MATA INDONESIA, Suatu kebanggaan yang sangat besar bagi saya dilahirkan di negeri yang sangat luar biasa ini, Indonesia.
Negara yang diciptakan bak surgawi ini membuat hatiku merasa bangga dan cinta akan tanah kelahiranku ini. Lahir di Indonesia dan dibesarkan oleh orang tua yang juga asli Indonesia semakin menyakinkan bahwa saya adalah Indonesia asli.
Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.504 pulau, dengan jumlah bahasa daerah kurang lebih 700 bahasa, kurang lebih 300 suku, dan mempunyai 6 aliran kepercayaan yang diakui, masuk 5 besar negara dengan penghasil rempah-rempah terbesar di dunia. Bagaimana, apakah kamu semakin cinta dengan indonesia ini?.
Sekarang saya menyadari jika saya belum benar-benar mencintai NKRI dengan sepenuh hati. Saat itu ketika saya duduk di bangku kelas 9 semester 1 lebih tepatnya 2017 lalu. Saat itu kelasku kedatangan murid baru dari sebuah daerah Indonesia yang sangat jauh dari tempat tinggalku, papua. Saat itu sedang pelajaran matematika, guru tata usaha tiba-tiba datang bersama seorang siswa laki-laki, 5 menit kemudian setelah itu, anak itu disuruh memperkenalkan dirinya.
”Beta punya nama Putra (samaran) dari Timika, Papua”. Katanya memperkenalkan dirinya singkat. Coba baca ulang kalimatnya!, apakah kau merasakan kejanggalan dan kelucuan?, baiklah akan kujawab sekalipun kau sudah mengerti maksudku. Kata yang janggal ini adalah penggunaan kata ‘beta’ yang dimana ini digunakan untuk penyebutan diri sendiri, hanya saja diucapkan dalam ciri khas suatu daerah. Kami 1 kelas langsung tertawa hanya karena kata ‘beta’ tersebut, 2 guru yang saat itu berada dalam ruang kelasku menyuruh kami diam, seketika kami diam, tapi setelah itu kami menjadikan itu sebagai bahan ejekan dan candaan buat dia. Miris bukan?.
Di kelasku juga ada beberapa orang yang memiliki kulit yang lumayan eksotis, dan mirisnya kami jadikan itu juga sebagai candaan, dulu kami sangat sering menjadikan slogan dari sebuah iklan untuk mengejek orang-orang yang berkulit hitam, iklan salah satu merek air mineral yang mungkin kalian juga sangat familiar dengan iklan tersebut, iklan ini terkenal dengan slogannya yang berbunyi, ”Sumber air su dekat, desa kami sudah di bangun”. Ujung-ujungnya kami memang sama-sama tertawa tapi tanpa kami sadari yang kami jelek-jelekan itu adalah saudara kami sendiri, betapa sakit hati mereka saat tahu ciri khas daerah mereka justru dijadikan candaan dan bahan ejekan.
Saya menyadari ini ketika saya membuka sebuah aplikasi menonton video di ponsel, saya mencari dengan keyword ‘sumber air su dekat’, dan betapa saya menyesal setelah melihat video orang-orang Timur saat memberikan pendapatnya tentang orang-orang yang sering menjadikan slogan iklan yang sangat populer itu sebagai candaan. Saya yang saat itu hendak mengupload video tentang mata air dengan backsound iklan tersebut langsung mengubur niat tersebut dalam-dalam. Cukup sudah jika dulu saya sering mengejek saudara-saudara saya yang di Timur, cukup sudah jika saya sering mengabaikan keberadaan mereka, menganggap mereka seolah-olah hanya figuran di negaranya sendiri, sekarang saya mulai membuka pola pikir saya yang masih jauh tertinggal ini.
Tidak heran jika mereka sering kali mengajukan pernyataan ingin keluar dari Indonesia, itu karena masih banyak pola pikir anak bangsa yang masih tertinggal yang membuat mereka mendapat rasisme, infrastruktur yang tertinggal, pembangunan yang belum merata terutama di daerah Papua. Sudah banyak sutradara atau produser yang mengangkat tema tentang Indonesia timur, baik dari segi kehidupan, pendidikan, budaya, pembangunan yang masih tertinggal. Ini seperti sebagai kode buat para pemerintah untuk lebih memperhatikan keberadaan orang-orang di sana, namun mungkin beberapa pemerintah pola pemikirannya masih tertinggal. Sangat disayangkan jika Papua sampai benar-benar keluar dari Indonesia, sementara kita tahu Papua memiliki banyak kekayaan alam yang sangat membantu untuk perekonomian negara, namun sepertinya kita hanya butuh kekayaan itu tanpa memperhatikan sumber daya manusianya.
Papua menjadi salah satu bagian Indonesia yang sering mendapat rasisme, keberadaan mereka yang hanya sebagai minoritas di negaranya sendiri membuat mereka sering diabaikan, belum lagi standar kecantikan di Indonesia itu adalah harus putih, bukan begitu?.
Beberapa bulan lalu jagat maya dihebohkan dengan tagar blacklivesmatter. Sepertinya saya sudah tak perlu menjelaskannya sebab kalian semua pasti tidak asing dengan ini. Tapi baiklah akan saya jelaskan sedikit, blacklives matter adalah tagar yang digunakan sebagai dukungan anti rasisme, yang dialami oleh seorang pria berkulit hitam di Amerika Serikat bernama George Floyd yang meninggal dunia di tangan seorang polisi berkulit putih.
Kemudian black lives matter ini banyak didukung oleh artis artis hollywood salah satunya Ariana Grande. Saya yang sebagai fans berat Ariana Grande langsung ikut meramaikan tagar ini, dan banyak orang mengganti foto profil akun sosial medianya dengan foto tangan terkepal berwarna hitam itu. Beberapa jam berikutnya, salah satu pengguna sebuah akun sosial media yang kini mempunyai 2.9M pengikut di aplikasi Tiktok memposting sebuah video yang menyadarkan saya bahwa yang saya kira baik tapi justru sebaliknya. ”Gajah di pelupuk mata tidak terlihat, semut di seberang lautan terlihat,” Begitulah peribahasa yang jadi isi dari video itu. Seketika saya sadar bahwa saya belum pantas melalukan dukungan ini karena saya belum benar-benar melakukan sesuai dengan kenyataan yang saya lakukan. Segera saya hapus postingan yang menyertakan tagar tersebut, namun bukan berarti saya tidak mendukung keadilan untuk orang-orang kulit hitam tapi saya mencoba untuk memulainya dari diri sendiri dari hati saya tanpa pencitraan terlebih dahulu.
Buat kalian yang masih sering melakukan rasisme buat siapapun, belajar lah untuk menguranginya, seiring berjalannya waktu kamu akan benar-benar bisa terlepas dari itu. Jangan jadikan minoritas sebagai penghalang pertemananmu, jangan jadikan warna kulit jadi standard pertemananmu, bertemanlah pada siapapun, rangkul lah siapapun di sekelilingmu tanpa memperhatikan warna kulit dan status ekonominya. Kita adalah Indonesia, negara yang identik dengan ragam perbedaan, jadilah bijak, jangan jadikan perbedaan ini penghalang sebab perbedaan itu indah. Indonesia itu kaya bahkan sangat kaya namun ia tak akan pernah jadi negara yang maju jika belum mampu memberikan keadilan dan perlindungan untuk rakyatnya tanpa memperhatikan status sosialnya. Jika kamu tak bisa memberikan yang terbaik untuk bangsa dan negara maka jadilah salah satu orang baik di negaramu sendiri.
Penulis: Lamria Pasaribu