MATA INDONESIA, JAKARTA – Kemajemukan merupakan salah satu kekhasan dari Indonesia karena tidak ada satupun bangsa yang memiliki keanekaragaman suku, budaya dan etnis layaknya di Tanah Air. Maka kelebihan ini harus dijaga dari oknum yang tidak simpatik terhadap adanya kemajemukan di dalam kehidupan masyarakat.
Peneliti senior dari Lemaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Dr Muhammad Rifqi Muna menegaskan bahwa memang masih ada oknum yang tidak mendukung adanya kemajemukan.
“Sekarang ada orang yang ngomong kemajemukan aja ada yang marah kok,” kata Rifqi Muna kepada Mata Indonesia News, Minggu 28 Februari 2021.
Ternyata hal ini tidak lepas dari berkembangnya politik identitas yang cenderung memaksakan keseragaman sehingga cenderung mengabaikan kemajemukan. Saat ini sifat anti kemajemukan tercermin dari munculnya model sikap takfiri, teroris dan jihadis.
Ketiga aspek ini berpotensi menjadi sumber konflik bila terus menerus tumbuh subur di tengah kehidupan masyarakat. Bahkan tidak menutup kemungkinan bila sifat tersebut berkembang menjadi aksi teror yang mengancam keamanan. Maka diperlukan langkah antisipasi untuk mencegah perkembangan sifat anti kemajemukan.
“Pemerintah selalu antisipasi semua gerakan semacam itu, Indonesia punya sistem, munculnya terorisme bukan hanya penaganan jika muncul,” kata Rifqi Muna.
Seluruh elemen masyarakat diharapkan tidak lelah untuk merajut kemajemukan agar potensi ancaman yang bisa merusak persatuan bisa diredam. Mengingat perbedaan agama, suku, budaya dan bahasa seharusnya bisa menjadi kekuatan bagi Indonesia.