MATA INDONESIA, JAKARTA – Indonesia masuk kedalam wilayah Ring of Fire (Cincin Api) karena berada di lingkaran gunung api.
Tanah air tercinta kita ini memiliki 129 gunung api aktif yang tersebar melingkari kepulauan kita. Maka gempa bumi dan erupsi menjadi ‘makanan’ sehari-hari kita.
Gunung Merapi lerengnya terletak di beberapa wilayah yaitu Klaten (Sisi Tenggara), Boyolali (Sisi Utara dan Timur), Magelang (Sisi Barat) dan Sleman (Sisi Selatan).
Kawasan sekitar puncak Gunung Merapi dijadika taman nasional sejak 2004 yang dikenal dengan Taman Nasional Gunung Merapi. Taman nasional ini cukup diminati masyarakat baik penduduk setempat mupun wisatawan.
Namun, kisah menarik dari Gunung Merapi terlukis dalam sebuah legenda rakyat yang dilansir dari Dongeng Kita (YouTube).
Konon Gunung Merapi lokasinya merupakan dataran hutan yang sangat luas dan lebat. Meskipun luas dan lebat, ada manusia yang tinggal di dalamnya.
Jauh di dalam hutan tersebut terdapat sebuah tungku peleburan besi dan juga rumah panggung yang ternyata dihuni dua empu dikisahkan sangat sakti.
Empu tersebut terkenal karena keris pusaka buatannya. Keduanya bernama Empu Rama dan Empu Pamadi.
Dikisahkan, kedua empu tersebut membuat keris hanya menggunakan tangannya untuk menempa besi membara dan dibentuk menjadi sebuah keris.
Di selatan hutan tersebut, terdapat sebuah gunung yang berada di pantai berbatu karang yaitu Gunung Jamur Dipa. Namun status gunung tersebut sudah tidak aktif lagi.
Batara Narada dan Dewa Penyarikan terbang di atas Gunung Jamur Dipa, seperti sedang memeriksa sesuatu. Kemudian Batara Narada menyampaikan bahwa Gunung Jamur Dipa yang menyebabkan Pulau Jawa ternyata miring ke selatan dan harus dipindahkan pada dataran rendah di bagian utara.
Sementara, di bagian utara Gunung Jamur Dipa terdapat dataran rendah berupa hutan yang lebat. Hutan ini dapat dijadikan lokasi berpindahnya Gunung Jamur Dipa.
Namun sempat terpikirkan bahwa di dalam hutan tersebut masih ada dua empu sakti yang jadi penghuninya.
Sesaat setelah Empu Rama dan Empu Pamadi mengamati keris yang telah dibuatnya, datanglah Batara Narada dan Dewa Penyarikan menyampaikan maksud kedatangannya kemudian segera meminta kedua empu tersebut pindah dari hutan luas dan lebat itu sesuai pesan Batara Guru.
Tetapi Empu Rama dan Empu Pamadi menolaknya, karena hanya hutan itulah tempat yang tepat membuat keris saktinya. Jika mereka meninggalkan tempat itu kualitas kesaktian keris buatannya menurun.
Tak mau kalah, kedua pihak akhirnya beradu argumen sampai akhirnya mereka bertarung berhari-hari, sampai akhirnya Empu Rama dan Empu Pamadi menghancurkan tongkat milik Batara Narada dan Dewa Penyarikan yang membuat mereka kembali ke kahyangan serta melaporkan kekalahannya kepada Batara Guru.
Akhirnya, Batara Guru memerintahkan Batara Narada dan Dewa Penyarikan memindahkan Gunung Jamur Dipa ke hutan bagian utara meski kedua empu sakti itu masih tinggal di situ.
Empu Rama dan Empu Pamadi meninggal seketika akibat tertimpa Gunung Jamur Dipa. Gunung itu jatuh tepat di atas tungku perapian tempat empu sakti itu membuat keris saktinya yang membuat kawahnya berasap putih.
Gunung Jamur Dipa itu kemudian dikenal dengan nama Gunung Merapi.(Budiyani Rahmawati)