MATA INDONESIA, – Di tengah dunia yang penuh disrupsi sekarang ini, karakter berani untuk berubah, berani untuk mengubah, dan berani untuk mengkreasi hal-hal baru, merupakan fondasi untuk membangun Indonesia Maju. (Presiden Joko Widodo, Pidato Presiden dalam Sidang Tahunan MPR RI 2021)
Sebagai seorang pendidik (guru), tentu saya menjadi salah seorang insan yang dimaksud. Dituntut untuk memiliki karakter berani untuk berubah, berani untuk mengubah, dan berkreasi dengan hal-hal baru.
Nah, bicara tentang perubahan yang saya alami, puncaknya, ketika sedang berhadapan dengan pandemi covid-19, sejak Maret tahun yang lalu. Tuntutan perubahannya terasa begitu cepat, membuat saya seperti berada pada situasi culture shock (gegar budaya).
Pasalnya, selama ini saya sudah terbiasa mengajar dengan zona nyaman. Bermodalkan white board dan spidol di tangan serta powerpoin sebagai bahan presentasi, proses pembelajaran pasti berlangsung dengan baik. Berkat pengalaman mengajar puluhan tahun di depan kelas, tentu saya sudah terbiasa berhadapan dengan peserta didik dengan beragam karakteristik.
Tetapi saat pandemi itu hadir, zona nyaman itu pun berubah menjadi zona ancaman. Ancaman kenyamanan yang sudah lama saya nikmati. Padahal saya menyadari bahwa kenyamanan itu pun sesungguhnya tidak ada yang abadi. Seperti kata orang bijak, bahwa suatu hal yang pasti adalah perubahan, yang tidak berubah itu adalah perubahan itu sendiri.
Semenjak pandemi ini, rasanya saya seperti guru baru kembali. Saya harus banyak belajar dan beradaptasi. Tentu bukan didominasi belajar teks atau materi pelajaran, tetapi bagaimana teks itu menjadi kontekstual.
Bahkan yang tidak kalah penting, saya harus berpikir teknologi apa yang saya gunakan agar teks itu tersampaikan kepada peserta didik dengan baik dan menarik. Tentu karena masa pembelajaran saat ini seratus persen dilakukan secara daring (online). Sangat berbeda dengan biasanya, ketika berada di depan kelas dan bertatap muka secara langsung.
Saya pribadi tidak segan-segan untuk belajar kepada guru-guru muda, yang berasal dari generasi milenial (generasi Y). Mereka adalah generasi yang lebih melek teknologi informasi dan digital dibanding saya. Tentu dalam hal ini butuh kerendahan hati. Jangan malu belajar kepada rekan kerja yang lebih junior. Sebab dalam belajar itu tidak ada namanya guru senior. Tidak perlu merasa lebih berpengalaman dan merasa lebih tahu.
Pengalaman menjalani perubahan ini, baik dari segi paradigma dan cara-cara lama yang harus ditanggalkan dan diganti dengan cara-cara yang baru, ternyata sesungguhnya sangat menarik untuk ditularkan kepada peserta didik sebagai pembelajaran. Bahwa siapa pun harus siap berubah. Cepat atau lambat, disenangi atau tidak, terencana atau tidak. Intinya akan ada waktunya untuk berubah. Seperti yang kita alami bersama masa pandemi ini. Kita harus berubah.
Nah, kembali kepada semangatku mempelajari hal-hal baru yang berhubungan dengan teknologi informasi dan digital. Akhirnya secara perlahan, saya bisa memanfaatkan berbagai teknologi dalam proses pembelajaran daring. Sekarang bahkan sudah berlangsung kira-kira satu setengah tahun. Ada banyak teknologi pembelajaran yang bisa saya manfaatkan. Dengan demikian, saya akhirnya bisa mengajak peserta didik untuk mengkreasikan hal-hal baru.
Tidak sampai di situ. Selama pembelajaran masa pandemi ini, setidaknya kami mencoba membuat berbagai terobosan-terobosan. Misalnya, peserta didik mencoba untuk mempublikasikan tulisan-tulisan mereka di berbagai platform (seperti social blog) dan juga ada yang mempublikasikan karya mereka dalam bentuk podcast. Dengan teknologi, pembelajaran pun semakin bervariasi dan potensi peserta didik pun tersalurkan.
Adapun tema-tema yang biasa dikerjakan peserta didik di berbagai platform dan podcast tersebut, yakni berhubungan dengan arti pentingnya menumbuhkan rasa kebangsaan (nasionalisme) bagi generasi muda. Selain itu menularkan pemahaman agar mereka menghargai pembelajaran sejarah bangsa dan tidak mudah melupakannya. Hal itu sesuai dengan pesan Bung Karno yang sangat terkenal itu “Jasmerah” (jangan sekali-kali melupakan sejarah). Sebab sejarah itu sesungguhnya membuat generasi muda tetap menghargai identitas bangsanya, mengenang jasa para pahlawan, serta banyak pelajaran hidup yang bisa dipetik untuk kepentingan masa depan bangsa kita.
Begitulah caraku untuk mendukung Indonesia Bangkit. Saya harus menjadi pendidik (guru) yang bukan hanya mengajar, tetapi mencoba menanamkan dan menularkan prinsip-prinsip kehidupan bernegara dan bermasyarakat kepada anak didik, mengajak mereka terbuka dengan paradigma perubahan agar mereka menyikapinya untuk kemajuan bangsa kelak, serta mendorong mereka untuk selalu berkreasi dalam karya nyata.
Yang tidak kalah penting, seorang guru harus tetap menjadi teladan. Menjadi guru yang berintegritas, sesuai apa yang diomongkan dengan yang dikerjakan. Meminjam slogan yang digunakan Ki Hajar Dewantara, bahwa guru harus menerapkan “Ing Ngarso Sung Tulodo”. Sehingga peserta didik tetap mau mendengar dan menghargainya.
Terakhir, untuk mendukung Indonesia Bangkit itu, sesungguhnya tidak perlu muluk-muluk. Mari kita mulai dari profesi, pekerjaan, atau aktivitas keseharian kita. Kita dapat menularkan semangat kebangsaan, mempraktikkan penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, atau bisa juga melakukan karya nyata yang dapat dipersembahkan untuk negeri dan masyarakat.
Penulis: Thurneysen Simanjuntak
IG @thurneysen2209
Setuju, Indonesia Bangkit harus mulai dari diri kita masing-masing.
Betul. Indonesia Bangkit mulai dari diri kita.
Mantap! Sukses selalu
Makasih. Sukses juga ya Immanuel!
Ayo guru,. Saatnya berubah, kapan lagi kalau tidak sekarang….
Setuju Pak Arif. Guru harus berubah dan adaptif. Terima kasih sudah mampir.
Semangat terus pak guru dan sukses selalu dalam menginspirasi.
Terima kasih Ms. Milda. Selamat menginspurasi juga buat anak didiknya. Salam.
Menginspirasi
Makasih Bang G.rald
Untuk Indonesia bangkit, adalah tanggung jawab kita bersama. Terutama masa pandemi ini, kita harus saling bahu membahu.
Terima kasih Pak Leo. Betul sekali lita harus bahu membahu.
Mantap, lanjutkan. Tulisannya sangat bermanfaat.
Terima kasih Gracio.
Sangat setuju, perubahan terkadang memang terlalu mendadak sehingga sering kali kita tidak siap. Tapi mau bagaimana? Kita harus beradaptasi dan terus belajar untuk mengimbangi atau bahkan melampaui batasan kita akan perubahan tersebut.
Tulisan yang sangat memberkati ???
Terima kasih sudah mampir Monika dan telah mengapresiasi tulisan ini. Salam perubahan.
Sesuatu yang tidak berubah adalah Perubahan itu sendiri. Herakleitos
Betul Pak. Untuk itu kita harus terus beradaptasi dengan perubahan itu sendiri. Makasih sudah mampir Pak.