Pengamat: Sidang Offline Rizieq Bisa Ciptakan Gelembung Massa yang Mengarah Destruktif

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Direktur Eksekutif Jaringan Moderat Indonesia Islah Bahrawi menilai bahwa keputusan majelis hakim yang mengabulkan permohonan Rizieq Shihab untuk menggelar sidang offline atau tatap muka bisa menuai persoalan baru. Ia mengatakan keputusan tersebut bisa menciptakan kerumunan atau penggelembungan massa.

“Ini tidak hanya persoalan protokol kesehatan (prokes) tapi juga persoalan keamanan, bisa tercipta gelembung massa dan simpul-simpul massa yang kemudian mengarah kepada desktruktif huru hara dan sebagainya ,” kata Islah kepada Mata Indonesia News, Rabu 24 Maret 2021.

Islah juga menilai bahwa permintaan Rizieq beserta tim kuasa hukumnya tidak mempertimbangkan dampak yang bakal terjadi bila terjadi kerumunan. Kekhawatiran ini mengacu pada potensi adanya oknum yang hendak membuat kekacauan.

Meski tim kuasa hukum Rizieq menyatakan menjamin akan mengikuti protokol kesehatan dalam sidang yang akan digelar, namun Islah masih meragukan komitmen mereka.

“Pengacara Rizieq juga ngga perhitungan, ini kan bisa melebar kemana-mana dan dia seolah-olah terlalu konfiden, karena mereka pecinta Rizieq, dia ngga hitung kemungkinan ada penyusup yang memanfaatkan situasi kan kita ngga tahu,” kata Islah.

Adapun jaminan itu tertuang dalam surat jaminan yang mereka serahkan kepada majelis hakim dan dibacakan oleh salah satu anggota kuasa hukum Rizieq, Alamsyah Hanafiah dalam sidang di PN Jakarta Timur, Selasa 23 Maret 2021.

Surat jaminan ini menjadi salah satu pertimbangan majelis hakim untuk menetapkan persidangan perkara tersebut digelar secara offline atau tatap muka mulai Jumat 26 Maret 2021.

 

 

 

 

 

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pembangunan Infrastruktur Sekolah Rakyat jadi Tonggak Pemerataan Pendidikan

Oleh: Didin Waluyo)* Komitmen pemerintahan Prabowo Subianto dalam mewujudkan akses pendidikanyang lebih merata terlihat semakin nyata. Pemerintah akhirnya menetapkanDesember 2025 sebagai titik awal pembangunan Infrastruktur Sekolah Rakyat.  Langkah ini dipandang sebagai dorongan baru untuk menegaskan bahwapendidikan tidak boleh menjadi hak istimewa bagi segelintir kelompok saja.Pembangunan ini juga menjadi sinyal kuat bahwa negara mulai menempatkankualitas dan aksesibilitas pendidikan sebagai prioritas utama.  Pembangunan infrastruktur ini masuk dalam pembangunan tahap II yang dilakukandi 104 lokasi di seluruh Indonesia. Dengan memulai proyek pada akhir 2025, pemerintah ingin memastikan bahwa percepatan pembangunan dapat segeradirasakan oleh masyarakat luas. Menteri Pekerjaan Umum (PU) Dody Hanggodo mengatakan, Pembangunan Sekolah Rakyat Adalah bentuk nyata komitmen pemerintah untuk membangunsumber daya manusia yang unggul. Ia menjelaskan bahwa Pembangunan tahap II dilakukan guna memperluas akses Pendidikan berkualitas bagi anak-anak darikeluarga kurang mampu.  Berdasarkan data yang dihimpun dari Kementerian PU, total anggaran yang dialokasikan untuk percepatan pembangunan Sekolah Rakyat ini sebsar Rp20 triliun, yang mana biaya pembangunan diperkirakan Rp200 miliar per sekolah. Sementara itu 104 lokasi yang tersebar antara lain, 27 lokasi di Sumatera, 40 lokasidi Jawa, 12 lokasi di Kalimantan,...
- Advertisement -

Baca berita yang ini