MINEWS, INTERNASIONAL – Seorang anak perempuan berusia 11 tahun mati kelaparan gara-gara dipaksa berpuasa oleh orang tuanya. Orang tuanya percaya bahwa dengan cara ini anaknya akan lebih takut akan Tuhan.
Dilansir dari Daily Mail, ibunya yang berusia 26 tahun, Aline, dan ayah tirinya yang berusia 47 tahun, Enri, didakwa menyebabkan kematiannya. Saudara laki-lakinya juga dilaporkan hampir bernasib sama dengan dirinya. Tapi syukurlah karena adiknya yang berusia 8 tahun segera mendapatkan perawatan.
Anak perempuan yang diketahui bernama Perolla Pires dari Brasil meninggal dunia tanpa makanan dan air selama berhari-hari. Orang tuanya memiliki keyakinan agama yang kuat meminta dirinya untuk berdoa dalam diam selama berjam-jam.
“Ayah tiri memiliki keyakinan agama yang kuat dan percaya bahwa anak-anak perlu diselamatkan, perlu menjadi lebih takut kepada Tuhan dan harus menyucikan diri mereka sendiri. Dia mengklaim ini hanya bisa terjadi melalui puasa,” kata seorang petugas polisi.
Perolla diduga dikunci di kamarnya sejak Juni kemarin. Di kamarnya hanya ada tikar karet di lantai untuk tempat tidur.
Pada 24 Oktober, orang tuanya membawanya ke rumah sakit lima bulan setelah dia berhenti sekolah. Perolla sudah tak mampu lagi untuk keluar dari rumah karena lemah. Dia dibawa ke rumah sakit dengan kondisi tak bernyawa dan pucat hingga akhirnya dinyatakan meninggal dalam pemeriksaan.
Hasil otopsi menunjukkan bahwa penyebab kematian adalah malnutrisi protein kalori (PCM) atau kelaparan parah dan berkepanjangan. Orang tua gadis itu mencoba untuk menyangkal tanggung jawab dan justru bermaksud menyalahkan dokter.
“Enri mengklaim anak tirinya meninggal karena anemia dan tidak menyalahkan dirinya sendiri karena telah terjadi. Dia bahkan mengklaim hari ini bahwa dia akan melakukannya lagi,” kata polisi lagi.
Namun, polisi pun mendapatkan barang bukti atas perbuatan keduanya. Polisi menemukan 300 halaman tulisan tangan dari buku harian gadis itu di mana dia mencatat penderitaan yang dia lalui.
Setelah membaca buku harian putrinya, ibu Perolla menangis. Dia pun mengaku menyiksa dan memerintahkan gadis itu untuk minum air setelah dia meminta makanan.
“Kami percaya Perolla menderita siksaan jangka panjang dan meninggal setelah dua hari kelaparan dan dipaksa untuk berolahraga dan berdoa. Tetapi ada indikasi bahwa dia kekurangan gizi selama berbulan-bulan,” ugkap polisi.
Perolla dimakamkan Sabtu lalu dengan ratusan warga dari kota itu datang untuk memberi penghormatan, sementara saudara lelakinya telah ditempatkan dalam pelayanan sosial dan kemungkinan akan diadopsi oleh anggota keluarga.