“Perilaku Korea Selatan dan AS Mirip Gangster”

Baca Juga

MATA INDONESIA, PYONGYANG – Kim Yo Jong, saudara perempuan pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, mengecam Presiden Korea Selatan, Moon Jae In, lantaran menyebut uji coba rudal Pyongyang mengkhawatirkan.

Korea Utara meluncurkan dua rudal balistik ke laut dekat Jepang, pada pekan lalu. Aktivitas ini menunjukkan kemajuan dalam program senjata Pyongyang, sekaligus meningkatkan tekanan pada Amerika Serikat dan Korea Selatan.

Usai peluncuran rudal balistik tersebut, Presiden Moon Jae In mengatakan bahwa Seoul, Pyonyang, dan Washington harus melakukan upaya untuk berdialog.

Pernyataan Moon Jae In ini dianggap Kim Yo Jong sebagai hal yang memalukan karena setuju dengan AS –yang mengutuk uji coba rudal balistik dan mengatakan bahwa program rudal balistik Korea Utara merupakan ancaman yang serius bagi perdamaian dan keamanan internasional.

“Perilaku tidak masuk akal dan berwajah kurang ajar dari Korea Selatan persis dengan logika AS yang mirip gangster,” kata Kim Yo Jong dalam sebuah pernyataan yang dimuat oleh KCNA, melansir Reuters, Selasa, 30 Maret 2021.

Pyongyang pada Jumat (26/3) mengatakan telah meluncurkan jenis baru rudal balistik taktis jarak pendek. Presiden AS Joe Biden mengatakan tes itu melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB, tetapi dia tetap terbuka untuk diplomasi dengan Pyongyang.

Sekretaris Komite Sentral Partai Buruh, Ri Pyong Chol menegaskan bahwa uji coba rudal balistik tersebut bersifat pertahanan diri terhadap ancaman yang ditimbulkan oleh Korea Selatan dan Amerika Serikat yang tengah menggelar latihan militer gabungan dengan senjata mutakhir kedua negara.

Ri juga mengatakan bahwa statement Presiden Biden merupakan pelanggaran tersembunyi, sehingga Korea Utara memiliki hak untuk membela diri dari provokasi. Bukan hanya itu, Ri juga tak segan memberi peringatan kepada Paman Sam bila terus mencampuri internal Pyongyang.

Spesialis rudal di James Martin Center for Nonproliferation Studies (CNS) yang berbasis di California mengungkapkan, rudal yang diujicobakan merupakan rudal yang dipamerkan pada parade militer besar di Pyongyang pada Oktober 2020.

“Jika hal tersebut benar, maka rudal yang diluncurkan apda Kamis merupakan varian yang ditingkatkan dari rudak KN-23 yang diuji sebelumnya dengan hulu ledak yang sangat besar,” kata Jeffrey Lewis dari CNS.

KN-23 adalah rudal balistik jarak pendek (SRBM) Korea Utara yang pertama kali diuji pada Mei 2019, dengan kemiripan visual dengan Iskander-M SRBM buatan Rusia, mendorong analis untuk memperdebatkan apakah itu dikembangkan dengan bantuan asing.

Hulu ledak rudal baru seberat 2,5 ton mungkin merupakan tanggapan atas pengumuman Korea Selatan pada Agustus bahwa Hyunmoo-4 SRBM terbaru memiliki muatan terbesar di dunia, yakni 2 ton.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Sistem Kontrak Kerja jadi Masalah Generasi Muda, GMNI Singgung Keadilan Ketenagakerjaan di Indonesia

Sistem Kontrak Kerja jadi Masalah Generasi Muda, GMNI Singgung Keadilan Ketenagakerjaan di Indonesia Kondisi ketenagakerjaan saat ini menghadirkan berbagai tantangan signifikan yang berdampak pada kesejahteraan pekerja, terutama dalam menghadapi ketidakpastian kerja dan fenomena fleksibilitas yang eksploitatif atau dikenal sebagai flexploitation. Sistem kontrak sementara kerap menjadi salah satu akar permasalahan, karena tidak menjamin kesinambungan pekerjaan. Situasi ini semakin diperburuk oleh rendahnya tingkat upah, yang sering berada di bawah standar kehidupan layak, serta minimnya kenaikan gaji yang menambah beban para pekerja. Selain itu, kurangnya perlindungan sosial, seperti jaminan kesehatan yang tidak memadai, serta lemahnya penegakan hukum memperkuat kondisi precarization atau suatu kerentanan struktural yang terus dialami oleh pekerja. Di sisi lain, keterbatasan sumber daya negara juga menjadi penghambat dalam mendorong pertumbuhan sektor ekonomi kreatif yang potensial, di mana banyak pekerja terjebak dalam tekanan produktivitas tanpa disertai perlindungan hak yang memadai. Dalam konteks ini, generasi muda, termasuk kader-kader Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), menjadi kelompok yang paling rentan terhadap dinamika pasar kerja yang semakin eksploitatif. Generasi ini kerap menghadapi kontradiksi antara ekspektasi tinggi terhadap produktivitas dan inovasi dengan realitas kerja yang penuh ketidakpastian. Banyak dari mereka terjebak dalam sistem kerja fleksibel yang eksploitatif, seperti tuntutan kerja tanpa batas waktu dan kontrak sementara tanpa jaminan sosial yang memadai. Akibatnya, kondisi precarization semakin mengakar. Bagi kader GMNI, yang memiliki semangat juang dan idealisme tinggi untuk memperjuangkan keadilan sosial, situasi ini menjadi ironi. Di satu sisi, mereka harus tetap produktif meskipun kondisi kerja tidak mendukung, sementara di sisi lain mereka memikul tanggung jawab moral untuk terus memperjuangkan aspirasi kolektif para pekerja. Kondisi ini tidak hanya memengaruhi kesejahteraan individu, tetapi juga dapat mengikis potensi intelektual, semangat juang, serta daya transformasi generasi muda dalam menciptakan struktur sosial yang lebih adil. Oleh karena itu, peran negara menjadi sangat penting untuk merumuskan kebijakan yang konkret dan menyeluruh. Kebijakan ini harus memastikan pemenuhan hak-hak dasar pekerja, termasuk perlindungan sosial yang layak, serta penegakan regulasi yang konsisten untuk mengurangi ketimpangan dan menghentikan eksploitasi dalam sistem kerja fleksibel. Tanpa langkah nyata tersebut, ketimpangan struktural di pasar tenaga kerja akan terus menjadi ancaman bagi masa depan generasi muda dan stabilitas tatanan sosial secara keseluruhan.
- Advertisement -

Baca berita yang ini