Jika Lebah Terancam Punah akibat Cuaca Ekstrem, 7 Hal Ini akan Terjadi pada Dunia

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Lebah bumblebees telah mengalami jumlah penurunan yang drastis di wilayah Eropa dan Amerika Utara. Para ilmuwan mengatakan hal tersebut terjadi akibat adanya suhu yang panas dan ekstrem. Sebuah studi menyebutkan bahwa di tempat tertentu, serangga yang memiliki peran penting dalam penyerbukan ini populasinya telah menurun sekitar 30 persen dalam satu generasi manusia.

Mengutip dari The Guardian, tim Newbold dari Pusat Penelitian Biodiversitas & Lingkungan University College London mengatakan bahwa penurunan yang jauh lebih besar mungkin terjadi jika perubahan iklim dipercepat di tahun-tahun mendatang. Karena itu, perlu adanya upaya besar untuk mengurangi perubahan iklim jika ingin melestarikan keanekaragaman lebah.

Para peneliti mengungkapkan bahwa tingkat penurunan populasi lebah tampaknya konsisten dengan kepunahan massal. Lalu apa saja hal apa saja yang akan terjadi apabila lebah benar-benar punah? Berikut ulasannya.

1. Hilangnya Pasokan Madu dari Muka Bumi

Apabila yang memproduksi punah, otomatis keberadaan madu juga akan lenyap dari muka bumi ini. Peran madu dalam dunia kesehatan cukup besar. Madu dipercaya dapat mencegah diabetes, kanker, penyakit jantung, memperkuat sistem kekebalan tubuh, menurunkan kolestrol dan berat badan, serta dapat menyembuhkan luka.

2. Berkurangnya Stok Makanan di Dunia

Menurut sebuah laporan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), dari 100 spesies tanaman, 90 persen diantaranya menyediakan pasokan makanan bagi dunia. Sedangkan lebih dari 70 persen diantaranya melakukan penyerbukan dengan bantuan lebah. Apabila lebah tidak dapat menjalankan perannya, otomatis jumlah pasokan pangan tersebut akan berkurang.

3. Harga Pakaian Menjadi Mahal

Tak hanya bidang pangan saja yang akan mengalami pengaruh besar apabila lebah punah, tetapi sektor sandang pun akan turut mengalami penurunan. Pasalnya, lebah juga memiliki peran besar pada proses penyerbukan kapas yang menjadi bahan dasar pembuatan pakaian.

4. Mengacaukan Sistem Rantai Makanan dalam Ekosistem

Jika semua lebah di dunia mati, maka akan ada efek besar bagi seluruh ekosistem. Sejumlah tanaman, seperti anggrek lebah yang diserbuki secara eksklusif oleh lebah tertentu, akan mati tanpa campur tangan manusia.

Ini akan mengubah komposisi habitat mereka dan memengaruhi jaring makanan. Tak hanya itu, kepunahan lebah juga akan memicu kemugkinan musnah organisme lain bergantung padanya. Ini juga akan mengubah ekosistem.

5. Proses Penyerbukan Jadi Sangat Mahal

Untuk mempertahankan ketersediaan sandang dan pangan, tentunya manusia perlu menggantikan peran lebah dalam melakukan proses penyerbukan. Hal yang paling memungkinkan untuk dilakukan adalah dengan melakukan penyerbukan dengan tangan secara manual.

Teknik ini dapat diterapkan pada sebagian besar tanaman buah dan sayuran. Namun sangat disayangkan, metode ini tergolong cukup mahal karena memerlukan banyak tenaga kerja atau padat karya.

6. Harga Pangan Melonjak dan Tingginya Kasus Gizi Buruk

Berkurangnya pasokan pangan ditambah dengan proses penyerbukan yang mahal tentunya akan mengakibatkan harga barang pokok dipasaran menjadi meningkat. Hal tersebut akan menyebabkan sulitnya memenuhi kebutuhan nutrisi makanan sehingga gizi buruk pun akan terjadi dimana-mana.

7. Tingkat Kriminalitas Meningkat

Disaat kebutuhan sandang pangan sulit di dapat, tak menutup kemungkinan pula tindak kriminalitas akan meningkat. Pasalnya, ketika sebuah perusahaan harus stop produksi akibat barang baku yang tidak memadai, maka karyawan pun banyak yang harus kehilangan pekerjaan dan menjadi pengangguran.

Ketika alat pemenuh kebutuhan jumlahnya menipis, dan cara mendapatkannya sulit dilakukan, maka akan terjadi suatu kecenderungan untuk menghalalkan berbagai cara untuk bisa mendapatkan apa yang diperlukan, bahkan dengan tindak kejahatan. (Marizke/R)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pembangunan Infrastruktur Sekolah Rakyat jadi Tonggak Pemerataan Pendidikan

Oleh: Didin Waluyo)* Komitmen pemerintahan Prabowo Subianto dalam mewujudkan akses pendidikanyang lebih merata terlihat semakin nyata. Pemerintah akhirnya menetapkanDesember 2025 sebagai titik awal pembangunan Infrastruktur Sekolah Rakyat.  Langkah ini dipandang sebagai dorongan baru untuk menegaskan bahwapendidikan tidak boleh menjadi hak istimewa bagi segelintir kelompok saja.Pembangunan ini juga menjadi sinyal kuat bahwa negara mulai menempatkankualitas dan aksesibilitas pendidikan sebagai prioritas utama.  Pembangunan infrastruktur ini masuk dalam pembangunan tahap II yang dilakukandi 104 lokasi di seluruh Indonesia. Dengan memulai proyek pada akhir 2025, pemerintah ingin memastikan bahwa percepatan pembangunan dapat segeradirasakan oleh masyarakat luas. Menteri Pekerjaan Umum (PU) Dody Hanggodo mengatakan, Pembangunan Sekolah Rakyat Adalah bentuk nyata komitmen pemerintah untuk membangunsumber daya manusia yang unggul. Ia menjelaskan bahwa Pembangunan tahap II dilakukan guna memperluas akses Pendidikan berkualitas bagi anak-anak darikeluarga kurang mampu.  Berdasarkan data yang dihimpun dari Kementerian PU, total anggaran yang dialokasikan untuk percepatan pembangunan Sekolah Rakyat ini sebsar Rp20 triliun, yang mana biaya pembangunan diperkirakan Rp200 miliar per sekolah. Sementara itu 104 lokasi yang tersebar antara lain, 27 lokasi di Sumatera, 40 lokasidi Jawa, 12 lokasi di Kalimantan,...
- Advertisement -

Baca berita yang ini