Awal Mula WOTA Muncul, Sebutan untuk Penggemar Idol

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – ‘Wota’, itulah sebutan seseorang yang menggemari salah satu idol group perempuan asal Indonesia, JKT 48. Fans garis keras yang rata-rata diisi kaum laki-laki itu sudah menyebar ke segala penjuru kota besar di Indonesia.

Dari awal pembentukan JKT 48 pada 11 September 2011, sebutan Wota sudah populer. Jika didefenisikan ke dalam Bahasa, Wota sebenarnya tidak memiliki arti spesifik dan tidak menjurus kepada para fans JKT 48.

Sebutan Wota diambil dari Bahasa Jepang ‘Otaku’. Otaku adalah istilah Bahasa Jepang untuk sebutan orang-orang yang antusias terhadap sesuatu. Namun sejak tahun 1990, istilah Otaku mulai dikenal oleh masyarakat luar Jepang sebagai seseorang yang gemar berat terhadap manga dan anime.

Idol group di Jepang sebenarnya sudah menjadi tradisi dunia hiburan sejak 1980–an, pertama kali di populerkan oleh dua musisi trio Sannin Musume (Hibari Misora, Chiemi Eri, Izumi Yukimura) dan Spark Sannin Musume (Mie Nakao, Yukari Itoh, Mari Sono). Pengaruh itu mulai masuk ke Indonesia pada tahun 2011 dengan lahirnya JKT 48 sebagai versi Indonesia dari idol group Jepang AKB 48.

Karena akar dari JKT 48 berasal dari Jepang, maka sebutan untuk para fans pun ikut menggunakan istilah Bahasa Jepang. Penyebutan Wota sebenarnya lahir sebagai pembeda dari Otaku, karena menurut mereka otaku mempunyai arti berbeda yang tidak merujuk kepada penggemar suatu idol group.

Reporter: Viery Andhika Ramadian

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Mengapresiasi Keberhasilan TNI Tembak Mati Anggota OPM Egianus Kogoya

Oleh : Loa Murib Keberhasilan Tentara Nasional Indonesia (TNI) dalam menindak tegas Kelompok OrganisasiPapua Merdeka (OPM) Kodap III Ndugama pimpinan Egianus Kogoya patut mendapatkanapresiasi yang tinggi. Langkah tegas ini menjadi cerminan komitmen negara dalam menjagakeutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), sekaligus melindungimasyarakat Papua dari ancaman kekerasan yang kerap dilakukan kelompok separatis. Operasipenindakan oleh TNI di Kampung Aleleng, Distrik Tangma, Kabupaten Yahukimo bukansekadar respons militer, tetapi juga bagian dari upaya mengembalikan ketenangan warga sipildi Papua Pegunungan. Aksi brutal OPM sebelumnya telah mengganggu stabilitas dan menimbulkan luka mendalam, termasuk pembunuhan terhadap para pekerja pembangunan gereja di Wamena. Tak hanya itu, kelompok ini juga terlibat dalam perusakan hutan untuk ladang ganja ilegal, sebuah aktivitasyang menunjukkan bahwa tindakan mereka tidak lagi sekadar bernuansa ideologis, namunjuga merusak ekosistem dan tatanan sosial di daerah tersebut. Dalam konteks ini, langkahTNI hadir sebagai bentuk perlindungan negara terhadap warga yang selama ini hidup dalamketakutan. Informasi dari masyarakat menjadi kunci dalam keberhasilan operasi tersebut. Saat aparatmemperoleh laporan tentang keberadaan empat anggota OPM...
- Advertisement -

Baca berita yang ini