4 Faktor Stres Mempengaruhi Kehidupan Seks, Menjadi Lebih Baik atau Lebih Buruk

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Stres adalah pengalaman psikologis dan fisiologis. Ini disebabkan oleh pikiran stres serta hormon stres.

Stres terkadang bisa menguras libido seperti kasur udara yang bocor. Tetapi bagi sebagian orang, jutsru kebalikannya, stres sebenarnya mendorong mereka ke arah seks.

Kuncinya adalah untuk mengakui hubungan antara stres dan seks dan luangkan waktu untuk mengenali bagaimana hal itu dapat mempengaruhi kehidupan seksmu sendiri, baik atau buruk. Berikut adalah faktor stres yang dapat memengaruhi kehidupan seksmu

Bekerja

Ketika terjebak dalam pikiran tentang presentasi yang akan datang untuk mempersiapkan atau membuat pelanggan frustrasi, seks adalah hal terjauh dari pikiran.

Apa yang difokuskan cenderung tumbuh sementara hal-hal yang tidak cenderung termusnahkan, seperti gairah seks.

Jika yang dipikirkan hanyalah pekerjaan, mengharapkan diri juga menginginkan seks mungkin seperti mengharapkan keajaiban..

Harapan-harapan ini, ketika tidak dikelola dengan baik, dapat membuatmu percaya bahwa ada sesuatu yang salah, tetapi sebenarnya tidak.

Dan ketika percaya bahwa ada yang salah, itu membuatnya semakin sulit untuk merasakan kerinduan akan seks.

Memahami dinamika antara seks dan stres dapat membantumu melihat bahwa tidak ada yang salah dengan dirimu.

Merawat anak-anak

Sekarang tahu betapa pentingnya otakmu untuk hasrat seksual, mungkin mudah untuk melihat bagaimana sehari-hari membesarkan anak-anak dapat berdampak negatif pada kerinduanmu untuk bersenang-senang dengan cepat.

Jika otak perlu fokus pada seks untuk menginginkan seks, mengeringkan hidung beringus atau membantu anak-anakmu mengerjakan pekerjaan rumah bukanlah foreplay yang bagus.

Ditambah dengan stres dari bayi yang marah atau remaja yang marah, dengan cepat menjadi jelas bagaimana keadaan pikiran dapat menyebabkan keinginan seks yang rendah.

Hubungan atau pernikahan

Seiring dengan stres harian pekerjaan dan anak-anak, keadaan hubungan atau pernikahan juga merupakan faktor kunci apakah kamu merasa ingin berhubungan seks atau tidak. Dan di sinilah mengelola ekspektasi dalam hubungan menjadi sangat penting.

Jika ingin tetap dekat dengan pasangan dan meningkatkan keintiman, kamu harus realistis tentang apa yang diperlukan.

Mengharapkan diri untuk dihidupkan oleh pasangan 11 tahun ke dalam pernikahanmu sebagai harimu bertemu tidak realistis.

Ini tidak berarti hubungan jangka panjang tidak dapat memuaskan secara seksual dan romantis (karena mereka bisa). Saya tidak akan berada di bidang pekerjaan ini jika saya tidak tahu ini benar. Artinya semakin jelas apakah harapanmu terhadap pasangan dan dirimu sendiri itu adil.

Jika kamu telah berjuang untuk menemukan hanya 10 menit di mana kamu dapat duduk bersama dan saling menatap mata, mengharapkan stres ini tidak mempengaruhi kehidupan seks sangat tidak adil bagi kalian berdua.

Seks itu sendiri

Di samping semua stresor sehari-hari, stres seksual juga dapat berdampak negatif pada hasratmu. Merasa seperti kamu harus berhubungan seks setidaknya setiap minggu, dan harus tampil saat berhubungan seks dengan mengalami orgasme yang eksplosif.

Ini semua adalah contoh pikiran stres yang dapat membuatnya semakin sulit untuk pernah merasa seperti kamu ingin berhubungan seks dengan pasanganmu.

Ketahuilah bahwa sangat masuk akal jika kamu tidak menginginkan seks saat ini. Memahami hubungan antara seks dan stres adalah yang terpenting baik untukmu maupun pasangan.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Judi Daring Ancam Ekonomi Keluarga: Saatnya Literasi dan Kolaborasi Jadi Senjata

Oleh: Ratna Soemirat* Fenomena judi daring (online) kini menjadi salah satu ancaman paling serius terhadap stabilitassosial dan ekonomi masyarakat Indonesia. Di tengah kemajuan teknologi digital yang membawakemudahan hidup, muncul sisi gelap yang perlahan menggerogoti ketahanan keluarga dan moral generasi muda. Dengan hanya bermodalkan ponsel pintar dan akses internet, siapa pun kini bisaterjerumus dalam praktik perjudian digital yang masif, sistematis, dan sulit diawasi. Pakar Ekonomi Syariah dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Satria Utama, menilai bahwa judi daring memiliki daya rusak yang jauh lebih besar dibandingkan bentukperjudian konvensional. Menurutnya, sasaran utama dari perjudian daring justru kelompokmasyarakat yang secara ekonomi tergolong rentan. Dampaknya langsung terlihat pada polakonsumsi rumah tangga yang mulai bergeser secara drastis. Banyak keluarga yang awalnyamampu mengatur pengeluaran dengan baik, kini harus kehilangan kendali keuangan karenasebagian besar pendapatan mereka dialihkan untuk memasang taruhan. Satria menjelaskan, dalam beberapa kasus, bahkan dana bantuan sosial (bansos) yang seharusnyadigunakan untuk kebutuhan pokok keluarga justru dihabiskan untuk berjudi. Hal ini, katanya, bukan lagi sekadar persoalan individu, melainkan ancaman nyata terhadap ketahanan ekonominasional. Ia menegaskan, ketika uang yang seharusnya digunakan untuk makan, biaya sekolahanak, atau keperluan kesehatan malah dipakai untuk berjudi, maka kerusakannya meluas hinggapada tingkat sosial yang lebih besar. Masalah ini juga diperparah dengan munculnya fenomena gali lubang tutup lubang melaluipinjaman online (pinjol). Banyak pelaku judi daring yang akhirnya terjebak utang karena tidakmampu menutup kerugian taruhan. Satria menilai bahwa bunga pinjol yang tinggi justrumemperparah keadaan dan menjerumuskan pelakunya ke dalam lingkaran utang yang sulitdiakhiri. Dalam banyak kasus, kondisi ini menyebabkan kehancuran rumah tangga, konflikkeluarga, hingga perceraian. Efek domino judi daring, katanya, sangat luas dan tidak hanyamerugikan pelakunya saja. Selain aspek ekonomi, Satria juga menyoroti persoalan perilaku konsumsi yang tidak rasional di kalangan masyarakat. Ia menilai bahwa budaya konsumtif yang tinggi membuat masyarakatlebih mudah tergoda dengan janji palsu “cepat kaya” yang ditawarkan oleh situs judi daring. Contohnya, jika seseorang rela mengeluarkan uang untuk rokok meski kebutuhan rumah tanggaterbengkalai, maka godaan berjudi dengan iming-iming hasil instan menjadi semakin kuat. Menurutnya, perubahan pola pikir masyarakat menjadi kunci utama untuk membentengi diri daribahaya ini. Lebih jauh, Satria menegaskan bahwa penanganan judi daring tidak cukup hanya denganpendekatan represif, seperti pemblokiran situs atau razia siber. Ia menilai langkah tersebutmemang penting, tetapi tidak akan menyelesaikan akar masalah tanpa adanya peningkatanliterasi ekonomi dan kesadaran digital masyarakat. “Permintaan terhadap judi daring itu besar, sehingga selama ada permintaan, pasokan akan terus bermunculan,” ujarnya dalam wawancara. Pemerintah, katanya, harus berani menyentuh aspek edukasi publik dengan memperkuat literasidigital, keuangan, dan moral agar masyarakat memiliki ketahanan terhadap jebakan dunia maya. Upaya memperkuat literasi digital dan kesadaran publik kini mulai mendapat perhatian dariberbagai pihak, termasuk dunia akademik. Salah satu contoh nyata datang dari UniversitasLampung (Unila) melalui inovasi bertajuk Gambling Activity Tracing Engine (GATE...
- Advertisement -

Baca berita yang ini