MATA INDONESIA, – Aku kira tidak bisa bangkit kembali. Ternyata hidupku masih terus berlanjut sampai hari ini. Siang itu terasa begitu membingungkan bagiku. Dihadapkan dengan pilihan dan beban mata kuliah yang belum selesai. Akhir semester tujuh sungguh menyimpan cerita yang menakjubkan. Bagiku menyelesaikan segala urusan dengan cepat dan tepat adalah sebuah prinsip hidup. Dan saat itu prinsip hidupku sedang diuji.
“Ah, sungguh membingungkan. Ada beberapa mata kuliah yang harus aku selesaikan. Dan semester depan sudah mulai fokus mengerjakan skripsi. Tapi, dari beberapa cerita yang aku dengar. Aku dapat menyimpulkan, setidaknya akhir semester 7 harus bisa menentukan konsep dan judul penelitian skripsi”, kataku dalam hati saat menunggu teman-temanku di kantin kampus.
Waktu makan siang tiba dan makanan pedas adalah teman sejati bagiku yang sedang memiliki beban fikiran. Mie ayam dengan sambal yang lumayan banyak selalu menjadi andalanku. Ditemani dengan es jeruk yang begitu menyegarkan. Dalam perbincanganku dengan teman-teman, aku sisipkan satu pertanyaan.
“Aku ingin mulai mengerjakan skripsi. Bagaimana menurut kalian ?”.
“Ini masih semester 7”, jawab salah satu temanku.
“Setidaknya aku bisa menentukan judul skripsi”.
“Kalau kamu mampu coba saja dulu”, pungkas temanku.
Waktu berlalu begitu cepat, saat malam tiba aku mulai menata niat, fikiran dan hatiku. Aku ambil buku tulis yang khusus kusiapkan untuk mulai menentukan konsep dan judul skripsi. Dimulai dengan searching internet dan saling sharing dengan kakak alumni. Beberapa hari berlalu, akhirnya aku bisa menentukan konsep dan judul skripsi. Meskipun masih sedikit abu-abu.
Aku coba konsultasikan dengan Kepala Prodiku. Selepas mendapatkan beberapa saran, aku coba beranikan diri menghubungi salah satu dosen pembimbingku. Dan ternyata, beliau sedang berada di Luar Negeri untuk urusan pekerjaannya. Fikiranku menjadi tak karuan antara melanjutkan atau menunda skripsi. Selang satu hari berfikir dan keputuskanku untuk terus melanjutkan skripsi.
“Assalamu”alaikum bu. Maaf bu menggangu waktunya sebentar. Apakah bisa saya melakukan bimbingan skripsi via online?” dengan gugup aku beranikan diri bertanya.
Dan betapa terkejutnya diriku mendengar jawaban yang diberikan. Beliau mengatakan menerima diriku melakukan bimbingan via online bahkan menyarankanku untuk mengirim draf judul dan Bab I skripsi via E-mail. Akhirnya aku melakukan bimbingan via E-mail sembari menunggu beliau kembali dari Luar Negeri. Setelah kembali dari luar negeri, bimbingan skripsiku berlanjut dengan tatap muka. Dan kegugupanku belum berakhir, ada satu dosen pembimbing lagi yang harus aku hadapi. Tapi, syukurlah semua berjalan dengan lancar.
Masuk awal semester 8, skripsiku harus tertunda oleh KKN selama dua bulan. Membulatkan kembali semangat yang pernah terkubur cukup sulit aku rasakan. Aku putuskan menunggu dua minggu seusai KKN untuk melanjutkan skripsi. Beberapa bulan berlalu begitu cepatnya. Keringat, air mata, suka, duka, canda tawa menjadi saksi perjalananku dalam menyelesaikan skripsi. Betapa senangnya hatiku, perasaan lega yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata apapun. Aku buktikan bahwa usaha sungguh tak akan mengkhianati hasil.
Dan masih ada beberapa bulan sampai hari wisuda tiba. Saat perjalanan pulang, ku lihat sebuah banner yang bertuliskan “ Pelatihan Pajak Brevet A & B”. Awalnya aku tidak begitu tertarik. Sampai akhirnya, aku cari informasi lebih lanjut tentang pelatihan tersebut.
“Baiklah, untuk mengisi waktu luangku. Sembari menunggu wisuda. Aku akan ikut pelatihan pajak ini”, dengan yakin ku katakan dalam hatiku.
Beberapa bulan mengikuti pelatihan, banyak hal baru yang aku pelajari. Jauh berbeda dengan jurusan yang aku pelajari. Kala itu, aku selalu disibukkan dengan angka yang terus berputar-putar disekelilingku. Jurusan Pendidikan Matematika adalah jurusan yang aku pilih untuk aku pelajari lebih dalam, selama 4 Tahun lamanya. Sejujurnya aku suka dan tertarik pada matematika sejak duduk dibangku SMP.
Hari kelulusan pelatihan pajak pun tiba. Dari hal baru yang ku pelajari dapat dilihat, dunia akan lebih indah jika kita tidak berada pada satu kotak. Melainkan mau mencoba untuk membuka kotak-kotak misterius lainnya. Dan beberapa waktu berikutnya, disusul dengan hari wisudaku. Sungguh sangat mendebarkan dan membahagiakan. Aku bisa lulus dengan predikat Cumlaude.
Pengalaman dan pengetahuan baru kala duduk dibangku pelatihan merubahku dalam menentukan jalan karir. Banyak cerita dari teman-teman seangkatan pelatihan pajak, yang membuatku ingin mencoba hal baru. Dengan yakin aku jalani hari-hariku melamar pekerjaan yang melawan arus pembelajaranku selama kuliah. Mulai dari bank swasta, bank negeri, perkantoran, BUMN, dan masih banyak lagi.
Aku beranikan diri untuk memasuki tempat yang belum pernah terbayangkan olehku. Ditolak, tidak sesuai kriteria, atau pengalaman yang kurang, sudah menjadi makanan sehari-hariku setelah lulus kuliah. Kadang kala aku berfikir, apakah aku terlalu egois terhadap diriku sendiri. Menangis dan merenung selalu tak terlewatkan saat malam tiba. Di kamarku yang berukuran 4 x 3 meter menjadi saksi bisu dalam perjalanan karirku.
Sampai suatu hari, setelah melewati perjuangan yang begitu hebatnya dan hampir menyerah. Akhirnya aku diterima di salah satu perusahaan perpipaan sebagai admin pembelian. Betapa terkejutnya akan hal itu, ada dalam perjalanan hidupku. Sungguh tak terbayangkan sedikit pun.
“Aku tak percaya kamu bisa kerja kantoran. Sungguh awalnya tak percaya. Aku pernah berfikir, mungkin Reni terlalu berkhayal dan bermimpi melewati batas yang tak seharusnya”, kata temanku yang tak percaya bahwa aku bisa melewati batas yang menghadang.
Kadang kala ada beberapa sahabat yang menanyakan kepadaku, “Kenapa tidak bekerja sesuai jurusan yang linier saat kuliah ?”. Jujur aku katakan sebelum memutuskan untuk bekerja di perkantoran. Banyak pertimbangan yang aku fikirkan. Dan pilihanku adalah melewati batas yang sudah terukir. Meski aku bekerja di kantor. Tetapi, ilmu pengetahuan yang sudah didapatkan aku pergunakan dengan sebaik-baiknya. Dengan cara memberikan pembelajaran kepada adik-adik yang kesulitan dalam memahami pelajaran di sekolahnya sepulang bekerja dari kantor.
Namun, apalah daya hanya sekitar 7 bulan aku bekerja di perusahaan tersebut. Aku harus merelakan jalan karier yang aku pilih. Dan harus kembali meneruskan usaha keluarga. Sekarang aku bekerja sebagai wirausaha. Semuanya sudah aku rencanakan, namun apa daya jikalau memang takdir menuntunku ke tempat yang lebih baik untukku dalam menyelami dan mempelajari kerasnya hidup. Selama hari-hariku menjadi wirausaha, banyak sekali kenyataan hidup yang belum pernah aku ketahui. Aku pelajari langsung secara nyata. Terlebih lagi saat berwirausaha, maka akan dihadapkan kepada customer dengan berbagai karakter secara langsung.
Pengalaman mengajarkanku, bangkit dari setiap ketepurukan, kegagalan, kemalangan, kesedihan, dan segala hal yang membuat diri sendiri menjadi tidak bermanfaat adalah cara untuk mempertahankan hidup. Ocehan atau cemohan dari orang lain sungguh pasti akan menghantui disetiap langkah yang diambil. Tapi, bagaimana cara diri sendiri agar tidak terpengaruh, itu yang harus ditekankan.
Aku selalu katakan pada diri sendiri, coba pilih satu pilihan dan lakukan pilihan tersebut. Jika memang pilihan tersebut bukan pilihan yang semestinya dipilih. Namun baik untuk hidup, maka lakukan dan lanjutkan. Kebaikan dan bermanfaat untuk diri sendiri maupun orang lain sesungguhnya lebih utama dari segalanya. Dan nantinya pasti akan menemukan kebahagiaan dengan sendirinya. Melalui sedikit cerita hidupku yang seperti roller coaster dan sulit ditebak.
Aku harap, teman-teman pembaca dapat mengambil hikmah yang bermanfaat. Selalu ingat perkataan Bung Karno, “Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia”. Jika setiap pemuda pemudi di Indonesia bisa bangkit dari setiap kegagalan, maka tidak hanya dunia yang akan terguncang bahkan langit pun akan bergetar. Aku pemudi Indonesia, selalu bangkit dari kegagalan dan pantang menyerah.
Penulis: Reni Ariska Putri
- instagram: @reniariskaputri.