoran, ChocolART (Festival Coklat International), Weihnachtsmarkt (pasar Natal).
Pada 1995, mingguan Jerman, “Focus” menerbitkan sebuah survai nasional yang menyatakan bahwa Tubingen memiliki kualitas hidup yang paling tinggi di antara semua kota di Jerman. Menurut majalah itu, kota ini terkenal dengan kota yang inovatif. Warganya punya kesadaran yang tinggi pada alam. Hal itu menjadi daya tarik Tubingen. Penduduknya berinisiatif membangun perumahan sendiri. Memasak dan berbelanja bahan makanan secara kolektif. Dan sebagian besar adalah vegan. Tak hanya itu, penduduknya ikut aktif dalam politik, memiliki kesadaran tinggi akan sosial dan ekologi, dan ikut serta pada panggung budaya dengan menyelenggarakan konser, diskusi, festival, dan pesta.
Karena Sebagian besar penduduknya adalah vegetarian, Tubingen merupakan peserta resmi di acara Veganuary, sebuah ajang tahunan yang menantang orang untuk menjadi vegan selama bulan Januari. Selain vegan, penduduk sangat sadar akan lingkungan yang sehat.
Pada 2022 telah disahkannya peraturan bahwa mobil tidak boleh melintasi jalan pusat kota lagi. Untuk alternatif lainnya bisa menggunakan bus dan sepeda. Semua kalangan mendapatkan bus gratis pada hari Sabtu, namun untuk mahasiswa bisa bepergian dengan bus gratis pada akhir pekan setelah pukul tujuh malam.
Tubingen menjadi kota pertama di Jerman yang berstatus “Kota Hijau” dan mengatur pajak kemasan dengan pembayaran lima puluh sen untuk setiap kemasan sekali pakai, seperti cangkir kopi, mangkuk es krim sampai piring makanan dan semua peralatan makan sekali pakai seperti garpu, pisau, dan sendok dikenakan biaya tambahan dua puluh sen. Penerapan pajak sudah diawali dengan sangat baik, beberapa minggu pertama jumlah sampah berkurang hinggal 15%.
Sehingga saat orang hidup dan tinggal di kota ini, mereka akan berpikiran tinggal di negeri dongeng, dengan segala keteraturan dan kenyamanan untuk hidup.
Reporter: Fadila Aliah Hakim