MINEWS, JAKARTA-Hari ini tepat jatuh pada Selasa, 12 Maret 2019. Banyak peristiwa bersejarah dan perjalanan nama orang-orang penting salah satunya Letnan Jenderal Sudharmono yang merupakan wakil presiden Indonesia kelima dan menjabat selama periode 1988-1993.
Pria yang lahir di Cerme, Gresik, Jawa Timur apda 12 Maret 1927 ini memang memiliki kisah perjalanan hidup yang sangat keras dan tidak biasa, hingga akhirnya ia meninggal di Jakarta pada 25 Januari 2006 pada usia 78 tahun.
Sebelumn menjabat sebagai wakil presiden mendampingi Presiden Soeharto, dirinya diperdebatkan, karena ia dituduh sebagai komunis atau PKI. Menjelang penentuan wapres pada Sidang Umum Majelis Permusyawaratan Rakyat (SU MPR) 1988, kalangan sipil di Golongan Karya (Golkar) lebih menyukai Sudharmono untuk dijadikan pendamping daripada Soeharto. Kala itu, Sudharmono adalah Ketua Umum Golkar.
Sementara itu, kelompok militer lebih menyukai Try Sutrisno. Pendukung utama Try Sutrisno adalah kawan lamanya yang jadi Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Pangab), yakni Leonardus Benjamin Moerdani alias Benny Moerdani.
Dirinya di tuduh sebagai anggota organisasi pemuda yang berhubungan dengan PKI semasa Peristiwa Madiun (1948).
Sementara dalam buku R. Soekardi, Tentara Demokrat (2000) yang disusun Patmono S.K. menyebut, Sudharmono sebagai anggota Pemuda Sosialis Indonesia (Pesindo) yang merupakan organisasi massa pemuda yang terlibat dalam peristiwa pemberontakan PKI Madiun 1948. Pendek kata Sudharmono dituduh PKI! Melalui kesaksian orang-orang militer ketika peristiwa tahun 1948, kelompok yang ingin menjatuhkan Sudharmono menyebarkan tuduhan itu.
Sejarah Pesindo terkait dengan Pemuda Rakyat, yang dekat dengan PKI pada 1965. Meski begitu, terlalu dangkal untuk menuduh semua simpatisan Pesindo adalah komunis. Keterlibatan seseorang dalam sebuah laskar di masa Revolusi tak melulu karena alasan ideologis. Lebih banyak karena persamaan musuh, yakni militer Belanda. Pemimpin Permesta Sulawesi Utara, J.F. Warouw, juga pernah bergabung dengan Pesindo di masa revolusi. Permesta adalah gerakan yang dicap dan mencap diri anti-komunis.
Tentang Sudharmono sendiri, dia termasuk orang yang berjasa dalam pembubaran PKI pada 1966. Bersama stafnya, Letnan Moerdiono, Kolonel Sudharmono adalah orang yang berpikir keras untuk mencari landasan hukum bagi pembubaran PKI.
Pada Sidang Umum MPR Maret 1988, kontroversi terus mewarnai nominasi Sudharmono sebagai Wakil Presiden. Ketua Partai Persatuan Pembangunan, Jaelani Naro mencalonkan diri sebagai Wakil Presiden, namun diminta mundur juga.
Akhirnya Soeharto turun tangan. Ia mencontohkan keputusan MPR yang dibuat pada tahun 1973 bahwa salah satu kriteria untuk Wakil Presiden adalah ia harus mampu bekerja dengan Presiden. Dengan pengunduran diri Naro, Sudharmono akhirnya terpilih sebagai Wakil Presiden.
Sebagai Wakil Presiden, Sudharmono sangat aktif. Ia memulai kunjungan ke provinsi RI serta ke Departemen, Kantor Negara dan Lembaga Departemen Non Pemerintah dan membentuk Tromol Pos 5000, tempat di mana orang-orang dapat mengirim saran dan keluhan dan pemerintah mereka. Sudharmono yang merupakan spesialis dalam memberikan bantuan administratif, juga diberi tugas oleh Soeharto untuk mengawasi birokrasi pemerintah.
Namun, saat itu ABRI tetap menunjukkan ketidaksenangan mereka pada pemilihan Sudharmono sebagai Wakil Presiden. Di Munas Golkar pada Oktober 1988, ABRI membalas dendam mereka kepada Sudharmono ketika mereka menjaga pemilihan Wahono sebagai Ketua Golkar.
Anggota ABRI juga bertanggung jawab untuk kampanye kotor yang menuduh Sudharmono sebagai seorang komunis. Akhirnya pada Maret 1993 untuk mencegah harus berurusan dengan Wakil Presiden, Try Sutrisno segera dicalonkan oleh ABRI sebagai Wakil Presiden tanpa menunggu Soeharto untuk membuat pilihannya