Vaksinasi Covid19 di AS Diwarnai Lima Kasus Alergi Parah

Baca Juga

MATA INDONESIA, WASHINGTON – Meski sudah melakukan vaksinasi Covid19 sejak 14 Desember 2020, namun Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) Amerika Serikat menemukan lima reaksi alergi pada orang yang disuntik vaksin buatan Pfizer dan BioNTech pada minggu ini.

CDC AS pada Sabtu 19 Desember 2020 menyatakan sedang memantau laporan reaksi alergi vaksin COVID-19 dan membuat rekomendasi tentang bagaimana orang dengan riwayat alergi harus terus berjalan.

CDC pun membuat peraturan kepada siapa pun yang mengalami reaksi parah terhadap vaksin Covid19 tidak boleh menerima dosis kedua.

Reaksi parah itu jika setelah disuntik vaksin, seseorang harus minum obat efineprin atau bahkan dirawat di rumah sakit.

Individu dengan riwayat reaksi alergi parah terhadap vaksin harus melakukan konsultasi dengan dokter mereka mengenai vaksin Covid19.

CDC seperti dilansir Reuters menyebutkan orang dengan alergi parah terhadap makanan, hewan peliharaan, lateks atau kondisi lingkungan serta orang dengan alergi obat oral atau riwayat keluarga bisa berreaksi alergi parah masih bisa divaksinasi.

Pada Jumat FDA mengatakan vaksin Covid19 buatan Moderna tidak boleh diberikan kepada seseorang yang memiliki reaksi alergi parah terhadap komponen vaksin apa pun. Padahal vaksin itu sudah mengantongi izin penggunaan darurat.

Regulator medis Inggris menyebutkan bahwa setiap orang dengan riwayat anafilaksis atau reaksi alergi parah terhadap obat atau makanan, tidak boleh diberikan vaksin COVID-19 produksi Pfizer-BioNTech.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Resmi Jadi Kader NasDem, Sutrisna Wibawa bakal Bersaing Ketat dengan Bupati Gunungkidul

Mata Indonesia, Yogyakarta - Mantan Rektor Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Sutrisna Wibawa, telah resmi bergabung sebagai kader Partai Nasional Demokrat (NasDem). Hal ini jelas memperkuat dinamika politik Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Gunungkidul 2024.
- Advertisement -

Baca berita yang ini