Ini Dia Perang yang Bikin Penduduk Banyuwangi Berkurang Hingga 60 ribu Orang

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Di antara banyak perang yang terjadi di Nusantara, perang Puputan Bayu yang terjadi di Banyuwangi atau Blambangan bisa jadi salah satu perang paling kejam dan paling banyak memakan korban dalam sejarah. Bahkan membuat penduduk wilayah itu berkurang hingga 60 ribu orang.

Itu adalah perlawanan terdahsyat yang dilakukan orang-orang di Kepulauan Indonesia terhadap Belanda, yang konon membuat kewalahan wong londo itu. Perlawanan tersebut merupakan efek yang ditimbulkan dari perjanjian antara peguasa Mataram Pakubuwono (PB) II, dengan perusahaan dagang Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) yang kemudian beroperasi sangat politis untuk menguasai wilayah nusantara.

Perjanjian tersebut berisi raja yang harus menyerahkan sejumlah wilayah kekuasaan Mataram bagian timur, termasuk Blambangan kepada Kerajaan penjajah. Imbalannya adalah uang dari VOC.

Perjanjian tersebut disetujui PB II dengan memberikan sejumlah daerah kekuasaan Mataram. Namun, kedatangan orang-orang VOC beserta para sekutunya justru membuat rakyat Blambangan marah. Apalagi perlakuan penjajah itu sangat kasar dan semena-mena sehingga memicu bentrokan fisik di sejumlah tempat.

Selain itu penyebab terjadinya Puputan Bayu karena warga Blambangan tidak tahan dengan berbagai aturan Belanda yang sangat mencekik kehidupan warga.

Belanda kerap mempekerjakan paksa warga dan tidak menyediakan makanan untuk mereka. Hal itu justru menimbulkan kesengsaraan, kelaparan, serta hidup serba kekurangan dari warga Blambangan sehingga memicu penyakit yang berujung dengan kematian.

VOC saat itu menyebut peristiwa tersebut sebagai de dramatische vernietiging van Compagniesleger (kehancuran dramatis pasukan kompeni).

Ratusan serdadu asal Eropa tewas dalam perang itu. Hanya beberapa saja yang tersisa. Sementara, warga Blambangan harus kehilangan pemimpinnya, Pangeran Jagapati yang gugur 19 Desember 1771, karena terluka akibat perang.

Dahsyat perang semesta itu juga mengakibatkan jumlah penduduk Blambangan berkurang drastis. Jika awalnya wilayah yang kini dipimpin Bupati Abdullah Azwar Anas itu memiliki 65 ribu penduduk, usai perang tinggal 5 orang saja yang tersisa.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Perjuangkan Kesejahteraan Buruh dan Petani, Dani Eko Wiyono Siap Maju Calon Bupati Sleman Melalui Jalur Independen

Mata Indonesia, Sleman - Alumni aktivis 98 sekaligus aktivis yang selalu menyuarakan aspirasi buruh/pekerja Daerah Istimewa Yogyakarta, Dani Eko Wiyono ST. MT ini bertekad maju bakal calon bupati Sleman dalam Pilkada Sleman nanti. Dani menilai, hingga saat ini, mayoritas kehidupan buruh masih sangat jauh dari kata sejahtera. Buruh masih dianggap hanya sebagai tulang punggung ekonomi bangsa tanpa diperjuangkan nasib hidupnya.
- Advertisement -

Baca berita yang ini