Sejarah Opor, Sajian Khas Lebaran Hasil Akulturasi Tiga Budaya

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA-Keberadaan opor ayam untuk sajian Idul Fitri di Indonesia sudah jadi cerita lama. Meski ada beberapa versi sejarah opor mulai dari asimilasi budaya India hingga Cina makanan ini rasanya begitu lekat dengan masyarakat Indonesia.

Prof. Dr. Ir. Murdijati-Gardjito, Guru Besar Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Gadjah Mada menjawab simpang siur sejarah mengenai opor.

Menurutnya memang opor adalah masakan asli Jawa akan tetapi orang Jawa mengenal dua macam opor yaitu opor berkuah santan berwarna putih kecokelatan dan opor yang kuahnya berwarna kuning.

Menurut beliau, warna kuning pada opor merupakan pengaruh masakan India karena kunyit banyak digunakan dalam makanan khas negara tersebut.

“Sedangkan yang kuahnya berwarna putih lebih disukai oleh masyarakat Tionghoa yang akhirnya berdomisili di Jawa,” katanya mengutip kumparan.

Memang, masakan Cina tidak banyak yang menggunakan kelapa. Namun opor kuah putih ini jadi dekat dengan kuliner negeri tirai bambu karena penggunaan lontong yang bulat untuk lontong cap go meh.

Menurut Prof. Murdijati lontong yang bulat ini merupakan akulturasi karena masyarakat Cina mengagumi bentuk bulat yang menyerupai bulan purnama; bulat dan indah.

Lalu dari aspek bumbunya, opor menggunakan jintan. Nah, jintan ini merupakan bumbu yang banyak digunakan dalam seni dapur India. Jadi memang demikian, seni dapur itu merupakan persilangan antar budaya.

Kalau sekarang kebanyakan opor menggunakan ayam, dulu masyarakat Jawa bikin opor dari daging bebek. Di Solo, opor bebek sungguh tersohor, penggunaan kunyit bisa meredam bau amis dari daging bebek.

“Masyarakat Jawa dahulu membuat opor daging bebek sampai ada kalimat yang menjadi puisi Jawa: opor bebek mentas saka awake dhewek artinya mandiri dengan upayanya sendiri,” katanya.

Selanjutnya masyarakat Jawa yang lain seperti di Jogja, Jawa Tengah, dan Jawa Timur mengenal opor ayam. Opor daging sapi dengan kuah kuning juga banyak dikonsumsi; terutama dalam perayaan besar. Beberapa restoran dan rumah makan menyediakan opor sebagai lauk pauk untuk teman makan nasi rames atau lontong opor.

Ia juga berkisah bahwa di Solo, opor juga dapat diisi dengan rebung bambu petung. Sedangkan di Yogyakarta, tahu dan tempe pun bisa dimasak opor.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Kondusifitas Kamtibmas Pilkada Papua 2024 Terjamin, Aparat Keamanan Mantapkan Kesiapan

PAPUA — Kondusifitas keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas) pada pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Papua 2024 terjamin, seluruh jajaran...
- Advertisement -

Baca berita yang ini