Home Asumsi Bangkit Itu Dimulai dari Dampak, Lalu Serang Balik

Bangkit Itu Dimulai dari Dampak, Lalu Serang Balik

0
519
pandemi

MATA INDONESIA, – Jauh sebelum merdeka hingga sekarang, negeri ini sudah mengalami begitu banyak kejatuhan. Beberapa yang membekas ialah keterjajahan oleh Belanda dan Jepang, pembantaian ‘komunis’ tahun 1965, hingga kejatuhan ekonomi tahun 1998 dan 2008.

Kini, satu lagi kejatuhan datang dan memaksa negeri ini untuk bangkit. Kejatuhan itu berwujud ‘serangan’ luar negeri bernama pandemi Covid-19. Meski tidak jelas kapan akan berakhir, tapi negeri ini akan beradaptasi, bangkit melawan, dan segera melakukan pemulihan.

Namun kebangkitan harus pula didasari pada dua hal krusial: tahu dampak sistemik dan tahu caranya bangkit. Pahami dulu tipe serangan ini akan berdampak ke sektor apa saja, lalu analisa dan buat serangan balik. Lakukan epic comeback. Tapi sebelum itu, kita bahas dampaknya dulu.

Dampak Sistemik

Persoalan ini dampaknya sangat luas dan bercabang. Mudahnya, kita sebut ‘dampak sistemik’. Namanya juga pandemi, menyebar ke seluruh dunia. Targetnya tak hanya negeri kita, tapi juga menyasar negeri-negeri yang jarak geografisnya dekat dan jauh.

Supaya mengerucut, kita urai satu-satu dampak sistemik itu.

Pertama, masalah sejuta umat: ekonomi. Sejak presiden resmi mengumumkan laporan kasus perdana Covid-19, Maret 2020 lalu, mulai saat itu dan kedepannya, jutaan pekerja kehilangan pekerjaan dan pedagang serta pengusaha mengalami penurunan pendapatan.

Karena tak pasti kapan pandemi akan usai, tahun itu, sebagian besar masyarakat membatasi belanja yang sifatnya bukan kebutuhan pokok. Kebijakan PSBB ikut menyebabkan aktivitas dan mobilitas masyarakat jadi terbatas. Daya beli masyarakat akhirnya ikut-ikutan menurun.

Siklus itu memunculkan dampak sistemik bidang ekonomi: menurunnya konsumsi rumah tangga. Padahal, sektor itu besar perannya dalam pertumbuhan ekonomi nasional. Alhasil, penurunan daya beli ikut memperburuk pertumbuhan ekonomi tahun 2020.

Menurut Susiwijono Moegiarso, Sekmen Koordinator Perekonomian, dilansir dari Bisnis, konsumsi rumah tangga memberi kontribusi hingga 57 persen dari PDB negara. Sedangkan investasi tepat dibawahnya, sebesar 31 persen. Kedua hal itu juga terdampak Covid-19.

Kedua, masalah masa depan: pendidikan. Sebagai solusi ‘aman’ untuk tetap belajar, pemerintah menerapkan kebijakan pembelajaran jarak jauh (PJJ). Tumpuan sekaligus tantangan kebijakan ini adalah koneksi internet dan akses kelistrikan.

Tapi sudah jadi pengetahuan umum, pemerataan pendidikan adalah kendala besar pemerintah. Jangankan infrastruktur macam koneksi internet dan kelistrikan, infrastruktur mendasar macam tenaga pengajar, sekolah, dan ruang kelas pun sangat terbatas di pedesaan dan pelosok.

Mengutip Harian Kompas, PJJ tak bisa terlaksana di daerah-daerah pelosok, dan tercatat ada lebih dari 47.000 satuan pendidik tak memiliki akses internet dan listrik. Pengamat pendidikan, Darmaningtyas, dilansir dari Kompas, meyakini PJJ tidak akan mungkin berjalan dengan baik.

“Sudah dapat dipastikan tidak akan bisa berjalan baik. Omong kosong kalau ada pejabat Kemendikbud bilang PJJ dapat berjalan baik. Pasti asal jalan atau asal-asalan saja.”

Ketiga, gugurnya ‘petarung’ jarak dekat: dokter. Epidomolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman, juga dilansir dari Kompas menyebut, bergugurannya dokter adalah kerugian besar bagi Indonesia.

Angka kematian dokter sampai 4 Agustus 2021, jumlahnya mencapai 640 berdasarkan laporan terbaru yang dicatat Tim Mitigasi PB IDI. Dirujuk dari Bank Dunia, walau hanya dalam lingkup ASEAN, jumlah dokter negeri ini berposisi terendah kedua. Rasionya 0,4 per 1.000 penduduk.

Artinya dari rasio itu, negeri ini hanya punya empat dokter untuk melayani 10.000 masyarakat. Dengan gugurnya 640 dokter, dan mungkin terus bertambah karena serangan Covid-19 belum usai, maka hitungan matematisnya, sebanyak 1,6 juta masyarakat telah kehilangan ‘dokternya’.

Keempat sekaligus terakhir: kasus positif. Awalnya dua kasus Covid-19 perdana negeri ini terjadi pada 2 Maret 2020, lalu menyebar kian cepat, hari ke hari. Dikutip dari Kompas lagi, kurang dari setahun, tepatnya 331 hari, kasus positif negeri ini menyentuh satu juta pertamanya.

Saat itu tanggal 26 Januari 2021. Berjarak 147 hari kemudian, 21 Juni, jumlahnya berganda jadi dua juta kasus. Penyebaran menggila saat sebulan kemudian, 22 Juli, kasus positif telah tembus tiga juta. Juga sebulan lanjutan, 34 hari, resmi empat juta kasus positif terjadi pada 24 Agustus.

Caranya Bangkit

Negeri ini, menurut Bank Dunia, dapat bangkit dari krisis kesehatan dan ekonomi jika fokus ke tiga masalah kunci pemulihan ekonomi. Percepatan vaksinasi jadi satu dari tiga kunci tersebut. Karenanya, pemerintah sedang membenahi berbagai sektor, termasuk vaksinasi nasional.

Untuk memperkebal dokter dan tenaga kesehatan lainnya, sejak 16 Juli, Kemenkes memulai penyuntikan vaksin tahap ketiga. Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, memastikan vaksinasi dosis ketiga khusus nakes akan dilakukan di seluruh provinsi.

Sedangkan untuk masyarakat luas, keseriusan pemerintah untuk vaksinasi nasional terlihat dari penyediaan stoknya. Laporan Kompas pada 30 Agustus menyebut, negeri ini memiliki lebih dari 217 juta dosis vaksin. Baik dalam bentuk bahan mentah maupun vaksin jadi.

Dalam hal penyebaran, hingga 26 Agustus, capaian vaksinasi dosis pertama sudah sebesar 28 persen, sedangkan dosis kedua sebesar 16 persen. Vaksinasi nasional akan terus digalakkan dan targetnya diharapkan selesai tahun 2021. Termasuk menyediakan vaksin Gotong Royong.

Presiden Jokowi juga pernah menyampaikan strategi jangka pendek, menengah, dan panjang sebagai cara melawan balik serangan Covid-19. Pemaparan itu disampaikan dalam pidato saat webinar Kompas100 CEO Forum ke-11.

Untuk jangka pendek, gerakan vaksinasi nasional dan peningkatan daya beli masyarakat sedang diupayakan untuk jalan beriringan. Bentuk peningkatan daya beli ini dijalankan lewat bantuan sosial, bantuan UMKM, dan bantuan korban PHK.

Jangka menengah akan fokus ke industri sektor pangan, farmasi dan rumah sakit, teknologi, jasa keuangan, serta pendidikan. Karena memiliki peluang untuk bertahan, maka dorongan ke sektor-sektor itu harus diberikan untuk bisa berkontribusi balik bagi ekonomi negara.

Sedangkan jangka panjang, Presiden Jokowi akan mengarahkan kebijakan ke energi hijau yang ujungnya berpengaruh pada sektor bisnis. Selain itu, digitalisasi ikut difokuskan berkembang supaya negeri ini semakin kuat untuk bersaing dengan negara lainnya.

Konklusi

Segala langkah ini, terutama vaksinasi nasional akan memperkebal pemerintah untuk bekerja keras membenahi banyak sektor lainnya. Setelah imunitas masyarakat perlahan ditingkatkan, sektor ekonomi, kesehatan, hingga pendidikan bisa segera digarap.

Rencana jangka pendek dan panjang juga bisa dimulai segera. Tak hanya negeri ini, negara-negara lainnya juga mau tak mau harus ‘menerima’ hidup berdampingan dengan Covid-19. Dengan bantuan vaksin, semua negara bersiap bangkit dari ‘kejatuhan’ pasca pandemi.

Sedangkan masyatakat juga lebih tenang untuk beraktivitas. Kegiatan harian macam berdagang, bekerja, sekolah tatap muka anak-anak ujungnya akan bisa dilakukan. Pembatasan-pembatasan yang dulunya menyekat akan melonggar karena tercapainya herd immunity suatu hari kelak.

Penulis: Darul Asmawan

  • Instagram : @asmawand

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here