MATA INDONESIA, – Mendengar kata pahlawan apa sih yang terbesit di pikiran para milenial?
Jujur saya sendiri pada awalnya malah lebih ingat pada tokoh kartun animasi Jepang yaitu All Might dari serial Boku No Hero Academia.
Di hari pahlawan, saya pikir menghargai dengan mengunggah gambar selamat hari pahlawan dan ikut serta dalam acara memperingatinya itu sudah cukup.
Namun apakah arti sebenarnya dari menghargai jasa pahlawan?
Saya tahu berbagai cerita tokoh Pahlawan Indonesia namun hanya sekilas, entah itu cerita yang masih sangat populer sampai sekarang seperti Ir Soekarno atau yang kurang dikenal seperti Wikana.
Karena harus menulis tulisan ini saya akhirnya membaca cukup banyak kisah pahlawan. Dari yang sedikit saya tahu kisahnya sampai yang saya tidak tahu sama sekali. Namun satu hal yang menjadikan mereka bersinar sebagai Pahlawan di mata saya. Yaitu kecintaan mereka pada Tanah Air yang sulit ditemui di waktu sekarang.
Setelah membaca saya sadar dan merasa bersalah telah melupakan jasa para pahlawan dan bersikap acuh tak acuh. Rasanya saya seperti orang yang tak tahu berterimakasih.
Entah karena hanya menikmati hasil tanpa harus berjuang apa-apa, penghargaan pada sesuatu yang berbau kenegaraan kini jadi sukar dihormati dan dihargai. Sebagai contoh, untuk mengibarkan bendera di zaman dulu harus melalui keringat dan darah namun kini tak begitu, siapapun bisa mengibarkannya dengan mudah. Sehingga kejadian seperti mengobrol dan bergurau saat upacara bendera menjadi hal lumrah dan biasa.
Namun sebenarnya tidak sedikit para milenial yang menghargai dan menghormati para pahlawan dengan benar. Mereka bahu membahu untuk melanjutkan perjuangan para pahlawan dengan pengaplikasian zaman sekarang. Setelah menulis artikel ini saya akan menjadi salah satu dari mereka.
Saya sering mendengar bahwa belajar sungguh-sungguh sebagai wujud menghargai para pahlawan adalah hal kecil yang bisa kita lakukan, namun bagi saya itu salah. Belajar karena menghargai jasa pahlawan adalah hal besar, karena kebanyakan orang tak berpikir demikian ketika belajar. Mereka cenderung memiliki tujuan untuk memperbaiki kehidupannya bukan demi menghargai sesuatu.
Jadi jika ada seseorang yang belajar karena menyadari bahwa dulu belajar itu sulit dilakukan dan tanpa adanya perjuangan para pahlawan di masa lampau. Bisa jadi itu hanya sekedar impian, maka itu adalah hal besar.
Meskipun begitu, orang-orang yang belajar demi realitas adalah mereka yang tanpa sadar ikut mewujudkan Indonesia yang diharapkan para pahlawan. Terlepas dari apapun niat mereka. Perjuangan pahlawan adalah untuk memperbaiki negeri yang mereka cintai dan meningkatkan kualitas sumber daya manusianya. Sperti apa yang diharapkan RA Kartini, Ki Hajar Dewantara dan para pahlawan pejuang pendidikan lainnya.
Kini perjuangan para pahlawan pendidikan telah diambil alih oleh para guru dan tokoh pendidikan lainnya, dengan sigap mereka siap melanjutkan estafet perjuangan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
Tokoh lain yang dimaksudkan disini adalah semua tokoh yang ikut andil dalam jalan menuju pengetahuan dan wawasan para rakyat. Entah itu tukang koran atau para penulis buku-buku apapun genre-nya. Sedikit banyak mereka lah yang membuka jendela pengetahuan dan wawasan bagi kita semua rakyat milenial diluar pendidikan konvensional.
Merekalah salah satu pahlawan masa kini.
Kembali ke awal, apakah arti sebenarnya dari menghargai jasa pahlawan?
Bagi saya yang seorang milenial, definisi menghargai jasa pahlawan berarti mengingat apa yang mereka lakukan dan korbankan demi kedamaian yang kita dapatkan sekarang. Dan menjadikannya sebagai pegangan untuk bergerak maju dan menghargai segala sesuatu yang tanpa perjuangan mereka itu tidak akan bisa kita dapatkan.
Bangsa yang besar ialah bangsa yang menghargai jasa pahlawannya, djas merah negeriku.
Penulis: Inka Nur Alisya
FB: Alissya Gamis