MATA INDONESIA, KABUL – Juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid mengutuk ledakan di bandara Kabul. Ia menegaskan bahwa pasukan Paman Sam bertanggung jawab atas keamanan daerah di mana ledakan kembar terjadi.
“Imarah Islam mengutuk keras pemboman warga sipil di bandara Kabul, yang terjadi di daerah di mana pasukan AS bertanggung jawab atas keamanan. Imarah Islam sangat memperhatikan keamanan dan perlindungan rakyatnya,” tegas Zabihullah, melansir Hindustan Times, Jumat, 27 Agustus 2021.
Menyebut ledakan kembar itu sebagai aksi teroris, Zabihullah mengatakan bahwa Taliban juga telah memperingatkan AS dan pasukan barat lainnya tentang kemungkinan serangan oleh ISIS.
Televisi Turki Haberturk mengutip seorang pejabat Taliban yang mengatakan bahwa ledakan itu terjadi karena kehadiran pasukan asing. Akibat serangan bom tersebut, sedikitnya 60 warga sipil dan 13 pasukan AS dilaporkan meninggal dunia.
“Begitu situasi bandara diketahui dan pasukan asing pergi, kami tidak akan melakukan serangan seperti itu lagi. Seluruh dunia harus mengutuk ini, kata juru bicara itu kepada saluran berita,” seorang pejabat Taliban dikutip oleh saluran Turki.
Kedutaan Besar AS di Kabul mengeluarkan peringatan keamanan yang meminta orang-orang untuk tidak melakukan perjalanan ke bandara. Warga AS yang berada di Gerbang Timur Gerbang Biara atau Gerbang Utara harus segera meninggalkan lokasi tersebut.
Krisis keamanan telah menjadi ancaman bagi proses evakuasi yang sedang berlangsung. Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg mengatakan pasukan harus terus mengevakuasi sebanyak mungkin orang yang rentan tanpa menghentikan upaya evakuasi saat ini.
“Prioritas kami tetap mengevakuasi sebanyak mungkin orang ke tempat yang aman secepat mungkin,” tulis Jens Stoltenberg di akun Twitter-nya tak lama setelah dua ledakan mematikan menghantam kerumunan di perimeter bandara di ibukota Afghanistan, Kabul.
Sementara Senator AS, Lindsey Graham dalam akun Twitternya mendesak Presiden Joe Biden untuk membuat angkatan udara Bagram operasional sebagai alternatif bandara Kabul.
“Kami memiliki kemampuan untuk membangun kembali kehadiran kami di Bagram untuk terus mengevakuasi warga Amerika dan sekutu Afghanistan kami. Kesalahan terbesar dalam bencana ini adalah meninggalkan Bagram,” kata Graham.