MATA INDONESIA, – Pandemi Covid 19 memberikan dampak yang besar bagi kehidupan dalam segala aspek.
Baik itu dalam segi Ekonomi, Pendidikan, Sosial dan masih banyak lagi. Bahkan, enam bulan sudah kita berusaha untuk menyesuaikan diri dengan keadaan, dimana menjaga jarak merupakan keharusan yang perlu dilakukan setiap orang. Hingga di hari yang penting ini, tepat di tanggal 17 Agustus tahun 2020, 75 tahun sudah negara kita merasakan kenikmatan atas kebebasan yang telah diraih selama ini. Seharusnya kita rayakan dengan melakukan aktifitas atau kegiatan yang semakin menambah rasa cinta kita terhadap tanah air.
Namun, tahun ini sangat berbeda. Tahun ini kita diuji, rasanya tak lagi sama seperti perayaan kemerdekaan negara kita di tahun-tahun sebelumnya. Disini, aku ingin membagikan sedikit ceritaku mengenai rutinitas selama di rumah tanggal 17 Agustus tahun ini. 17 agustus yang memiliki cerita versi tersendiri.
Sebenarnya tak banyak hal istimewa yang kulakukan hari ini. Di tahun sebelumnya tepat pada tanggal 17 Agustus 2019, aku ikut serta menjadi peserta Upacara Pengibaran Bendera Merah Putih di Kecamatan bersama teman-teman satuanku di SMA didampingi para senior, karena kebetulan aku ikut Paskibra di Sekolah. Seandainya Pandemi ini tidak ada, mungkin aku akan melakukan hal yang sama. Aku akan memiliki Junior dan aku bawa mereka untuk mengikuti Upacara Pengibaran Bendera Merah Putih dan itu pasti menyenangkan. Sayangnya itu semua hanya menjadi halu bagiku.
Awal 17 Agustus, aku bangun tidur pukul 8 pagi kebetulan aku sedang tidak melaksanakan shalat Subuh. Sungguh pagi yang tidak menyenangkan, baru saja ku buka Hp tepat di aplikasi WhatsApp, banyak sekali orang yang memosting ucapan “Dirgahayu RI ke 75”. Aku juga tidak mau ketinggalan dan melakukan hal yang sama pula. Selepas itu, aku membantu orang tuaku membereskan rumah, menyapu lantai, mengepel rumah dan pekerjaan pribadiku. Semua itu selesai kulakukan tepat pada pukul 10 pagi.
Aku begitu penasaran bagaimana Upacara Pengibaran Bendera kali ini berlangsung dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan Covid 19. Di luar ekspektasiku, saat aku menyetel televisi tepat di detik-detik Upacara berlangsung. Kulihat di layar televisiku biasanya upacara diikuti oleh oleh banyak anggota TNI dan Polisi serta 64 orang anggota Paskibraka. Kini hanya segelintir orang yang berada disana, hanya 8 orang anggota Paskibraka bahkan Upacara dilakukan dengan berbasis virtual.
Tak tahu kenapa aku merasa takut melihat hal itu. Memang apa yang kutakutkan? Aku takut jika Pandemi ini terus berlangsung dengan jangka waktu yang begitu panjang. Setiap kegiatan selalu merasa terhambat dan berbeda dari biasanya seperti yang terjadi saat ini. Ketika sang Saka Merah Putih dikibarkan, aku ikut berdiri dan hormat sambil ikut bersenandung menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Selama waktu kenaikan bendera berlangsung, dalam hati aku memanjatkan doa kepada yang Maha Kuasa. Berharap agar Yang Maha Kuasa bisa menghilangkan penyakit Covid 19 ini, berharap supaya Tuhan memberikan kekuatan kepada kami untuk menghadapi cobaan ini, berharap supaya Tuhan memberikan keberkahan kepada negeri kami.
Dulu biasanya setiap memperingati 17 Agustus, pasti akan ada kegiatan atau perlombaan yang diselenggarakan anggota Karang Taruna Desa dan melibatkan warga sekitar, seperti lomba Panjat Pinang, lomba makan kerupuk, lomba membawa kelereng dengan sendok, lomba joget balon, lomba balap karung dan sederet perlombaan hiburan lainnya. Tapi kali ini berbeda, daerah disekitarku rasanya lengang dan sepi. Hanya ada rumbai berhiaskan warna merah dan putih yang mengisi sekitaran gang rumahku. Tidak ada kegiatan menyenangkan seperti yang sudah kusebutkan diatas.
Akhirnya untuk mengisi kejenuhanku dengan membuat sebuah video ucapan ulang tahun HUT Republik Indonesia yang ke 75 dan memostingnya di salah satu sosial media.
Kupikir setiap orang pasti merasakan hal yang sama sepertiku saat ini, untuk itu aku berusaha untuk menyemangati orang lain dengan video yang kubuat. Setidaknya mereka akan merasa termotivasi dan bisa memanfaatkan waktu ini dengan melakukan hal berfaedah lainnya.
Pukul 01.00 siang aku membantu Paman dan ikut melayani para pemebeli di toko ATK punya Paman. Aku sering mendapat upah yang lumayan disini setidaknya bisa untuk membeli paket kuota. Sebenanya aku sudah mulai membantu Paman disini dari waktu aku kelas 2 SMP. Hanya saja semenjak SMA, terlebih lagi semenjak pemerintah menerapkan sistem full day, aku tak pernah lagi membantu Paman hampir setahun karena selalu pulang sore hari ditambah aku juga ikut ekstrakulikuler. Karena kondisi saat inilah yang membuat aku kembali lagi ke toko itu dan melakukan aktifitastivitas yang sama seperti 1 tahun yang lalu.
Jadi, itulah garis besar dari pada aktifitas yang kulakukan selama hari ini. Memang tidak ada yang istimewa, tapi setidaknya ini bisa jadi pelajaran bagi ku supaya aku bia leih menghargai waktu untuk melakukan hal yang produktif dan bermanfaat. Semoga ini akan menjadi tahun pertama dan terakhir dalam hidupku dilanda musibah seperti ini, dan anak cucuku nanti jangan sampai mersakannya.
Penulis: Hana Wahyu Triani
Ig: @hanawtrii
FB: @Hnawhyu