The Batman Membuka Tabir Awal Mula Kekacauan di Kota Gotham

Baca Juga

MATA INDONESIA – Sempat terkantuk-kantuk di awal film, The Batman karya Matt Reeves menjadi sempurna di akhir film. Sejumlah penonton yang menyaksikan Film The Batman dengan durasi 180 menit menyatakan rasa puasnya.

Nyaris 80 persen suasana film ini begitu suram dan buram. Kegelapan menjadi tanda kehadiran Batman. Horor saat mendengar derap sepatu Batman yang muncul dari kegelapan.

Matt Reeves sebagai sutradara film ini menggarap konsep yang berbeda dibandingkan dengan film sebelumnya. Hal ini bisa terlihat dari alur cerita dan karakter. Batman (diperankan Robert Pattison)  bukan lagi seorang sosok superhero Ia adalah detektif yang membantu memecahkan masalah bersama Letnan James “Jim” Gordon (Jeffrey Wright) yang mengizinkan The Dark Knight ini menyelidiki TKP bersamanya

Sinyal kelelawar yang diproyeksikan ke langit kota Gotham sudah menimbulkan ketakutan di hati para penjahat di kota itu. Tetapi Batman jelas bukan pahlawan bagi orang-orang Gotham. Sutradara Matt Reeves hanya ingin menunjukkan kegelapan dan teror di kota Gotham.

Tentu saja ada nuasa romantis antara Batman dengan Selina Kyle (Zoë Kravitz). Ini akan membawa pula kepada pemikiran penonton akan kepribadian Batman. Satu sisi sebagai Bruce Wayne dan di sisi lain adalah sebagai sang pembalas.

The Batman menyeimbangkan banyak cerita. Ada unsur drama, thriller dan sebagian besar plotnya misteri. Berbeda dengan Film Batman sebelumnya, film ini adalah versi Batman berperan sebagai the world’s greatest detective. Sesuai dengan pakem komiknya, Batman adalah deteftif dan bukan The Dark Knight

Batman berkonsentrasi pada mendeteksi, menganalisis sandi, menjawab teka-teki dan mengikuti beraneka petunjuk ke berbagai tempat. Ia memberikan pertanyaan ke beberapa orang yang bisa memberikannya resolusi. Yang menarik di akhir cerita akan ketahuan siapa sebenarnya biang keladi korupsi yang merajalela di kota Gotham.

Robert Pattison

Kritik bertubi-tubi terhadap Robert Pattison yang memerankan Batman sebenarnya tak beralasan. Justru Robert Pattinson sukses memerankan Batman sebagai sebuah teka-teki yang sedang belajar menjadi detektif. Di film ini, Batman terlihat rapuh. Pattison mampu menampilkan sosok Batman yang terlalu banyak mendapat beban trauma emosional yang rumit. Dia bukan Christian Bale, Tim Robins, George Clooney atau Van Kilmer yang punya karakter playboy. Pattison justru menampilkan Bruce Wayne sebagai sosok misterius yang tak ingin dikenal banyak orang.

Di film ini, Batman menggunakan otaknya sama banyak dengan memakai ototnya. Di balik topengnya yang serba gelap, dia adalah seorang individu yang rentan yang mencoba membuat perbedaan di dunia yang mengerikan.

Tak hanya Pattison yang bermain cemerlang. Ada Zoe Kravitz (anak musisi Lenny Kravitz dan Lisa Bonet) yang berperan menjadi Selina Kyle atau Catwoman. Atau Paul Dano yang  muncul sebagai pembunuh berantai yang gila dan menakutkan. Andy Serkis sebagai Albert, John Torturo menjadi kepala mafia dan yang memancing banyak perhatian adalah penampilan Colin Farrel sebagai Oswald Cobblepot alias Penguin. Nyaris tak ada yang bisa memperhatikan sosok Penguin selain akting Colin Farrel.

Gotham

Batman sudah sangat melekat dengan kota kelahirannya Gotham, kota entah berantah ciptaan sang kreator Batman, Bob Kane. Di film-film Batman sebelumnya Gotham adalah kota metropolitan yang berkembang pesat, canggih dan modern

Tetapi di film ini, Gotham merupakan kota yang suram dan kumuh. Suasananya selalu penuh keputusasaan dan hampir-hampir tanpa harapan. Penuh kejahatan dan korupsi dari pejabatnya hingga gang jalanan yang kejam. Hujan menguyur kota ini setiap harinya.

Suasana suram karena Gotham di film ini dominan oleh bangunan bergaya gothic. Termasuk Wayne Manor atau Wayne Tower yang menjulang tinggi di pusat kota Gotham. Gua kelelawar tempat Batman bersarang juga hanya seperti bangunan pabrik yang tak terurus dan penuh dengan kelelawar.

Film ini mendapatkan pujian dari para kritikus di situs web yang menyediakan informasi film dari seluruh Dunia yakni Rotten Tomatoes. Melalui akun Instagram resminya, film ini berhasil meraih skor 91% dari total 120 ulasan.

Penulis: Azzura Tunisya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

DBD dan Leptospirosis Ancam Warga Jogja di Musim Hujan, Dinkes Tekankan Hal Ini

Mata Indonesia, Yogyakarta - Menjelang musim hujan yang tiba pada Oktober 2024, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Jogja mengimbau masyarakat agar waspada terhadap peningkatan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Leptospirosis. Hingga saat ini, sudah tercatat ratusan kasus DBD tersebar di hampir seluruh kelurahan di Jogja.
- Advertisement -

Baca berita yang ini