Selamat, Bayern Munchen Juara Liga Jerman 2018/2019

Baca Juga

MINEWS, INTERNASIONAL – Bayern Munchen akhirnya keluar sebagai juara Liga Jerman atau Bundesliga musim 2018/2019 ini. Gelar juara itu diraih setelah Robben dkk memastikan kemenangan telak melawan Frankfurt dengan skor 5-1 di Stadion Allianz Arena, Sabtu 18 Mei 2019 WIB.

Munchen telah mengoleksi total 78 poin, atau unggul dua poin dari pesaing kuatnya yakni Borussia Dortmund di posisi kedua.

Gelar juara Liga Jerman ini merupakan raihan ke-29 bagi Munchen sepanjang sejarah. Kemenangan besar ini juga menjadi kado istimewa bagi dua pilar Munchen, yakni Arjen Robben dan Franck Ribery yang memutuskan hengkang.

Bermain garang sejak awal, Munchen cuma butuh empat menit untuk membuka keunggulan lewat Coman, ketika ia menyelesaikan bola sodoran Thomas Mueller untuk menaklukkan kiper Kevin Trapp.

Lalu, Munchen yang memperoleh situasi bola muntah ketika tembakan Mueller gagal diselamatkan sempurna oleh Trapp dan Alaba berada di posisi yang tepat untuk menyambarnya dari jarak dekat demi merestorasi keunggulan timnya.

Berselang lima menit kemudian, Sanches memperbesar keunggulan Muenchen menjadi 3-1 setelah ia melakukan penyelesaian dari sudut sempit usai menerima bola dari Coman.

Ribery ikut mencatatkan namanya di papan skor, setelah ia mencetak gol pamungkasnya di Liga Jerman ketika ia melewati dua bek lawan dan mengecoh Trapp untuk memperbesar keunggulan Muenchen menjadi 4-1.

Ribery melakukan selebrasi golnya dengan mengangkat seragamnya dan membaliknya untuk memperlihatkan namanya ke tribun penonton Allianz Arena.

Kemudian pada menit ke-78 giliran Robben yang mencetak gol dengan sebuah sontekan mudah menyambut umpan tarik Alaba. Hampir seluruh pemain Munchen yang berada di lapangan berkumpul mengerumuni Robben untuk merayakan gol tersebut.

Berita Terbaru

Sistem Kontrak Kerja jadi Masalah Generasi Muda, GMNI Singgung Keadilan Ketenagakerjaan di Indonesia

Sistem Kontrak Kerja jadi Masalah Generasi Muda, GMNI Singgung Keadilan Ketenagakerjaan di Indonesia Kondisi ketenagakerjaan saat ini menghadirkan berbagai tantangan signifikan yang berdampak pada kesejahteraan pekerja, terutama dalam menghadapi ketidakpastian kerja dan fenomena fleksibilitas yang eksploitatif atau dikenal sebagai flexploitation. Sistem kontrak sementara kerap menjadi salah satu akar permasalahan, karena tidak menjamin kesinambungan pekerjaan. Situasi ini semakin diperburuk oleh rendahnya tingkat upah, yang sering berada di bawah standar kehidupan layak, serta minimnya kenaikan gaji yang menambah beban para pekerja. Selain itu, kurangnya perlindungan sosial, seperti jaminan kesehatan yang tidak memadai, serta lemahnya penegakan hukum memperkuat kondisi precarization atau suatu kerentanan struktural yang terus dialami oleh pekerja. Di sisi lain, keterbatasan sumber daya negara juga menjadi penghambat dalam mendorong pertumbuhan sektor ekonomi kreatif yang potensial, di mana banyak pekerja terjebak dalam tekanan produktivitas tanpa disertai perlindungan hak yang memadai. Dalam konteks ini, generasi muda, termasuk kader-kader Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), menjadi kelompok yang paling rentan terhadap dinamika pasar kerja yang semakin eksploitatif. Generasi ini kerap menghadapi kontradiksi antara ekspektasi tinggi terhadap produktivitas dan inovasi dengan realitas kerja yang penuh ketidakpastian. Banyak dari mereka terjebak dalam sistem kerja fleksibel yang eksploitatif, seperti tuntutan kerja tanpa batas waktu dan kontrak sementara tanpa jaminan sosial yang memadai. Akibatnya, kondisi precarization semakin mengakar. Bagi kader GMNI, yang memiliki semangat juang dan idealisme tinggi untuk memperjuangkan keadilan sosial, situasi ini menjadi ironi. Di satu sisi, mereka harus tetap produktif meskipun kondisi kerja tidak mendukung, sementara di sisi lain mereka memikul tanggung jawab moral untuk terus memperjuangkan aspirasi kolektif para pekerja. Kondisi ini tidak hanya memengaruhi kesejahteraan individu, tetapi juga dapat mengikis potensi intelektual, semangat juang, serta daya transformasi generasi muda dalam menciptakan struktur sosial yang lebih adil. Oleh karena itu, peran negara menjadi sangat penting untuk merumuskan kebijakan yang konkret dan menyeluruh. Kebijakan ini harus memastikan pemenuhan hak-hak dasar pekerja, termasuk perlindungan sosial yang layak, serta penegakan regulasi yang konsisten untuk mengurangi ketimpangan dan menghentikan eksploitasi dalam sistem kerja fleksibel. Tanpa langkah nyata tersebut, ketimpangan struktural di pasar tenaga kerja akan terus menjadi ancaman bagi masa depan generasi muda dan stabilitas tatanan sosial secara keseluruhan.
- Advertisement -

Baca berita yang ini