Kurban Nabi Ibrahim Menghentikan Sesembahan Manusia

Baca Juga

MATA INDONESIA, – Pengorbanan adalah hal paling mendasar dari Idul Adha. Penyembelihan kambing, sapi, unta saat perayaan merupakan warisan syariat dari jejak monumental Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail.

Peristiwa kurban sebenarnya simbol kuat untuk menyudahi tradisi pengorbanan manusia. Dan ini sudah berlangsung berabad-abad. Ide pengorbanan ini untuk mempersembahkan nyawa bagi dewa yang selama sesembahan mereka.

Ajaran untuk kurban sebenarnya pertama kali diperkenalkan di zaman Nabi Adam.

Saat itu, Allah SWT memerintahkan dua anak Nabi Adam, Habil dan Qabil untuk berkurban. Allah SWT menerima kurban dari Habil dan menolak milik Qabil. Hal ini membuat Qabil iri dan membunuh saudaranya sendiri. Inilah pembunuhan pertama di muka bumi saat itu.

Seiring waktu, bentuk kurban pun berubah-ubah. Dari awalnya hewan yang sebenarnya dagingnya dimakan beramai-ramai berubah menjadi santapan dan makanan Tuhan. Entah bisikan siapa perlahan-lahan kurban hewan dan tumbuhan berubah menjadi manusia.

Pada banyak peradaban, pengorbanan manusia sebagai ritual yang wajar. Praktik ini menjangkau banyak wilayah, seperti Romawi, Persia, Eropa kuno, daerah Pasifik Selatan, sejumlah wilayah Amerika, dan peradaban besar dunia kuno yang lain.

Dalam kepercayaan suku Maya misalnya, pengorbanan manusia untuk memuaskan para dewa. Tumbal manusia sebagai persembahan yang paling berharga. Biasanya, kurbannya dari para tawanan perang. Mereka akan dipenggal atau diambil jantungnya.

Peradaban Mesir kuno dan Tiongkok menceritakan bagaimana para budak harus masuk kuburan mengikuti majikannya yang lebih dahulu mati. Pelayanan pada tuan mesti berlanjut bahkan hingga alam kubur.

Di daratan Meksiko, bangsa Aztec menganggap darah manusia sebagai pelumas murni untuk dipersembahkan pada dewa matahari, agar sang surya tetap terpelihara dan memberi kemakmuran pada manusia. Selain mendapat kesejahteraan, motif-motif menumbalkan manusia biasanya adalah untuk mencegah bencana, menghindari kemarahan atau murka para dewa, agar stabilitas serta keselamatan hidup mereka tetap terjaga

Ibrahim lah yang kemudian mengubah praktik pengorbanan ini ke awal ajaran Nabi Adam. Penggantian kurban Ismail dengan kurban domba adalah untuk berhenti menjadikan manusia sebagai korban.

“Hai Ibrahim, seungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu. Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar (QS. As-Shaffat: 104-107).

Peristiwa itu adalah jaminan keselamatan sekaligus kehormatan jiwa manusia. Bukan hewan itu sendiri yang menjadi persembahannya, melainkan jiwa takwa dari hamba yang mempersembahkannya.

Dalam surat al-Hajj ayat 37

Allah berfirman, Daging (hewan kurban) dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaan kamu. Demikianlah Dia menundukkannya untukmu agar kamu mengagungkan Allah atas petunjuk yang Dia berikan kepadamu. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.

Di berbagai agama, bentuk pengorbanan berbeda-beda. Masing-masing memiliki aturan yang berbeda namun tidak dengan mengorbankan manusia. Ada yang berkorban harta, hewan ternak, dan lainnya. Dalam beberapa agama juga pengorbanan secara sikap yaitu dengan mengontrol diri.

Pada akhirnya, pengorbanan adalah bentuk kepatuhan dan kesetiaan seseorang kepada Tuhannya. Pengorbanan juga sebagai simbol iman mereka. Walau banyak kisah yang terdengar tidak baik, pengorbanan merupakan tradisi yang penting dalam kehidupan beragama banyak orang.

Penulis: Deandra Alika Hefandia

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Flu Singapura Tak Ditemukan di Bantul, Dinkes Tetap Waspadai Gejala yang Muncul

Mata Indonesia, Bantul - Dinkes Kabupaten Bantul menyatakan bahwa hingga akhir April 2024 kemarin, belum terdapat kasus flu Singapura yang teridentifikasi. Namun, Dinkes Bantul tetap mengimbau masyarakat untuk tetap waspada. "Kami belum menerima laporan terkait kasus flu Singapura di Bantul. Kami berharap tidak ada," ujar Agus Tri Widiyantara, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantul, Sabtu 4 Mei 2024.
- Advertisement -

Baca berita yang ini