Tren Detoks Ketiak, Simak Tanggapan Dokter Kulit!

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Ketiak berkeringat, bau dan basah menjadi permasalahan hampir setiap orang. Bau tidak sedap yang dikeluarkan keringat membuat kurangnya kepercayaan diri seseorang.

Demi mengatasi itu semua, banyak yang coba melakukan berbagai cara, mulai dari rajin mandi hingga mencukur bulu (rambut) ketiak.

Bahkan baru-baru ini muncul sebuah tren baru, yaitu detoksifikasi ketiak dengan semacam masker yang terbuat dari bahan-bahan seperti arang, baking soda, tepung jagung dan cuka apel.

Dikutip dari Cleveland Clinic, masker detoks ketiak ini digunakan dengan mengoleskannya pada ketiak dan mendiamkannya selama 15 menit. Kita perlu mengangkat tangan hingga masker kering lalu membilasnya dengan air, entah itu dengan lap basah atau mandi.

Konon, mngaplikasikan campuran tersebut dapat membantu menghilangkan toksin, membuka pori-pori dan menghilangkan bau.

Namun, apakah kita benar-benar membutuhkan detoks ketiak ini?

Simak tanggapan dari dokter kulit Amy Kassouf, MD, berikut ini.

Sebelum membahas soal perlu tidaknya detoks ketak, Kassouf membeberkan fakta bahwa saat kita mengganti deodorant, tubuh memerlukan waktu untuk beradaptasi dengan kandungan di dalamnya.

Ini dapat memengaruhi jumlah dan jenis bakteri di ketiak, sehingga bau badan bisa lebih kuat pada awalnya.

Nah, mereka yang beralih dari deodoran aluminium ke deodoran alami biasanya melakukan detoks untuk membantu menangani perubahan tersebut.

Lalu, para penggemar detoks ketiak juga mengklaim bahwa perawatan tersebut dapat mengekstrak racun melalui kelenjar keringat di ketiak. Hasilnya, ketiak akan lebih sehat dan lebih harum.

Namun Kassouf tidak berpikir demikian. Menurutnya, tidak ada alasan teruji mengapa kita harus melakukannya.

Lalu, harus perhatikan bahwa hati dan ginjal fungsinya untuk menghilangkan zat kimia berbahaya. Termasuk keringat dan urin. Sementara pergerakan usus dapat menghilangkan toksin.

Tak hanya itu, meski hampir semua bahan baku untuk masker detoks ketiak itu sangat alami, iritasi tetap dapat terjadi. Hal ini akibat zat kimia abrasif atau basa dan asam yang terlalu kuat.

Jadi, meski clay dapat mengikat molekul di kulit dan cuka apel dapat menjaga pH tetap rendah serta mencegah pertumbuhan bakteri, perlu perhatikan konsentrasinya.

Pasalnya, konsentrasi kandungan terlalu tinggi dapat memicu iritasi.

Untuk itu, penting untuk memilih bahan lebih ringan sebagai bahan baku masker. Misalnya, jus lemon. Jus lemon memiliki kandungan asam sitrat yang bisa menjadi bahan eksfoliasi alami dan menurunkan kadar pH.

Hanya saja, jus lemon segar dapat membuat kulit serasa terbakar. bercukur.

Reporter : Alyaa

 

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Peran Edukasi dan Kolaborasi untuk Cegah Konflik di Jawa Barat

Mata Indonesia, Bandung - Jelang peralihan presiden dan Pilkada 2024, stabilitas keamanan nasional, khususnya di wilayah Jawa Barat, harus...
- Advertisement -

Baca berita yang ini