MATA INDONESIA, – Indonesia kekurangan jumlah pengusaha baru. Bahkan porsi pengusaha di Indonesia menurut Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia hanya 3,6% persen dari populasi penduduk.
Sementara negara seperti Amerika Serikat dan Singapura memiliki persentase pengusaha di atas dua digit dari populasi penduduknya. Indonesia, seharusnya minimal 6 persen . ”Idealnya harus minimal 2 digit. Di Amerika sama Singapura itu 2 digit, kita itu minimal harusnya 6%,” kata Bahlil.
Seperti yang bisa kita lihat Indonesia kekurangan pengusaha terutama dari kalangan anak muda. Padahal ini untuk menggebrak ekonomi negara menjadi semakin berkembang. Karena ketika hadir pengusaha muda ini, kita memiliki peluang mengembangkan potensi dalam negeri.
Penjajakan menjadi pengusaha muda bisa berawal saat kuliah. Di berbagai jurusan sekarang ini, rata-rata mahasiswa belajar masalah kewirausahaan. Mahasiawa pun bisa belajar manajemen secara otodidak. Termasuk merencanakan rencana bisnis.
Sekarang ini banyak anak-anak muda sudah mulai belajar rencana bisnis dan menuangkannya dalam kegiatan sehari-hari. Tren ini berkembang di sejumlah kampus dan sekolah-sekolah. Akibatnya mulai bermunculan anak-anak muda yang mulai terjun ke dunia bisnis.
Pemerintah pun sebenarnya tak tinggal diam. Misalnya ada kementerian ekonomi kreatif, kementerian usaha kecil dan mikro yang bisa mengurus anak-anak muda untuk terjun ke dunia bisnis. Dan ini membuat Indonesia bisa bertahan di saat Pandemi Covid-19 dan resesi dunia yang sekarang sedang melanda sejumlah negara.
Dengan munculnya pengusaha-pengusaha muda, membuat taraf hidup masyarakat pun meningkat. Gaya manajemen zaman dulu yang berpatokan dengan upah minimum regional sudah mulai ditinggalkan. Karyawan harus produktif dan upah berdasarkan hasil kerja. Tak heran beberapa omzet perusahaan naik sampai dua-tiga kali lipat.
Dampak yang lain adalah membuka peluang kerja kepada masyarakat yang tidak mempunyai usaha. Dan ini membuat tingkat pengangguran menurun.
Politikus PDIP yang concern ke ekonomi kecil dan desa Budiman Sudjatmiko mengatakan kewirausahaan sosial merupakan kunci mengatasi kesenjangan sosial yang terjadi dalam masyarakat. “Saya percaya kesenjangan sosial memang salah satu faktor kunci terciptanya dis-integrasi. Solusinya, kita harus menggerakkan aktivitas-aktivitas perekonomian dan bisnis yang berdampak sosial. Yang semua ikut merasakan dampaknya. Itulah kewirausahaan sosial,” kata Budiman.
Dengan meningkatkan penggiat ekonomi atau enterprneur kita bisa mengurangi kesenjangan ekonomi dan sosial yang terjadi di masyarakat. . Jika Enterpreneur sukses, maka akan memiliki kemampuan untuk mengubah cara pandang seseorang untuk hidup. Jika seseorang sudah mampu dan berhasil dalam mengembangkan, maka inovasi yang mereka kembangkan mampu meningkatkan standard hidup. Tentunya juga menciptakan kekayaan dengan berwirausaha. Mereka juga menciptakan lapangan kerja serta berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi.
Intinya saat menjadi enterpreneur harus punya rasa percaya diri yang tinggi, berorientasi tugas dan hasil. Keberanian mengambil risiko, berorientasi ke masa depan, kreativitas dan Inovasi. Bisa menghasilkan enterpreneur hebat yang mampu membangkitkan negera kita dari keterpurukan, dengan semangat jiwa enterpreneur sebagai anak milenial yang cerdas kita bisa membangun negeri agar menjadi maju dan menyingkirkan penjajah abstrak yang tak terlihat menjajah namun ada untuk memperbudak anak negeri.
Bangkit dengan hebat menjadi enterpreneur sukses, untuk menciptkan Indonesia yang hebat, inovatif dan kreatif yang di dalamnya terdapat anak milenial, putra putri bangsa yang hebat dalam membangkitkan pertiwi agar menjadi bumi yang sejahtera, makmur dan sentosa. Dengan pengalaman dan kreatifitas yang luar biasa mengenai wirausaha kita bisa membangun bangsa.
Penulis: : Nura Siti Nurhapsarah