MATA INDONESIA, JAKARTA – Nilai tukar rupiah atas dolar Amerika Serikat (AS) diramalkan akan melanjutkan trend positif di awal pekan, 30 Desember 2019. Jumat kemarin, rupiah ditutup pada posisi Rp 13.950 per dolar AS atau menguat 0,04 persen.
Untuk Senin ini, Direktur Garuda Berjangka Ibrahim memprediksi rupiah akan bergerak di kisaran Rp 13.920 hingga Rp 13.970 per dolar AS.
Ia mengatakan, penguatan rupiah masih akan dipengaruhi oleh sejumlah sentimen positif dari global dial antaranya sebagai berikut.
Pertama, para investor kembali optimis pasca adanya informasi damai dagang fase I akan segera ditandatangani.
“AS-Cina diperkirakan akan melakukan penandatanganan perjanjian perdagangan pada hari Selasa nanti. Hal ini akan berdampak baik bagi pertumbuhan ekonomi global,†kata Ibrahim sore ini.
Kedua, pasar mata uang global tetap dalam suasana liburan setelah Hari raya Natal dan Boxing day. “Aktivitas perdagangan di Jumat secara keseluruhan sebagian besar tenang,†ujar Ibrahim.
Ketiga, soal suku bunga acuan Bank Sentral Cina yang diperkirakan akan mengalami pemangkasan lagi.
“Awal pekan ini, pemerintah Cina akan mempertimbangkan untuk meluncurkan lebi banyak stimulus dan Bank Sentralnya dan kemungkinan akan menurunkan cadangan rasio sebesar 50 bps,†kata Ibrahim.
Keempat, soal suku bunga acuan Bank Sentral AS (The Fed). Bank Sentral negara paman Sam ini diprediksi akan kembali menurunkan suku bunganya. Di satu sisi, mengindikasikan bahwa ekonomi Amerika masih beresiko bermasalah.
“Namun di lain sisi, malah jadi berita baik untuk pasar global sehingga bisa membantu pertumbuhan ekonomi global,†ujar Ibrahim.
Kelima, soal Brexit. Investor juga tengah bersiap atas segala ketidakpastian yang akan terjadi, jika Inggris resmi meninggalkan Uni Eropa (UE) pada Januari 2020 nanti.
“Perdana Menteri Boris Johnson telah membuatnya menjadi ilegal karena berniat memperpanjang pembicaraan perdagangan dengan UE setelah akhir tahun depan. Hal ini membuat para investor khawatir Inggris bisa jatuh tanpa kesepakatan perdagangan apa pun,†kata Ibrahim.
Sementara dari dalam negeri, penguatan rupiah ditopang oleh soal upaya BI untuk terus menjaga defisit transaksi berjalan (CAD) agar lebih baik di 2020.
“CAD ditargetkan akan tetap berada di kisaran 2,5 persen hingga 3 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB),†ujar Ibrahim.
Disamping itu, kata Ibrahim, pemerintah juga terus melakukan strategi-strategi bauran guna untuk membantu dan menyeimbangkan apa yang di lakukan oleh BI dalam menjaga stabilitas ekonomi dalam negeri.
“Surplus neraca modal di 2020 juga diharapkan akan lebih baik dari defisit transaksi berjalan dan itu akan menjaga stabilitas eksternal dan cadangan devisa yang lebih baik,†kata Ibrahim.