Sedih, Alexandra Asmasoebrata Kenang Momen Bersama Ayah di Sirkuit Balap

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Putri Alex Asmasoebrata, Alexandra Asmasoebrata membagikan potret masa-masa indahnya bersama sang ayah. Ia membagikan foto-foto tersebut melalui insta story di akun pribadinya.

Dalam unggahan tersebut, nampak foto-foto masa kecil Alexandra bersama sang ayah. Tak sedikit pula pembalap wanita ini membagikan momen dirinya dan Alex saat di sirkuit balap.

Alexandra Asmasoebrata

“My number one paparazi,” tulis Alexandra di sebuah foto yang memperlihatkan sang ayah tengah memotret dirinya.

Foto selanjutnya, Alexandra memperlihatkan sosok sang ayah yang selalu berada di belakangnya saat berjalan di sirkuit.

Alexandra Asmasoebrata

“My bodyguard,” tulisnya dan menambahkan emot icon hati.

Terkahir, Alexandra memperlihatkan potret dengan Alex saat dirinya berada di mobil balap. Ia juga menyebutkan bahwa sang ayah selalu menjadi sosok yang mendukung kariernya.

Alexandra Asmasoebrata

“My number one supporter,” tulisnya.

Alex Asmasoebrata merupakan pembalap nasional legendaris. Ia meninggal dunia pada Sabtu, 2 Januari 2021 pada pukul 00.10 WIB, di RSCM Kencana.

Alex terakhir kali aktif di dunia balap secara serius adalah pada tahun 2000. Kala itu, Alex Asmasoebrata mengikuti kelas Expert Kejurnas Gokart dan Balap Turing.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Sistem Kontrak Kerja jadi Masalah Generasi Muda, GMNI Singgung Keadilan Ketenagakerjaan di Indonesia

Sistem Kontrak Kerja jadi Masalah Generasi Muda, GMNI Singgung Keadilan Ketenagakerjaan di Indonesia Kondisi ketenagakerjaan saat ini menghadirkan berbagai tantangan signifikan yang berdampak pada kesejahteraan pekerja, terutama dalam menghadapi ketidakpastian kerja dan fenomena fleksibilitas yang eksploitatif atau dikenal sebagai flexploitation. Sistem kontrak sementara kerap menjadi salah satu akar permasalahan, karena tidak menjamin kesinambungan pekerjaan. Situasi ini semakin diperburuk oleh rendahnya tingkat upah, yang sering berada di bawah standar kehidupan layak, serta minimnya kenaikan gaji yang menambah beban para pekerja. Selain itu, kurangnya perlindungan sosial, seperti jaminan kesehatan yang tidak memadai, serta lemahnya penegakan hukum memperkuat kondisi precarization atau suatu kerentanan struktural yang terus dialami oleh pekerja. Di sisi lain, keterbatasan sumber daya negara juga menjadi penghambat dalam mendorong pertumbuhan sektor ekonomi kreatif yang potensial, di mana banyak pekerja terjebak dalam tekanan produktivitas tanpa disertai perlindungan hak yang memadai. Dalam konteks ini, generasi muda, termasuk kader-kader Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), menjadi kelompok yang paling rentan terhadap dinamika pasar kerja yang semakin eksploitatif. Generasi ini kerap menghadapi kontradiksi antara ekspektasi tinggi terhadap produktivitas dan inovasi dengan realitas kerja yang penuh ketidakpastian. Banyak dari mereka terjebak dalam sistem kerja fleksibel yang eksploitatif, seperti tuntutan kerja tanpa batas waktu dan kontrak sementara tanpa jaminan sosial yang memadai. Akibatnya, kondisi precarization semakin mengakar. Bagi kader GMNI, yang memiliki semangat juang dan idealisme tinggi untuk memperjuangkan keadilan sosial, situasi ini menjadi ironi. Di satu sisi, mereka harus tetap produktif meskipun kondisi kerja tidak mendukung, sementara di sisi lain mereka memikul tanggung jawab moral untuk terus memperjuangkan aspirasi kolektif para pekerja. Kondisi ini tidak hanya memengaruhi kesejahteraan individu, tetapi juga dapat mengikis potensi intelektual, semangat juang, serta daya transformasi generasi muda dalam menciptakan struktur sosial yang lebih adil. Oleh karena itu, peran negara menjadi sangat penting untuk merumuskan kebijakan yang konkret dan menyeluruh. Kebijakan ini harus memastikan pemenuhan hak-hak dasar pekerja, termasuk perlindungan sosial yang layak, serta penegakan regulasi yang konsisten untuk mengurangi ketimpangan dan menghentikan eksploitasi dalam sistem kerja fleksibel. Tanpa langkah nyata tersebut, ketimpangan struktural di pasar tenaga kerja akan terus menjadi ancaman bagi masa depan generasi muda dan stabilitas tatanan sosial secara keseluruhan.
- Advertisement -

Baca berita yang ini