MATA INDONESIA, JAKARTA-Setelah dua tahun terbelenggu dengan kasus covid-19, kini berbagai perayaan mulai kembali dilakukan. Salah satunya perayaan Weh-Wehan atau Ketuinan.
Tradisi unik warga di Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kendal ini telah berlangsung sejak puluhan tahun lalu.
Tradisi Weh-Wehan atau Ketuin merupakan tradisi saling berbagi dan memberi makanan kepada tetangga.
Seperti yang diselenggarakan di Kampung Kenduruan, Desa Krajan Kulon, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kendal.
Bagi warga Kaliwungu, tradisi ini seperti layaknya hari raya. Sebab anak-anak mengenakan baju baru berkeliling kampung membawa makanan untuk dibagikan kepada tetangga.
Bagi anak-anak dan remaja, tradisi Weh-Wehan paling dinanti karena banyak makanan yang didapat.
“Tradisi ini saling memberi makanan kepada orang lain, dan hanya ada di Kaliwungu untuk memperingati Maulud Nabi Muhammad,” kata salah satu warga Kenduruan, Rayhan.
Sedangkan bagi warga, tradisi Ketuin yang dilaksanakan tahunan perlu dilestarikan, khususnya anak muda.
“Dalam tradisi ini, makanan yang disajikan dan dibagikan kepada tetangga beraneka macam. Mulai makanan tradisional, hingga makanan kemasan yang mudah diperoleh,” kata warga lainnya, Lutfiana.
Makanan khas Kaliwungu yang disajikan dalam tradisi ini adalah sumpil dan ketan beraneka warna. Sumpil merupakan makanan berbahan beras dan dibungkus dengan daun bambu.
Hidangan ini disajikan dengan bumbu kelapa parut yang sudah diberi bumbu pedas.
Tradisi Ketuin dipopulerkan Mbah Akhmad Rukyat, sesepuh dan ulama Kaliwungu yang mengajarkan tentang kebersamaan dan saling berbagi.
“Filosofinya adalah tenggang rasa dan saling berbagi, serta mengajarkan kebersamaan. Tradisi ini terus terjaga dan menjadi kearifan lokal di Kaliwungu Kendal,” kata warga lainnya, Abdul Fatah.
Weh-wehan dalam bahasa Jawa berarti saling memberi. Di sini diajarkan untuk saling memberi kepada sesama tanpa memandang status sosial.