Home Viral Viral, Balita Minum Bir Sama Ibunya, Ini Resikonya Kata Dokter

Viral, Balita Minum Bir Sama Ibunya, Ini Resikonya Kata Dokter

0
445

MINEWS, JAKARTA-Belakangan ini netizen dihebohkan dengan video balita yang ‘dicekokin’ miuman dalam kaleng bir. Memang belum dipastikan apakah benar berisi bir atau diganti dengan yang lain.

Namun, jika memang benar anak yang ada dalam video tersebut diminumkan minuman mengandung alkohol, risikonya tak bercanda.

dr Laurentya Olga, MPhil, dokter pemerhati anak dan PhD research fellow di University of Cambridge menjelaskan konsumsi minuman beralkohol, termasuk bir, sangat berbahaya untuk bayi dan anak. Karenanya ibu hamil dan menyusui pun dianjurkan untuk tidak mengonsumsi alkohol.

“Efek jangka pendek yang dapat langsung terjadi adalah peningkatan kadar hormon insulin dalam darah sehingga menyebabkan hipoglikemia atau rendahnya kadar gula dalam darah. Gejalanya pusing, kejang, hingga tidak sadarkan diri,” lanjut dr Olga.

Alkohol juga mempengaruhi sistem saraf pusat yang mana pada anak membuat ini menjadi lebih rentan. Pada dosis yang fatal, ini dapat menyebabkan penurunan frekuensi napas dan denyut jantung hingga kematian.

“Pada anak, ini bahaya sekali karena alkohol diabsorbsi cepat di lambung dan masuk ke aliran darah. Konsumsi sedikit dan sengaja tertelan pun dapat berbahaya untuk anak karena rentang toleransi anak pasti lebih strict dibanding orang dewasa,” katanya.

Menurut dr Olga, ini dikarenakan berat badan bayi dan anak masih lebih rendah dibanding orang dewasa sehingga rasio alkohol yang dikonsumsi per berat badan jadi lebih besar, efeknya pun lebih besar.

“Terlebih, pada bayi terjadi perkembangan otak yang begitu signifikan. Konsumsi alkohol juga dapat mengganggu hal ini sehingga dalam jangka panjang dapat menyebabkan gangguan perkembangan otak hingga disabilitas,” katanya.

Senada juga dikatakan oleh Monica Sulistiawati, MPsi, Psikolog, dari Personal Growth. Menurutnya konsumsi alkohol dapat menghambat perkembangan otak, terlebih jika diberikan pada anak di bawah usia 5 tahun yang dalam tahapan golden age untuk tumbuh dan kembang.

“Hambatan pada perkembangan otak ini dapat mempengaruhi tingkat kecerdasan intelektual dan emosional. Jadi karena ini diberikan kepada anak batita atau balita,” katanya.

Sebagai tambahan, Monica menekankan bahwa ‘dead is dead’, ketika otak tidak berkembang optimal maka seterusnya cacat, tidak bisa diapa-apakan. Ini akan dibawa seumur hidup si anak.