MATA INDONESIA, JAKARTA – Dunia asuransi tanah air berduka. Pelopor asuransi patungan alias joint venture Harry Harmain Diah berpulang.
Legenda asuransi ini meninggal pada Kamis, 7 Mei 2020, pukul 06.24 WIB di Rumah Sakit Omni Alam Sutera.
Namanya kerap dikaitkan dengan Burhanuddin Mohammad Diah atau lebih dikenal sebagai BM Diah, tokoh perjuangan Kemerdekaan RI dan tokoh pers nasional. Ternyata BM Diah adalah adik bungsu Muhammad Yoedin. Jadi, BM Diah adalah pamannya Harry.
Sebagai informasi, pria kelahiran tahun 1932 di Medan ini merupakan anak dari pasangan Muhammad Yoedin, seorang douane (pegawai kepabeanan) asal Aceh, dan Zahra Adira, asal Medan.
Karirnya melejit pada tahun 1974, yakni saat Menteri Keuangan Ali Wardhana menantang pengusaha di Indonesia untuk mendirikan perusahaan asuransi. Saat itu baru ada 14 perusahaan asuransi.
Itu pun asuransi lama peninggalan Belanda, seperti Asuransi Bumiputera, Asuransi Jiwasraya, dan Asuransi Nirmei. Ali Wardhana saat itu hanya menyediakan modal senilai Rp 100 juta. Di tahun itu, duit segitu terbilang besar, namun tidak bagi Harry.
Karena semangat patriotismenya membangun perekonomian Indonesia, ia menerima tantangan Ali Wardhana dengan mendirikan Asuransi Jiwa Ikrar Abadi (AJIA). Padahal ketika itu dirinya masih tergolong awam bisnis asuransi, namun mahir di bisnis percetakan.
“Pertama, saya nekat meski sama sekali belum pernah bersentuhan dengan industri asuransi. Kedua, saya nekat memberikan pertanggungan hingga Rp 100 juta, meski premi yang dibayarkan nasabah tak lebih dari Rp 1 juta. Bahkan modal awalnya pun hanya Rp 100 juta,” ujarnya melansir infobanknews.
Berhasil mendirikan AJIA, tak lantas bikin Harry besar kepala. Menurut dia, untuk membesarkan perusahaan asuransi tidak cukup hanya modal nekat, tapi juga perlu modal capital dan pengalaman.
Makanya, dia terdorong untuk memperjuangkan regulasi pendirian asuransi joint venture di Indonesia. Ia memperjuangkan gagasan itu pada tahun 1975, dengan melakukan pendekatan intensif ke pemerintah, melalui Ali Wardhana dan DPR.
Tahun 1982 adalah tahun bersejarah bagi industri asuransi karena di tahun itu perjuangan Harry membuahkan hasil. Regulasi tentang asuransi joint venture diteken pemerintah.
Harry pun orang pertama yang diberi izin mendirikan asuransi joint venture. Dia menggandeng AIA (American International Assurance) dan IAG (International Assurance Group).
Namun upaya tak berjalan mulus. Dia sempat dituding sebagai antek kapitalis dan tidak nasionalis oleh sejumlah pihak karena memberi ruang asing untuk menanamkan investasinya di Indonesia.
“Saya hanya bisa bilang, this is only the way of doing business. Saya tidak punya uang. Satu-satunya cara ya dengan joint venture. Saya dikasih share saham 40 persen, asing 60 persen,” katanya.
Tahun 1984, Harry mendirikan asuransi joint venture AIA Indonesia. Setelah jalan 25 tahun, dia membeli seluruh saham AIA Indonesia, dan mengganti nama menjadi Avrist Assurance, sampai sekarang.
Baru-baru ini, atas jasanya membangun perekonomian Indonesia melalui industri asuransi, Harry diberi penghargaan Wiraprakarsa Adhitama oleh Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI). Ia menerima penghargaan bersama Rachmat Saleh, mantan Gubernur BI dan mantan Menteri Perdagangan di era Orba, serta Hans Kartikahadi, akuntan senior.
Sosok Harry juga dekat dengan Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI). Selain sering hadir di acara-acara penting ISEI, seperti Sidang Pleno dan Kongres ISEI, dia juga termasuk donatur tebal bagi ISEI.
Acara apa saja di ISEI, jika pengurus datang ke dia, pasti diberi sumbangan untuk berlangsungnya acara.
Bahkan ia pernah menggaji karyawan sekretariat ISEI selama hampir setahun. “Pak Harry orang baik dan dermawan, serta rendah hati.” kata Ilham Nur, Kepala Sekretariat ISEI Jaya yang pernah diumrahkan oleh Harry Diah.
Urusan memberangkat haji dan umroh sudah dilakukan oleh Harry sejak tahun 1980-an. Prioritas pertama adalah para karyawan golongan rendah.
Ia tak pernah menghitung berapa orang yang pernah dihajikan dan diumrahkan. Dia sempat bilang ratusan atau mungkin ribuan. “Bahkan, Pak Harry sempat memberangkatkan umrah korban First Travel. Padahal, beliau tidak kenal sama sekali,” ujar Ilham.
Meski menjadi sosok yang sukses dan berkontribusi besar untuk negeri ini, Harry tetaplah sosok yang sangat sederhana. Pulang pergi kantor sering naik taxi. Bahkan, tak jarang dia naik mobil tua. Padahal, dia pemilik AIA, perusahaan asuransi joint venture yang sukses.
Sampai akhir hayatnya, dia masih aktif mengelola asuransi Avrist Assurance. Bahkan di usianya yang mendekati 90 tahun, dia masih sering datang ke kantornya, di bilangan Sudirman.