Witan Sulaeman Marah Dipaksa Main 100 Persen Tanpa Digaji

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Witan Sulaeman bicara soal kemarahannya saat dipaksa main FK Senica dan harus memberikan kemampuan terbaik di lapangan meski berbulan-bulan tak digaji.

FK Senica mengalami kesulitan keuangan yang membuat mereka menunggak gaji pemainnya selama berbulan-bulan. Di tengah masa sulit, klub asal Slovakia itu tetap menuntut para pemainnya tampil maksimal di kompetisi domestik dan Piala Slovakia.

Banyak pemain yang memilih mundur. Begitu juga dengan dua pemain Indonesia, Witan dan Egy Maulana Vikri. Meski sempat kesal dengan FK Senica, Witan tetap bersyukur mendapat banyak pengalaman.

“Saya selalu berlajar pengalaman baru setiap hari. Karena kami tidak digaji, wajar kami membicarakan masalah ini di dalam tim,” ujar Witan, dalam wawancara bersama tvnoviny.sk.

“Manajemen memaksa kami terus bermain di liga dan Piala Slovakia dalam kondisi 100 persen. Tapi itu sungguh sulit. Kami semua marah, tapi kami tahu kami harus tetap main. Tanpa uang, sulit memberikan kemampuan terbaik setiap saat,” katanya.

Witan mengaku sempat marah dengan kondisi tersebut. Tapi, dia tetap bersyukur dengan pengalaman yang didapat bersama FK Senica.

“Saya akui terkadang saya marah, tapi saya berusaha menerimanya dengan tenang. Pertama-tama, ini adalah pengalaman berharga. Inilah kehidupan,” ucapnya.

“Itu sudah masa lalu. Saya tetap bersyukur manajemen memberikan saya kesempatan menunjukkan kemampuan dan bermain. Saya tak suka bicara soal uang, tapi lebih ke pengalaman,” ungkapnya.

Saat ini Witan bergabung dengan klub Slovakia lainnya, AS Trencin. Sementara Egy Maulana Vikri main dengan FC ViOn Zlate Moravce.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Upayakan Berantas Penumpukan Sampah Liar, Pemkab Bantul Optimalisasi 15 TPS3R

Mata Indonesia, Bantul - Pemkab Bantul terus mencari solusi terhadap sampah yang belum terkondisi di beberapa titik. Tak jarang masyarakat hingga pelaku usaha cukup kesulitan harus membuang kemana sampah mereka.
- Advertisement -

Baca berita yang ini