MATA INDONESIA, JAKARTA – Percintaan dan karier. Bagaimana generasi milenial atau Z kini dalam menanggapi dua hal tersebut? Seorang mahasiswa dari Yale College, Kyung Me Lee menulis sebuah artikel yang berjudul Settling Down: Romance in the Era of Gen Z yang terbit pada Februari 2020 di Yale Daily News.
Generasi Z saat ini tak berkencan dan berhubungan seks dengan cara yang sama seperti yang dilakukan generasi-generasi sebelumnya. Pernyataan tersebut memang benar adanya. Hal ini karena pemikiran generasi sekarang berbeda dengan pemikiran generasi sebelum mereka. Tentu karena pengaruh zaman yang juga telah jauh berbeda.
Kaum Gen Z saat ini banyak yang menunda hubungan ke jenjang yang lebih serius karena sibuk dengan kehidupan lajang dan karier yang sedang dibangun. Sudah banyak penelitian mengenai pendapat tersebut. Generasi Z kini cenderung pragmatis, berfikir praktis dan cepat. Gen Z tampaknya mengambil pendekatan yang sangat pragmatis terhadap hubungan dibanding generasi sebelumnya.
Menurut penelitian terhadap kaum Gen Z di India, misalnya, 66% responden menerima bahwa “tidak semua hubungan akan permanen”, dengan 70% menolak “hubungan romantis yang membatasi”. Hal ini tentu terkait dengan berbagai faktor. Pertama, adanya pandemi covid-19, perubahan iklim yang kian memburuk dan kondisi finansial yang tidak stabil.
Semakin beranjak dewasa, mereka merasa perlu stabil terlebih dahulu sebelum membawa orang lain ke dalam kehidupan mereka. Fokus utama pada saat itu hanyalah diri mereka dan kebahagiaan mereka terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk membahagiakan orang lain.
Generasi Z kini jarang memandang bahwa usia 25 adalah usia yang pas untuk menikah dan memulai hidup baru dengan pasangannya. Mereka memerlukan waktu lebih lama untuk mapan dan mencapai stabilitas keuangan.
Menurut Lee, mereka fokus pada apa yang terbaik untuk karier mereka, dan bagaimana mereka dapat membuat hubungan sesuai dengan itu. Hal ini sesuai dengan penelitian Kuperberg tentang Gen Z, yaitu generasi muda sedang dalam pergolakan membangun karier mereka. Mereka cenderung tidak melakukan kencan formal dengan milenium.
Sebuah studi global Vice Media Group dari September 2020, Love After Lockdown, yang terdiri dari 45% responden Generasi Z, menunjukkan 75% dari mereka saat ini masih lajang dan tidak berkencan selama pandemi. Hal ini karena mereka ingin meluangkan waktu untuk mengenal diri mereka sendiri lebih baik sebelum mengejar suatu hubungan.
Faktor lain yang memengaruhi adalah seksualitas dan peran gender. Menurut Kuperberg, ada penurunan yang nyata dalam binersime gender dan peningkatan orang yang ingin mengeksplorasi seksualitas mereka. Statistik menunjukkan sekitar 50% dari Gen Z mengidentifikasi diri sebagai heteroseksual dan banyak yang mengatakan mereka heterofleksibel.
Pendekatan holistik terhadap hubungan ini sangat berbeda dari pendekatan generasi yang jauh lebih tua. Dulu ada perasaan bahwa pernikahan adalah sesuatu yang Anda lakukan untuk memasuki kehidupan dewasa. Sekarang justru sebaliknya. Masyarakat telah bergerak ke arah sebaliknya. Setiap generasi menjadi lebih fleksibel dengan ide-idenya tentang keluarga tradisional dan pentingnya keluarga itu dalam kehidupan mereka.
Banyak tanda yang menunjukkan Gen Z menunda pernikahan atau hubungan permanen seperti generasi milenial sebelumnya, alasan mereka tampaknya semakin pragmatis seperti takut perceraian (karena banyak dari mereka yang orang tuanya bercerai) maupun permasalahan finansial.
Namun muncul beberapa permasalahan akut dan tidak pasti yang melanda generasi milenial, seperti perubahan iklim dan masalah baru seperti pandemi muncul. Hal ini membuat pembinaan stabilitas individu sebagai prioritas nomor satu bagi Gen Z, berbeda dengan generasi sebelumnya.
Bahkan tidak sedikit generasi sekarang yang berpikir untuk tidak menikah namun tetap membangun hubungan. Tidak sedikit juga mereka yang sudah menikah memutuskan untuk tidak memiliki anak.
Reporter: Dinda Nurshinta