Veronica Koman Ternyata Berbohong, Ketua BEM UI Bantu Serahkan Data yang Dianggap Pelanggaran HAM

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Perempuan Indonesia yang ngotot membebaskan Papua dari NKRI, Veronica Koman ternyata berbohong, telah memberikan daftar tahanan politik dan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) di Papua. Ternyata data itu tidak pernah sampai kepada Presiden Jokowi di Canberra, Australia beberapa hari lalu.

Maka, Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Indonesia (UI) Fajar Adi Nugroho membantu Veronica menyerahkannya ke Menteri Koordinator bidang Hukum Politik dan Keamanan (Polhukam) Mahfud MD di Kampus UI Depok, Senin 17 Februari 2020.

“Kebetulan teman-teman dari BEM UI dan beberapa BEM fakultas dan vokasi menyerahkan dokumen angka korban tewas di Nduga dan tahanan politik yang tempo hari hendak diberikan kepada Presiden di Canberra, tapi ternyata tidak sampai,” ujar Fajar.

Fajar merasa informasi yang diyakininya sebagai data pelanggaran hak asasi manusia (HAM) tersebut harus benar-benar diterima Mahfud MD dengan harapan akan diteruskan ke Presiden Jokowi Widodo alias Jokowi.

Dia menilai data itu tersebut berkaitan dengan tanggung jawab negara dalam melindungi HAM warganya, bahkan pada 2018 Komnas HAM sudah mengafirmasi pelanggaran HAM di Bumi Cendrawasih tersebut.

Mahfud juga membenarkan telah menerima dokumen dari BEM UI yang disebut sebaegai daftar tahanan atau korban pelanggaran HAM di Papua.

Dia mengapresiasi pemberian dokumen berisi korban pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) di Papua tersebut. Dia mengatakan bahwa setiap warga negara berhak mengajukan dokumen-dokumen berisi informasi penting.

Dia juga mengaku akan mempelajari isi dokumen itu. Mahfud menduga dokumen tersebut sama dengan yang pernah akan diberikan oleh aktivis Veronica Koman kepada Presiden Joko Widodo di Canberra, Australia, beberapa waktu lalu.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pembangunan Infrastruktur Sekolah Rakyat jadi Tonggak Pemerataan Pendidikan

Oleh: Didin Waluyo)* Komitmen pemerintahan Prabowo Subianto dalam mewujudkan akses pendidikanyang lebih merata terlihat semakin nyata. Pemerintah akhirnya menetapkanDesember 2025 sebagai titik awal pembangunan Infrastruktur Sekolah Rakyat.  Langkah ini dipandang sebagai dorongan baru untuk menegaskan bahwapendidikan tidak boleh menjadi hak istimewa bagi segelintir kelompok saja.Pembangunan ini juga menjadi sinyal kuat bahwa negara mulai menempatkankualitas dan aksesibilitas pendidikan sebagai prioritas utama.  Pembangunan infrastruktur ini masuk dalam pembangunan tahap II yang dilakukandi 104 lokasi di seluruh Indonesia. Dengan memulai proyek pada akhir 2025, pemerintah ingin memastikan bahwa percepatan pembangunan dapat segeradirasakan oleh masyarakat luas. Menteri Pekerjaan Umum (PU) Dody Hanggodo mengatakan, Pembangunan Sekolah Rakyat Adalah bentuk nyata komitmen pemerintah untuk membangunsumber daya manusia yang unggul. Ia menjelaskan bahwa Pembangunan tahap II dilakukan guna memperluas akses Pendidikan berkualitas bagi anak-anak darikeluarga kurang mampu.  Berdasarkan data yang dihimpun dari Kementerian PU, total anggaran yang dialokasikan untuk percepatan pembangunan Sekolah Rakyat ini sebsar Rp20 triliun, yang mana biaya pembangunan diperkirakan Rp200 miliar per sekolah. Sementara itu 104 lokasi yang tersebar antara lain, 27 lokasi di Sumatera, 40 lokasidi Jawa, 12 lokasi di Kalimantan,...
- Advertisement -

Baca berita yang ini