MATA INDONESIA, – Saat Covid-19 terjadi pertama kali di Wuhan. Saya sudah merasa ada yang perlu diperhatikan penanganan Covid-19 oleh Pemerintah Indonesia karena arus manusia ini secara global datang dan pergi tanpa bisa dibatasi. Tanpa mengecilkan peran Pemerintah, saya sudah melihat dengan seksama bagaimana Pemerintah Cina langsung bergerak cepat mengatasi pandemic di negaranya. Lockdown jadi gerakan yang pertama dan lalu diikuti tracing dari mereka yang terpapar sehingga dapat diputuskan rantai penyebarannya.
Sayang sekali begitu ada dua orang yang diketahui terpapar pada bulan Maret 2020, terjadilah awal dari peledakan pandemi di Indonesia.
Disadari bahwa kita agak terlambat mengatasi penyebaran Covid. Dalam waktu yang singkat penyebarannya sudah menyebabkan Pembatasan Sosial Berskala BEsar (PSBB) diterapkan oleh Pemerintah. Jumlah kasus dan kematian Covid-19 saat itu mulai meningkat
Perubahan kegiatan secara online
Saat diberlakukan PSBB itu saya sendiri sebagai pensiunan dan mapan dengan tata cara yang sangat konvensional, senang bertatap muka, kaget luar biasa.
Perubahan kegiatan sehari-hari yang tak pernah terpikirkan mulai dari aktivitas di luar seperti olahraga, komunitas menulis , bahkan kegiatan gereja, perubahan sosial, cara berkomunikasi, dan bekerja informal pun yang dulunya offline jadi online semuanya.
Serasa sedih hati, kecewa ketika hidup saya terkurung dalam sebuah rumah karena dibatasi kegiatan hanya seputar di rumah.
Begitu masuk babak awal, hati dan pikiran saya bingung, kecewa dan tidak pernah merasa bahagia. Dulu saya sering berkumpul dengan teman-teman untuk olahraga pagi (senam tera), bekerja baik informal maupun formal. Ada gathering dengan komunitas penulis, ada i pertemuan tatap muka dengan teman yang bekerja sama untuk satu proyek kecil-kecilan.
Tapi kondisi berubah total. Satu sisi, saya ingin beraktivitas di luar karena jenuh, tapi sisi lain mutasi Covid yang begitu cepatnya, saya sebagai orang yang tua tentu rentan terinfeksi Covid. Saya pun sadar bahwa kesehatan itu harus dijaga secara bersama-sama dengan melakukan 5M dan tetap membatasi kegiatan di rumah saja. Apalagi saat itu belum ada program vaksinasi.
Berita negatif dan informasi hoax yang bersliweran itu membuat mental sering “down” karena saya merasa tak punya daya , bahkan merasa sudah taat kepada Prokes tetapi ada celah-celah untuk orang lain yang tak taat yang membuat saya bisa terpapar.
Namun, perubahan pun terjadi , perlahan tetapi pasti, sebuah teknologi seperti zoom jadi tumpuan bagi saya untuk bisa mengatasi kegalauan baik untuk kegiatan social , ibadah, kegiatan pekerjaan.
Bagi seorang yang senior pun saya mulai belajar bagaimana menggunakan zoom. Awalnya, sulit luar biasa karena rasa takut salah dalam menggunakan. Gaptek jadi kendala utamanya.
Namun, setelah mulai terbiasa dengan zoom, saya rajin ikut dalam webinar kegiatan penulisan baik yang sangat menambah wawasan untuk blog saya seperti Pelatihan penulisan Ilmiah Populer, Literasi Digital. Akhirnya. saya terbiasa untuk menggunakan zoom untuk berbagai macam kegiatan.
Suatu ketika saya mendapat tawaran untuk menulis suatu topik tentang Hoax Kesehatan dengan mengikuti webinar tiga hari berturut-turut selama tiga hari. Lumayan berat yach topiknya karena materi ini dibawakan oleh seorang praktisi dan jurnalis yang telah mumpuni di bidangnya.
Selesai mengikuti webinar , saya pun menyelesaikan tugas saya untuk memberikan laporan dalam bentuk tulisan yang mendukung sosialisasi tentang “hoax dalam bidang kesehatan”. Begitu semangat dan suka sekali dengan topik yang sedang hangat diibicarakan orang , membuat saya cepat menyelesaikan dalam waktu singkat.
Kegiatan zoom jadi kegiatan rutin untuk semua aktivitas, mulai dari senam yoga, penulisan, sampai pertemuan dengan teman baik informal maupun formal (pekerjaan).
Perubahan ini saya sikapi dengan hati yang senang karena saya belajar banyak hal dengan teknlogi yang memudahkan dan membuat semua jadi lebih efisien.
Bahkan, saya tak pernah bayangkan bahwa saya bisa mengundang teman dekat untuk “join” dalam mengajak teman untuk ikut menulis. Walaupun materi yang saya bawakan sangat singkat tapi saya mengundang teman saya untuk memotivasi untuk menulis demi menyalurkan hobi maupun untuk pekerjaan.
Mungkin ada teman saya yang tak percaya mengapa saya memberanikan diri untuk webinar singkat tentang penulisan. Apa kompetensi saya? Saya memang tak punya kompetensi tinggi , kemampuan menulis saya belum setinggi dari penulis hebat seperti Tere-liye, A.Fuadi, Andrea Hirata. Tapi keinginan untuk berbagi atas apa yang saya miliki dan pelajari selama ini baik dari seminar maupun hasil dari beberapa lomba blog.
Bantu teman yang terpuruk
Saya ikut membantu seorang teman UMKM yang bergerak dalam bidang kerajinan tangan, embroidery, greencraft.id Pangsa pasar dan skala UMKM yang menengah dengan ekspor. Diawal tahun 2020 teman say aitu sudah menyiapkan bahan-bahan untuk pameran dan penjualan di sepanjang tahun 2020.
Sayangnya, pandemi menghancurkan rencana kerja dan semua order dikansel , bahkan tak satu pun pameran atau order diperoleh. Semua persedian ahan yang dibeli, harus dimasukkan ke Gudang.
Teman saya ingin menutup usahanya. Namun, jeritan dari para pekerja (tukang gambar, tukang border, tukang solder, tukang jahit, tukang cuci dan strika dan quality control serta marketing minta agar tetap diberikan pekerjaan.
Memutar otak, dan banting stir dari kerajinan rumah tangga, jadi kerajinan Kesehatan seperti masker, pakaian APD, tempat mukena dan lainnya.
Akhirnya, saya pun sedikit membantu pemasaran dengan storytelling #JualBarangTeman di posting saya di Instagram yang diadakan oleh Kompas.com. Hasilnya saya mendapat juara karena banyak pembaca atau cerita ini menyentuh orang banyak untuk ikut membantu.
Pelajaran baru untuk tetap semangat bangkit dari keterpurukan, dibalik kesulitan selalu ada peluang adalah perjuangan kita semua.
Penulis: Ina Tanaya
- http://www.inatanaya.com
- Facebook : http://www.facebook.com/ina.tanaya
- Twitter : https://twitter.com/tanaya1504
- Instagram : http://www.instagram.com/ina_tanaya
Semangat dan terus berkarya kak..
Seperti saya pernah ikut webinar penulisan itu. Thank you ya..
Kisah tentang kegigihan, ketekunan tanpa kenal lelah dalam menjalani pergumulan serta perjuangan pribadi dan karir sebagai penulis pada masa pandemi.
* From zero to hero* .
Patut menjadi inspirasi siapapun khususnya generasi muda!
Penalaran yang menarik sekali dan mengukuhkan bagaimana manusia mampu dengan cepat beradaptasi dan berinovasi hanya jika kita mau menerima perubahan yang terjadi.
Terimakasih sudah berbagi pengalaman dan membuka wawasan untuk kita lebih lagi dapat bergandeng tangan saling membantu tanpa batas.