Mengenang Abdul Gafur, Pernah Ikut Aksi Tritura hingga Bikin Soekarno Ngakak

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) di era Orde Baru Abdul Gafur tutup usia pada Jumat, 4 September 2020 di RSPAD Gatot Soebroto. Sebelum jadi Menpora, ia dikenal sebagai salah satu tokoh aktivis 66 yang ikut menggulingkan Soekarno.

Gafur lahir di Patani-Halmahera, Maluku Utara, 20 Juni 1939. Di masa kuliah, ia cukup aktif sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Ia juga dikenal sebagai Ketua Presidium Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) Universitas Indonesia.

Sebagai gambaran, KAMI merupakan suatu wadah yang menaungi kaum muda dan mahasiswa untuk menganyang PKI yang diduga menjadi otak dari tragedi G30S PKI. Kelompok ini didirikan pada 25 Oktober 1965.

Kemunculan KAMI segera diikuti oleh sejumlah wadah perhimpunan serupa seperti Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia (KAPI), Kesatuan Aksi Pemuda dan Pelajar Indonesia (KAPPI), Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia (KASI), Kesatuan Aksi Guru Indonesia (KAGI), Keastuan Aksi Buruh Indonesia (KABI) hingga Kesatuan Aksi Wanita Indonesia (KAWI.

Rombongan KAMI ini pun segera menjalankan misinya dengan menggelar rangkaian aksi demonstrasi. Mereka mengajukan Tiga Tuntutan Rakyat (Tritura), yakni (1) Bubarkan PKI; (2) Rombak/bubarkan Kabinet Dwikora; dan (3) Turunkan harga kebutuhan pokok.

Saat menyerukan Tritura pada 10 Januari 1966, Gafur berada di garda terdepan. Kala itu, ia bersama Cosmas Batubara, David Napitupulu, Mohammad Zamroni, Tommy Wangke, Liem Bian Koen (Sofjan Wanandi), Aberson Marle Sihaloho, Djoni Sunarja, Firdaus Wajdi, Suwarto, Marie Muhammad, Akbar Tandjung dan Fahmi Idris. Kisahnya itu tercatat dalam buku otobiografi bertajuk ‘Abdul Gafur, Zamrud Halmahera’.

“Ketika masih di HIS (setingkat Sekolah Dasar) saya pertama kali melihat Bung Karno menggelorakan motivasi dan mimpi-mimpi untuk berjuang demi republik. Eh, saat mahasiswa saya bersama kawan-kawan menjadi kurang respek karena beliau menolak untuk bubarkan PKI,” ujarnya pada suatu kesempatan, melansir detikcom.

Namun, seruan Tritura tak digubris Soekarno. Gafur dan kawan-kawannya malah diundang Soekarno ke istana negara pada 18 Januari 1966. Dalam pertemuan itu, mereka dimarahi habis-habisan oleh Soekarno atas aksi mereka tersebut.

Bung Karno curiga para mahasiswa telah diperalat Duta Besar AS Marshal Green untuk menjatuhkan dirinya. Dia juga murka karena para mahasiswa ikut mengolok-olok salah satu istrinya, Hartini.

“Untuk pertama kali saya baru melihat seorang Presiden begitu emosional dengan suara sangat lantang. Kepala kami semua tertunduk ketika beliau berbicara dengan nada suara yang tinggi,” tulis Abdul Gafur dalam bukunya.

Untuk mencairkan suasana, Gafur berusaha membela diri dengan menyusun kalimat bernada candaan untuk menurunkan emosi Soekarno.

“Ayah saya berasal dari Aceh dan ibu saya dari Maluku Utara. Jadi saya sebenarnya putra Indonesia asli, Bapak Presiden. Maka saya pantas untuk memperoleh putri Bapak Presiden,” ujarnya usai didamprat Bung Karno.

Ternyata strategi ini sedikit berhasil. Soekarno langsung tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan Gafur. Kemudian dengan sinis menepis angan-angan Gafur.

“Kau berdemonstrasi untuk menurunkan saya dan sekarang kau mau putri saya. Tidak bisa Abdul Gafur,” kata Soekarno seraya diiringi tawa terbahak. Beberapa saat kemudian, Soekarno meminta Menteri Koordinator Hubungan Rakyat saat itu Roeslan Abdoelgani untuk memimpin pertemuan, lalu dia meninggalkan ruangan.

Namun, pertemuan itu tak membuahkan hasil yang memuaskan untuk kalangan mahasiswa. Gafur mengaku amat kecewa dengan sikap Soekarno yang tak menggubris Tritura.

Hingga akhir jabatannya Soekarno tetap bergeming dengan pendiriannya. Ia pun akhirnya dilengserkan lewat sidang istimewa MPRS pada 7 Maret 1967.

Demikian sepenggal kisah tentang Abdul Gafur. Selamat jalan dan bahagia di surga.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

ARPI DIY Desak Kejari Sleman, Menetapkan Tersangka Dugaan Korupsi Dana Hibah Pariwisata

Mata Indonesia, Kabupaten Sleman - Puluhan masa dari Aliansi Rakyat Peduli Indonesia (ARPI) DIY, kembali mendatangi Kantor Kejaksaan negeri (Kejari) Kabupaten Sleman pada hari Selasa tanggal 17 Desember 2024.
- Advertisement -

Baca berita yang ini