Oleh: Khaylila Nafisah )*
Ramadan selalu menjadi momen spesial bagi masyarakat Indonesia. Selain menjadi bulan ibadah, Ramadan juga menandai periode meningkatnya konsumsi pangan, sehingga ketahanan pangan menjadi isu utama. Pemerintah Indonesia, di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto, berkomitmen kuat untuk memastikan ketersediaan pangan selama Ramadan dan mempercepat pencapaian swasembada pangan. Dengan berbagai strategi dan inovasi pertanian, upaya ini diharapkan tidak hanya menjamin kecukupan pangan dalam jangka pendek, tetapi juga memperkuat ketahanan pangan nasional secara berkelanjutan.
Saat.l Ramadan, permintaan terhadap berbagai bahan pangan utama seperti beras, daging, minyak goreng, dan sayuran meningkat drastis. Untuk memastikan pasokan yang cukup dan harga yang stabil, pemerintah telah melakukan berbagai langkah strategis. Menteri Pertanian, Amran Sulaiman, menegaskan bahwa stok pangan saat ini dalam kondisi aman dan siap menghadapi lonjakan permintaan selama Ramadan. Persiapan menghadapi Ramadan, pemerintah menjaga agar pasokan pangan, minyak goreng, daging, beras dimana kini ada 2 juta ton di Bulog.
Pernyataan ini memberikan keyakinan bahwa masyarakat tidak perlu khawatir akan kelangkaan pangan selama bulan suci. Namun, lebih dari sekadar memenuhi kebutuhan musiman, pemerintah juga melihat Ramadan sebagai momentum untuk mempercepat pencapaian swasembada pangan yang menjadi salah satu prioritas utama pemerintahan Prabowo.
Kementerian Pertanian (Kementan) telah meluncurkan berbagai program unggulan guna meningkatkan produksi dalam negeri dan mengurangi ketergantungan pada impor. Langkah-langkah tersebut mencakup pencetakan sawah baru, optimalisasi lahan pertanian, serta peningkatan sarana dan prasarana produksi. Kebijakan, inpres dan seterusnya sudah diberikan oleh Presiden sehingga tidak ada alasan pemerintah gagal mengeksekusi program ini.
Selain itu, pemerintah juga mendorong inovasi dalam sektor pertanian agar produksi pangan lebih efisien dan berkelanjutan. Teknologi pertanian modern, penggunaan benih unggul, serta digitalisasi distribusi pangan menjadi bagian dari strategi besar untuk mempercepat kemandirian pangan.
Sebagai bagian dari upaya ini, pemerintah menyelenggarakan acara #DemiIndonesia Mandiri Pangan di Ngawi, Jawa Timur, yang merupakan salah satu lumbung padi terbesar di Indonesia. Acara ini tidak hanya menjadi perayaan panen, tetapi juga wadah edukasi bagi petani tentang inovasi pertanian serta penguatan sinergi antara pemerintah, petani, dan masyarakat luas.
Selain memastikan ketersediaan pangan, pemerintah juga memperketat pengawasan terhadap kualitas bahan makanan yang beredar di pasaran, terutama menjelang Ramadan. Kepala Suku Dinas KPKP Jakarta Barat, Novy C. Palit, menegaskan bahwa pengawasan ini bertujuan untuk memastikan produk pangan yang dikonsumsi masyarakat aman dan bebas dari bahan kimia berbahaya. Pemeriksaan difokuskan pada kandungan kimia berbahaya, seperti residu pestisida pada produk pertanian dan formalin pada produk peternakan.
Dari total 78 sampel yang diuji, yang terdiri dari 66 sampel produk pertanian dan 12 sampel produk peternakan, hasil pengujian menunjukkan bahwa masih ada tantangan dalam menjaga keamanan pangan. Oleh karena itu, pengawasan ketat terhadap distribusi dan kualitas pangan menjadi prioritas guna melindungi kesehatan masyarakat, terutama selama Ramadan, ketika konsumsi pangan meningkat.
Ramadan bukan hanya bulan peningkatan konsumsi, tetapi juga bisa menjadi momentum untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya swasembada pangan. Dengan berbagai kebijakan dan strategi yang telah diterapkan, pemerintah optimis bahwa Indonesia akan semakin mandiri dalam memenuhi kebutuhan pangannya.
Namun, pencapaian swasembada pangan tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah. Diperlukan sinergi antara berbagai pihak, termasuk petani, akademisi, pelaku usaha, dan masyarakat luas. Kesadaran akan pentingnya konsumsi pangan lokal, dukungan terhadap inovasi pertanian, serta pengawasan bersama terhadap kualitas pangan adalah langkah konkret yang bisa dilakukan oleh setiap individu.
Ketahanan pangan menjadi isu krusial setiap Ramadan, dan tahun ini pemerintah memastikan bahwa pasokan pangan cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Lebih dari sekadar kesiapan menghadapi bulan suci, pemerintah juga menjadikan momen ini sebagai pendorong percepatan swasembada pangan. Dengan berbagai kebijakan strategis, inovasi pertanian, dan penguatan sinergi antara berbagai pihak, harapan untuk mewujudkan kemandirian pangan semakin nyata.
Di tengah suasana Ramadan yang penuh berkah, swasembada pangan bukan hanya tentang ekonomi dan produksi, tetapi juga tentang kesejahteraan dan keberlanjutan. Mewujudkan Indonesia yang mandiri pangan adalah tanggung jawab bersama, demi masa depan yang lebih stabil dan sejahtera bagi seluruh rakyat.
*) Penulis merupakan mahasiswa Surabaya