MATA INDONESIA, JAKARTA– Fenomena kata pelakor mulai tren sejak 2017. Kini, di Indonesia tengah ramai dengan fenomena pelakor atau perebut laki orang.
Belakangan ini kisah para pelakor viral di sosial media. Maksud dari kata pelakor adalah seseorang yang berniat untuk merusak rumah tangga orang lain ataupun pasangan kekasih. Publik menilai sosok pelakor tak semuanya karena cinta melainkan harta seseorang.
Pelakor merupakan sebuah akronim dari kalimat perebut lelaki orang. Pasalnya, istilah ini merujuk kepada wanita, karena yang direbut adalah lelaki orang. Dilansir dari insert live.com, “istilah pelakor sendiri telah muncul di awal perselingkuhan antara Mayangsari dan Bambang Trihatmodjo. Kala itu, Bambang sendiri masih beristrikan Halimah dan dikabarkan berselingkuh dengan Mayangsari. Hal itu terbukti ketika Bambang akhirnya bercerai dengan Halimah dan menikahi Mayangsari tak lama setelah itu.”
Sejak zaman dahulu, sebenarnya istilah untuk menggambarkan wanita yang menjadi orang ketiga sudah ada. Namun, istilahnya adalah WIL yang artinya wanita idaman lain. Meskipun maksudnya sama, istilah tersebut terkesan lebih halus dari kata pelakor. Pasalnya, jika menggunakan istilah WIL, maka si wanita yang menjadi idaman. Kesannya adalah para laki-laki yang lebih dulu bersalah karena memiliki idaman lain. Saat ini, istilah WIL sudah mulai tak terpakai dan berganti menjadi pelakor. Hanya sebagian orang saja yang masih menggunakan istilah WIL.
Adapun yang mengatakan kata pelakor sendiri berawal dari film The Conjuring 2. Dalam film ini, panggilan untuk hantu di The Conjuring 2 yakni Valak, kemudian warganet memplesetkannya dengan Valakor. Keterkaitan ini berawal dari warganet menyandingkan foto artis yang dianggap sebagai orang ketiga dalam suatu hubungan dengan foto hantu valak. Hal ini, seolah-olah menggambarkan bahwa orang ketiga itu sama dengan hantu valak. Sehingga kata valakor sudah melekat dengan arti orang ketiga. Istilah ini menyebar dengan sangat cepat di dunia maya.
Berhasil menaklukkan hati laki-laki yang sudah berpasangan, dapat memberikan rasa kepuasan tersendiri dan menaikkan eksistensi. Sebenarnya, menjalin hubungan terlarang ini bukan saja menghancurkan rumah tangga orang lain tetapi reputasi si pelakor sendiri dapat rusak.
Adapun cara menghadapi pelakor antara lain: tetap kontrol emosi, komunikasikan dengan suami, temui pelakor dengan tenang, jangan pernah terlihat takut, tidak mengumbar status di media sosial, diskusikan dengan keluarga serta pikirkan matang-matang sebelum memutuskannya.
Azizah Putri Octavina