MATA INDONESIA, JAKARTA – Kini Gracia Josaphat Jobel Mambrasar atau yang karib disapa Billy Mambrasar sudah sukses. Pada periode kedua pemerintahan Jokowi, ia ditunjuk menjadi salah satu staf khusus presiden dari kalangan milenial.
Namun siapa yang mengira kalau Billy pernah mengalami perlakuan yang kurang menyenangkan saat masih kuliah S1 di Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan Institut Teknologi Bandung (ITB) beberapa tahun silam. Ia pernah dikatain bau oleh salah seorang rekan kuliahnya.
“Mandi lu, bau dan dekil banget sih, item!,” ujarnya menirukan perkataan temannya kala itu.
Saat itu, Billy cuma memilih diam dan sabar. Ia pun merasa susah untuk berbaur dengan teman-teman yang sebagian besar dari Jawa tersebut. Ditambah lagi, ia mengalami kesulitan finansial untuk memenuhi kebutuhan hidup karena orang tuanya tergolong tak mampu. Maklum ekonomi keluarga saat itu hanya bergantung kepada hasil ibunya berjualan kue dan makanan-makanan ringan. Sementara Ayah Billy hanyalah seorang guru Honor yang gajinya tak seberapa.
“Bagi saya, saat itu saya memiliki pilihan sebenarnya, untuk mengamuk, marah, lalu gagal kuliah karena emosi, atau tetap bertahan, berjuang, dan membuktikan mereka yang suka merendahkan itu salah, dengan berprestasi. Saya memilih pilihan yang kedua,” kata Billy terkenang.
Dan benar, selepas lulus dari ITB, prestasi demi prestasi diraih oleh Billy. Mulai dari perwakilan Indonesia untuk berbicara di Youth Assembly, PBB, hingga lulus dari The Australian National University di tahun 2015 sebagai mahasiswa terbaik. Billy juga berhasil menyelesaikan gelar masternya dari Kampus nomor 1 Inggris Oxford lewat jalur beasiswa LPDP Kementerian Keuangan.
Belum lama ini, ia dinyatakan lulus masuk ke salah satu kampus terbaik dunia yaitu Universitas Harvard, Amerika Serikat (AS). Mulanya Billy tak yakin kalau diterima karena tingkat penerimaan masuk di kampus tersebut sangat kecil. Bayangkan, yang bisa masuk kuliah ke sana itu Presiden Amerika seperti Barrack Obama atau presiden-presiden negara lain, penerima hadiah nobel, atau pebisnis besar seperti Bill Gates maupun Mark Zuckerberg.
“Jadinya saya sangat tidak percaya diri, bisa diterima di sana,” ujar Putra asal Biak, Papua tersebut.
Kesuksesan Billy nampaknya didengar oleh rekan kuliah dulu pernah menghinanya. Ia lalu menjadi orang pertama yang mengucapkan selamat ke Billy.
“Saya sudah membuktikan bahwa kita tidak perlu membahas hinaan yang merendahkan dengan kekerasan. Kita cukup balas saja dengan prestasi, mereka akan malu sendiri”, ujarnya.
Keberhasilannya ini pun ingin ditularkannya kepada anak-anak Papua dan anak-anak Indonesia Timur lainnya. Ia pun berencana untuk berkeliling ke Sulawesi, Maluku, Maluku Utara, NTT, NTB, Papua dan provinsi-provinsi Indonesia timur lainnya.
“Tujuannya untuk membantu mereka memperoleh jalan untuk kuliah di kampus seperti Oxford atau Harvard dengan beasiswa. Kampus top dunia bukan hanya milik anak-anak kaya di Jawa saja. Akan tetapi katong anak-anak Indonesia Timur juga punya kesempatan yang sama untuk masuk. Ini waktunya Indonesia Timur bangkit!”, Katanya penuh harap.