Home Kisah Ini Fakta-fakta dalam Kisah Perjalanan Odysseus

Ini Fakta-fakta dalam Kisah Perjalanan Odysseus

0
975

MATA INDONESIA, ATHENA – Pernah dengar beberapa dongeng mitologi Yunani? Misalnya cerita yang mengisahkan kekalahan Troya akibat kuda kayu raksasa. Tapi tahukah Anda kelanjutan cerita ini?  Cerita Odyssey karya Homer menceritakan apa yang terjadi setelah kejatuhan Troya, terutama perjalanan pulang Odysseus, pahlawan perang Troya, ke kampung halamannya.

Mungkin saja itu merupakan cerita fiksi, tetapi menurut para ahli, cerita itu tetap menyajikan hal-hal yang berharga dalam kehidupan nyata pada zaman kuno itu, termasuk mengenai flora dan fauna.

Dari cerita ini, Odysseus melakukan perjalanan cukup panjang, 10 Tahun. Bukan waktu yang pendek. Ia harus menjalani berbagai peristiwa unik dan menarik terkadang mengancam nyawa dia dan pasukannya.  Para dewa menganggu Odysseus, monster-monster yang rakus, para nymph (peri) yang menggoda dan mantra-mantra yang membuat dirinya pusing. Ini adalah sebuah kisah klasik yang telah mempesona para cendekiawan sejak pertama kali muncul pada abad ke-8 Sebelum Masehi.

Dalam gaya ilmiah yang sebenarnya, para peneliti mencermati kisah itu untuk mencari makna dan data dari cerita itu. Pada beberapa cerita, kebenarannya ternyata sangat dekat dengan kenyataan.

Pemakan teratai

Salah satu persinggahan Odysseus terjadi ketika angin utara yang kuat membawanya ke pulau yang penuh dengan tanaman teratai. Para pelaut begitu menikmati makanan yang terbuat dari teratai sehingga mereka lupa pulang dan Odysseus harus menggiring mereka kembali ke kapal. Ada beberapa teori tentang wujud teratai yang sebenarnya dalam kisah itu, seperti anggur yang kuat atau opium.

Kemungkinan lainnya adalah sebuah tumbuhan bernama teratai Diospyros – yang nama ilmiahnya berarti “buah para dewa”. Buah yang dimaksud berbentuk bundar dan kuning dengan dagingnya yang lembut dan rasanya disebut-sebut sebagai persilangan antara buah kurma dan plum. Ini menjelaskan mengapa tanaman itu juga disebut: “kurma plum”. Tetapi dapatkan buah yang lezat ini mampu meyakinkan anak buah Odysseus untuk tetap tinggal di kawasan itu selamanya?

Setelah perjalanan berat, tentu saja keramahtamahan dan makanan akan mendapat sambutan, tetapi kemungkinan lain bisa menjelaskan mengapa teratai itu memiliki daya tarik. Dalam bukunya, The Lotus Quest, pakar tumbuhan Mark Griffiths mengidentifikasikan buah Homer sebagai teratai Ziziphus, buah sejenis kurma yang konon memiliki sifat psikoaktif.

Kedua spesies sangat terkenal di Royal Botanical Garden, Kew di London, tetapi para ahli di sana mengajukan kemungkinan lain – lily air (Nymphaea sp.) yang tumbuh di sepanjang Sungai Nil.

Tumbuhan ini sering muncul dalam seni Mesir kuno. Varian tumbuhan ini ada yang berwarna biru (N. caerulea) dan masuk kategori sebagai narkotika. Mengonsumsi tumbuhan itu bisa memunculkan perasaan damai dan apatis sehingga tumbuhan ini diklasifikasikan sebagai barang terlarang di beberapa negara Eropa. Apakah reputasi tumbuhan ini sudah cukup memberikan informasi bagi Homer, masih diperdebatkan.

Cyclops

Ketika berlabuh di sebuah pulau, Odysseus dan beberapa anak buahnya bertemu dengan Polyphemus, sesosok raksasa pemakan manusia. Beberapa anak buahnya dimakan oleh Polyphemus.  Odysseus akhirnya dapat membuat buta monster bermata satu itu dengan sekali tebas.

Bermata satu merupakan hal yang tidak biasa di antara makhluk bertulang belakang. Pada mamalia, cyclopia adalah suatu kelainan bawaan yang membuat mata gagal berkembang menjadi dua lubang yang berbeda. Lantaran bermata satu terkait dengan komplikasi antara otak, hidung dan sistim pernafasan, hanya sedikit mamalia yang lahir dengan kondisi itu dapat bertahan hidup.

Mengenai aspek “raksasa” pada makhluk mitos cyclop, pakar sejarah Adrienne Mayor dari Stanford University, Amerika Serikat, menilai fosil spesies-spesies kuno bisa menjadi inspirasi. Orang-orang Yunani kuno yang bekerja sebagai petani mungkin telah mengeksplorasi tanah dan menemukan beberapa hal yang tidak biasa. Khususnya, tengkorak dari gajah kerdil dan mammoth memiliki rongga hidung yang membesar yang bisa saja disalahartikan sebagai satu lubang mata dari makhluk yang mengerikan.

”Gua-gua di pulau memang menampung fosil-fosil yang tidak umum dari mammoth kerdil, dikelilingi oleh tumpukan tulang mamalia yang pada jaman kuno dianggap sebagai tulang dari korban raksasa bermata satu,” kata Mayor.

Odysseus dan Raksasa Cyclops
Odysseus dan Raksasa Cyclops

Adrian Lister, seorang paleobiologi di Natural History Museum, London, mengonfirmasikan bahwa ada temuan sisa-sisa gajah kerdil di beberapa pulau di kawasan Mediteranea. Dia menjelaskan bahwa gajah Palaeoloxodon antiquus yang beratnya 10 ton dan tingginya 4 meter mungkin telah melakukan perjalanan dari daratan utama ke pulau-pulau saat air laut surut. Ketika terisolasi, gajah-gajah itu harus beradaptasi untuk bertahan hidup dengan sedikit wilayah dan makanan, dan kemudian menjadi kerdil.

“Di Sisilia kami memiliki fosil-fosil dari setidaknya tiga ukuran berbeda dari gajah-gajah kerdil,” kata Lister. “Yang paling kecil – Palaeoloxodon falconeri – adalah yang paling banyak ditemukan di mana saja. Beberapa pulau lain di Mediterania memiliki cerita yang sama – P. antiquus menjadi kerdil dalam ukuran yang lebih besar atau lebih kecil. Kami mendapati gajah kerdil di Malta, Kreta, Siprus, dan beberapa pulau kecil di Yunani. Mammoth kerdil lebih jarang tetapi kami menemukan mereka di Kreta dan Sardinia. Baik mammoth maupun gajah bergading lurus, yang terkecil berukuran sekitar 1,2 meter (tinggi bahu) dan 120 kilogram.”

Keajaiban Circe

Ketika Odysseus dan anak buahnya berhadapan dengan penyihir Circe, mereka terbius. Penyihir itu kemudian menggantung mereka seperti babi. Untungnya Odysseus terlindungi dari mantra-mantra sang penyihir setelah memakan rempah suci Moly.

Para ahli botani merujuk pada ganggang jimson (Datura stramonium) sebagai bahan yang menyebabkan para pelaut bertingkah begitu aneh. Tumbuhan itu masih satu keluarga dengan tumbuhan belladonna dan solanaceae yang mematikan, dan mengandung racun alkaloid yang memblokir neurotransmiter dalam otak. Jika makan, tumbuhan itu dapat menyebabkan halusinasi, mengigau, dan amnesia karena otak harus berjuang mengirim dan menerima pesan.

Homer menjelaskan moly dengan sangat spesifik: memiliki akar hitam dan bunga putih. Tetapi tanaman semacam itu cukup umum sehingga ada banyak diskusi mengenai identitas moly. Berdasarkan kemampuannya untuk menetralisir pengaruh obat Circe, para peneliti mempercayai bahwa snowdrop (Galanthus nivalis) merupakan kemungkinan yang mendekati.

Bunga snowdrop umumnya tumbuh di wilayah Mediteranea dan mengandung galantamine, yang melawan efek keracunan stramonium. Para ilmuwan telah mempelajari tanaman ini sejak tahun 1950an. Saat ini tanaman ini untuk pengobatan Alzheimer dan pikun. Bunga itu kabarnya dapat membantu menyeimbangkan zat-zat kimia dalam otak.

Scylla

Odysseus dan anak buahnya kemudian menghadapi lawan yang lebih mengerikan lagi ketika mereka melewati selat yang sempit. Mereka berhadapan dengan Scylla, sesosok monster berkepala banyak yang sangat menganggu. Homer menggambarkan binatang buas yang tinggal di gua ini memiliki 12 kaki dan 6 leher, masing-masing dengan kepala ganas dan tiga baris gigi.

Seiring waktu, Scylla menjadi tercampur dengan kraken – sehingga semua leher dan kaki menjadi tentakel. Tetapi cumi-cumi raksasa merupakan hal yang jarang di Mediterania. Tak hanya itu,  Scylla tinggal di gua yang sempit di tebing. Lokasi itu jelas bukan habitat untuk seekor spesies samudera.

Kraken
Kraken

Polycephaly adalah istilah biologi untuk makhluk berkepala banyak. Meski hal ini jarang terjadi pada manusia, namun hal ini sering terjadi pada reptil. Kerusakan embrio merupakan penyebab terbelahnya sel sehingga menyebabkan dua kepala tumbuh, atau melebur sehingga embrio kembar sebagian bergabung.

Aristoteles mencatat keberadaan ular berkepala dua pada 350 Sebelum Masehi. Adapun bukti hidup tertua spesies semacam itu adalah sebuah fosil embrio kadal dari Cretaceous di Cina. Walau usia satwa berkepala dua atau lebih relatif pendek, mungkin saja Homer pernah mendengar hal itu, atau bahkan melihatnya.

Dalam kisah Odysseus, penggunaan ular sebagai senjata biologis. Setidaknya ada satu catatan sejarah mengenai pelepasan ular-ular selama peperangan di laut, yaitu ketika Hanibal memerangi Eumenes. Ahli hewan, Gianni Insacco, dari Natural History Museum di Milan menunjukkan bahwa orang Yunani kuno telah menggunakan taktik ini juga. Insacco adalah bagian dari tim yang menemukam boa pasir Javelin di Sisilia, satu spesies ular yang menjadi hewan ritual saat akan melakukan perang.

Sementara monster Scylla tak terlalu populer. Pencipta kisah Odysseus dengan ahli menggabungkan para pelaut yang stres, kegelisahan biologis dan ancaman ular-ular untuk menciptakan cerita yang menyeramkan.

Charybdis

Odysseus dan anak buahnya berada di antara karang dan kondisi sulit, karena di sebelah Scylla terdapat Charybdis. Kolam arus yang sangat besar ini menelan air laut dan apapun yang berlayar di atasnya.

Mungkin hal ini mengejutkan bahwa Charybdis ada pada peta laut abad ke 19, di ujung timur laut Sisilia di Selat Messina. Sebagai celah sempit antara Pulau Sisilia dan Smenanjung Italia, area itu dominan angin dan arus yang kuat.

Tetapi aktivitas pasang surut di selat lah yang merupakan tantangan bagi para pelaut. Gelombang di Laut Tyrrhenian di sebelah utara selat berbeda arah dengan gelombang di Laut Ioanian di selatan. Hasilnya arus yang bergejolak ketika kedua gelombang itu bertemu.

Sebuah bukit bawah laut di Selat Messina juga berkontribusi pada kekacauan itu, ketika arus menarik air dingin dari kedalaman ke permukaan. Tergantung pada aktivitas pasang surut, ombak bisa menjadi seperti kolam arus atau pusaran vertikal. Menurut ahli oseanografi, salah satu yang terbesar muncul di Capo del Faro, tempat di mana terdapat Charybdis.

Ternak Matahari

Odysseus dan anak buahnya akhirnya mendarat di pulau Thrinacia, di mana dewa Matahari menggembalakan ternaknya. Hewan-hewan ini suci tetapi tidak menghalangi para anak buahnya memburu mereka, terutama ketika perbekalan menipis.

Para akademisi telah menunjukkan bahwa pulau itu bisa jadi Sisilia yang sekarang. Ada bukti-bukti keberadaan ternak mereka yang liar, auroch (Bos primigenius), di situs-situs Neolithik, menurut pakar sejarah Jeremy McInernery dari University of Pennsylvania, Amerika Serikat.  Dari kedua spesies ini, auroch yang liar lebih menyolok. Tingginya mencapai 1,5 meter jika ukurannya dari bagian tertinggi di punggung. Hewan itu memiliki “alis yang luas” dan “tanduk melengkung” yang besar”, sebagaimana penjelasan Homer. Ternak juga sangat berharga pada masa Yunani kuno.

“Bukti dari beberapa situs memperlihatkan bahwa di Zaman Besi, ternak berharga sangat tinggi: untuk daging, untuk berladang, dan untuk produk-produk lain seperti kulit dan mungkin lemak,” kata McInerney.

“Sebelum koin uang mencapai Yunani pada abad ke 6, ternak merupakan ukuran utama kekayaan. Sama seperti masyarakat peternakan lainnya, kekayaan orang-orang Yunani  adalah ternak: oleh karena itu perampokan ternak biasanya muncul pada puisi-puisi terkenal.”

Hukuman bagi pencuri ternak dewa Matahari sungguh brutal. Zeus menghancurkan kapal-kapal dan para pelaut dengan kilat dan hanya Odysseus yang selamat untuk menceritakan kisahnya yang tersohor ini.

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here