Pertama di Dunia, Australia Luncurkan Layanan Antar Makan Via Drone

Baca Juga

MINEWS, JAKARTA-Perusahaan di Australia, Wing memanfaatkan tehnologi drone untuk jasa layanan antar makanan lewat udara. Perusahaan di bawah naungan induk perusahaan Google, Alphabet Inc menjadi yang pertama di dunia yang menyediakan layanan tersebut.

Layanan ini diluncurkan usai melalui masa percobaan selama 18 bulan. Uji coba itu dilakukan untuk pengiriman aneka makanan dan minuman, obat-obatan hingga kopi dan cokelat.

Berdasarkan laporan The Guardian, badan pengawas penerbangan Asutralia telah menandatangani persetujuan layanan antar tersebut pada selasa lalu. Juru bicaranya, Casa Peter Gibson mengatakan bahwa pihaknya sudah memeriksa kondisi drone, sistem manajemen lalu lintas, pemeliharaan, pelatihan pilot drone hingga perencanaan operasional.

“Semua hal menyangkut keamanan telah dinilai sehingga tidak ada risiko bagi masyarakat yang ada di darat, properti atau pesawat terbang di langit,” kata Gibson pada Guardian Australia.

Lebih lanjut Gibson mengatakan bahwa persetujuan itu diberikan dengan beberapa peraturan ketat. Contohnya jam operasional, di mana pengiriman lewat drone hanya bisa dilakukan di siang hari.

Kemudian drone dilarang melintasi jalan-jalan utama hingga adanya jarak ketinggian minimun antara drone dan masyarakat. Dikutip dari Fox News, layanan antara via drone ini beroperasi di hari senin hingga jumat mulai dari jam 7 pagi.

Hanya saja selama proses percobaan, suara bising dari drone sempat membuat marah beberapa warga. Mereka mengklaim bahwa suara bising drone dapat terdengar meski di dalam ruangan jendela berlapis ganda. Hal itupun dicatat oleh pihak Wing.

Rencananya drone pengantar makanan ini akan dioperasikan di 100 rumah yang memenuhi syarat yang ada di pinggiran kota Crace, Palmerston dan Franklin di Canberra dalam beberapa minggu mendatang. Setelahnya Wing akan melebarkan layanan antar makanan ini ke wilayah Harrison dan Gungahlin.

“Layanan kami memungkinkan pelanggan untuk memesan berbagai bahan seperti makanan segar, kopi panas, atau bahan kimia melalui aplikasi seluler kami dan mengirimkannya langsung ke rumah mereka menggunakan drone dalam hitungan menit,” katanya.

Berita Terbaru

Sistem Kontrak Kerja jadi Masalah Generasi Muda, GMNI Singgung Keadilan Ketenagakerjaan di Indonesia

Sistem Kontrak Kerja jadi Masalah Generasi Muda, GMNI Singgung Keadilan Ketenagakerjaan di Indonesia Kondisi ketenagakerjaan saat ini menghadirkan berbagai tantangan signifikan yang berdampak pada kesejahteraan pekerja, terutama dalam menghadapi ketidakpastian kerja dan fenomena fleksibilitas yang eksploitatif atau dikenal sebagai flexploitation. Sistem kontrak sementara kerap menjadi salah satu akar permasalahan, karena tidak menjamin kesinambungan pekerjaan. Situasi ini semakin diperburuk oleh rendahnya tingkat upah, yang sering berada di bawah standar kehidupan layak, serta minimnya kenaikan gaji yang menambah beban para pekerja. Selain itu, kurangnya perlindungan sosial, seperti jaminan kesehatan yang tidak memadai, serta lemahnya penegakan hukum memperkuat kondisi precarization atau suatu kerentanan struktural yang terus dialami oleh pekerja. Di sisi lain, keterbatasan sumber daya negara juga menjadi penghambat dalam mendorong pertumbuhan sektor ekonomi kreatif yang potensial, di mana banyak pekerja terjebak dalam tekanan produktivitas tanpa disertai perlindungan hak yang memadai. Dalam konteks ini, generasi muda, termasuk kader-kader Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), menjadi kelompok yang paling rentan terhadap dinamika pasar kerja yang semakin eksploitatif. Generasi ini kerap menghadapi kontradiksi antara ekspektasi tinggi terhadap produktivitas dan inovasi dengan realitas kerja yang penuh ketidakpastian. Banyak dari mereka terjebak dalam sistem kerja fleksibel yang eksploitatif, seperti tuntutan kerja tanpa batas waktu dan kontrak sementara tanpa jaminan sosial yang memadai. Akibatnya, kondisi precarization semakin mengakar. Bagi kader GMNI, yang memiliki semangat juang dan idealisme tinggi untuk memperjuangkan keadilan sosial, situasi ini menjadi ironi. Di satu sisi, mereka harus tetap produktif meskipun kondisi kerja tidak mendukung, sementara di sisi lain mereka memikul tanggung jawab moral untuk terus memperjuangkan aspirasi kolektif para pekerja. Kondisi ini tidak hanya memengaruhi kesejahteraan individu, tetapi juga dapat mengikis potensi intelektual, semangat juang, serta daya transformasi generasi muda dalam menciptakan struktur sosial yang lebih adil. Oleh karena itu, peran negara menjadi sangat penting untuk merumuskan kebijakan yang konkret dan menyeluruh. Kebijakan ini harus memastikan pemenuhan hak-hak dasar pekerja, termasuk perlindungan sosial yang layak, serta penegakan regulasi yang konsisten untuk mengurangi ketimpangan dan menghentikan eksploitasi dalam sistem kerja fleksibel. Tanpa langkah nyata tersebut, ketimpangan struktural di pasar tenaga kerja akan terus menjadi ancaman bagi masa depan generasi muda dan stabilitas tatanan sosial secara keseluruhan.
- Advertisement -

Baca berita yang ini