MATA INDONESIA, LONDON – Saad Al-Jabri, mantan petinggi intelijen Arab Saudi mengatakan bahwa putra mahkota sekaligus penguasa de facto, Mohammed bin Salman, berniat membunuh Raja Abdullah agar ayahnya, Salman bin Abdulaziz Al Saud (Raja Salman) dapat segera naik takhta.
Mengutip BBC, ia juga menyebutkan bahwa Mohammed bin Salman adalah psikopat di Timur Tengah dengan sumber daya tak terbatas yang dapat menjadi ancaman bagi rakyat, warga Amerika, dan bumi ini.
Kronologinya terjadi saat pertemuan di tahun 2014. Saat itu Mohammed bin Salman memberitahukan sepupunya, Pangeran Mohammed bin Nayef, yang saat itu menjabat sebagai menteri dalam negeri. Ia bisa mengatur siasat membunuh Raja Abdullah dengan cincin beracun dari Rusia. Cincin ini dapat membunuh dengan sekali berjabat tangan.
Ketika pertemuan tersebut, memang ada kamera tersembunyi yang merekam secara diam-diam. Al-Jabri mengaku memiliki dua salinan rekaman video tersebut.
Mengenai Raja Abdullah, ia meninggal pada tahun 2015 di usianya yang ke-90 tahun. Takhtanya digantikan oleh saudara laki-lakinya, Salman bin Abdulaziz Al Saud (Raja Salman). Usai naik takhta menjadi raja Arab Saudi, Raja Salman mengangkat Mohammed bin Nayef sebagai putera mahkota. Namun tahun 2017, status tersebut dicabut dan diberikan kepada Mohammed bin Salman.
Tak hanya kehilangan statusnya sebagai putra mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Nayef juga kehilangan jabatannya sebagai menteri dalam negeri. Ia juga sempat dijebloskan sebagai tahanan rumah. Tahun lalu, Mohammed bin Nayef juga ditahan aparat atas dakwaan yang tidak diumumkan ke publik.
Lengsernya Mohammed bin Nayef sebagai putra mahkota, membuat Al-Jabri kabur ke Kanada dan meninggalkan Arab Saudi. Ia kabur karena mendapat peringatan dari temannya di sebuah lembaga intelijen negara di Timur Tengah, bahwa Mohammed bin Salman akan mengirim sekelompok pembunuh untuk menghabisinya pada Oktober 2018. Ini hanya berselang beberapa hari setelah agen intelijen membunuh Jamal Khashoggi, seorang jurnalis Arab Saudi, di Turki.
Di tahun 2020, Al-Jabri pernah melayangkan gugatan kepada Mohammed bin Salman ke pengadilan federal Amerika Serikat atas tindak percobaan pembunuhan. Baik pembunuhan terhadap Raja Abdullah maupun terhadap Jamal Khashoggi. Namun, Mohammed bin Salman membantah gugatan-gugatan tersebut.
Tak terima dengan desas-desus dan tuduhan dari Al-Jabri, Kerajaan Arab Saudi melalui Kedutaan Besar Arab Saudi di Washington DC, Amerika Serikat, memberikan predikat kepada Al-Jabri sebagai mantan pejabat yang memiliki riwayat berbohong sehingga kehilangan kredibilitasnya. Al-Jabri menyembunyikan kejahatan keuangannya sebesar miliaran dolar untuk kehidupan mewah dirinya beserta keluarganya, dan sengaja membuat pengalihan isu guna menutupi seluruh aksi-aksinya.
Al-Jabri mendapat gugatan atas tuduhan korupsi oleh sejumlah entitas Arab Saudi. Hakim Kanada juga telah membekukan aset-asetnya karena terdapat bukti-bukti penipuan Al-Jabri yang luar biasa. Al-Jabri membantah telah mencuri uang pemerintah.
Pada November 2020, dua anak Al-Jabri, Omar dan Sarah, juga ditahan oleh aparat Arab Saudi dan mendapat hukuman sembilan tahun dan enam tahun penjara karena dinyatakan bersalah atas tuduhan pencucian uang dan melakukan usaha kabur dari Arab Saudi. Meski telah dinyatakan bersalah, keduanya tetap membantah tuduhan-tuduhan tersebut.
Reporter: Intan Nadhira Safitri