Sesuai prediksi Rupiah Ditutup di Level 13.000, Apa Sebabnya?

Baca Juga

MINEWS, JAKARTA – Sesuai prediksi! Nilai tukar rupiah atas dolar Amerika Serikat (AS) sukses ditutup di posisi 13.000-an pada akhir perdagangan Selasa, 5 Oktober 2019. Mengutip data RTI Business, Rupiah tercatat di posisi Rp 13.968 per dolar AS atau menguat 0,34 persen.

Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan penguatan rupiah hari ini dibayangi oleh sejumlah sentimen dari luar maupun dari dalam negeri. Antara lain sebagai berikut.

Pertama, soal damai dagang antara AS dan China. Dalam beberapa hari terakhir, Beijing dan Washington telah memberikan tanda-tanda kemajuan yang menggembirakan dalam pembicaraan perdagangan.

“Pihak Beijing mendorong Presiden AS Donald Trump untuk menghapus lebih banyak tarif yang dikenakan pada bulan September sebagai bagian dari kesepakatan perdagangan “fase satu” yang diharapkan akan ditandatangani akhir bulan ini di lokasi yang belum ditentukan. Selain itu, ada indikasi pelonggaran bagi grup telekomunikasi China Huawei oleh AS,” katanya sore ini.

Kedua, para investor juga tengah menanti laporan non-manufaktur ISM AS yang akan dirilis Selasa ini, yang diperkirakan akan menunjukkan aktivitas sedikit meningkat pada bulan Oktober.

Ketiga, Bank sentral Australia (RBA) diperkirakan akan mempertahankan suku bunga pada rekor rendah 0,75 persen pada Selasa ini.

“Banyak ekonom mengharapkan RBA untuk menurunkan suku bunga setidaknya sekali awal tahun depan untuk membantu menghidupkan kembali inflasi dan ekonomi yang melambat,” ujarnya.

Sementara dari dalam negeri pergerakan mata uang garuda dibayangi oleh, data BPS tentang pertumbuhan ekonomi kuartal III 2019 yang sebesar 5,02 persen. Angka ini sesuai dengan ekspektasi para analis sebesar 5,02 persen secara tahunan. Pertumbuhan ekonomi secara kuartalan masih tumbuh 3,06 persen. Secara kumulatif masih tumbuh 5,04 persen.

“Hal ini berkat pemerintah yang terus memberikan informasi yang positif tentang perekonomian dalam negeri serta BI yang terus melakukan intervensi baik secara langsung maupun tidak langsung untuk mengimbangi dampak dari krisis global membuahkan hasil yang maksimal dimana PDB terus tumbuh dan sesuai dengan harapan pasar,” katanya.

Disamping itu, penguatan rupiah juga dipengaruhi oleh sikap pelaku pasar yang mengapresiasi fakta soal perekonomian Indonesia masih mampu tumbuh di atas 5 persen.

“Pasalnya, sebelum angka pertumbuhan ekonomi dirilis, ada kekhawatiran yang besar bahwa perekonomian Indonesia tak akan mampu tumbuh mencapai 5%. Alasannya kondisi perekonomian global masih sangat diliputi dengan ketidakpastian di mana perang dagang masih berlangsung, masalah Brexit dan tensi geopolitik di beberapa kawasan,” ujar Ibrahim.

Berita Terbaru

Pembangunan IKN Era Presiden Prabowo Wujudkan Pertumbuhan Ekonomi

Oleh: Adnan Ramdani )* Pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) yang tengah berlangsung di Kalimantan Timur bukan hanya sebuah proyek infrastruktur besar,...
- Advertisement -

Baca berita yang ini