Warga Tonga menjadi Tuli Akibat Letusan Gunung Berapi

Baca Juga

MATA INDONESIA, NUKUALOFA – Ketika gunung berapi Hunga Tonga-Hunga Ha’apai di Tonga meletus dengan dahsyat, mengirimkan gelombang kejut dan tsunami ke seluruh Pasifik, ledakan di negara pulau kecil itu begitu memekakkan telinga. Warga yang melarikan diri hanya bisa melambaikan tangan kepada orang yang mereka cintai untuk menyelamatkan diri.

“Ledakan pertama … telinga kami berdenging dan kami bahkan tidak bisa mendengar satu sama lain, jadi yang kami lakukan hanyalah menunjuk keluarga kami untuk bangun, bersiap-siap untuk lari,” kata jurnalis lokal Marian Kupu, melansir Reuters, Kamis, 20 Januari 2022.

“Kami mengungsi dan kemudian kami sekeluarga kabur begitu saja dari kawasan Kolovai, karena Kolovai berada tepat di tepi pantai,” kata Kupu menjelaskan suasana kisruh di luar ibu kota Nuku’alofa.

Letusan gunung berapi di dalam laut yang menewaskan sedikitnya tiga orang, mengirim gelombang tsunami setinggi sekitar 15 meter (50 kaki) menerjang pantai di satu pulau kecil dan merusak desa, resor, dan banyak bangunan lainnya. Bencana ini juga memutus komunikasi domestik dan luar negeri, setelah kabel internet bawah laut terputus.

Pusat Penerbangan Luar Angkasa Goddard, NASA mengatakan kekuatan letusan itu diperkirakan setara dengan lima hingga 10 megaton TNT atau lebih dari 500 kali bom nuklir yang dijatuhkan Amerika Serikat (AS) di kota Hiroshima, Jepang, pada Perang Dunia II, 6 Agustus 1945.

Berdiri di pinggir jalan ibu kota, Kupu mengenakan masker dan selendang putih untuk melindungi dirinya dari debu vulkanik yang menyelimuti Tonga dan mencemari persediaan air minum.

“Debu ada di atap, pohon, di mana-mana. Yang kita khawatirkan sekarang adalah air minum yang bersih. Sebagian besar air minum kita sudah tercemar debu vulkanik,” ucapnya.

“Mungkin kita bisa bertahan selama beberapa minggu ke depan tapi saya tidak yakin tentang air,” katanya, menambahkan bahwa listrik sudah hidup, tapi mati-matian.

Di sekitar ibu kota dan di pulau-pulau terluar, warga Tonga bergerak melewati puing-puing dan debu saat mereka memulai tugas panjang untuk membangun kembali dan menunggu bantuan asing tiba.

“Saya tidak akan mengatakan kami mengharapkan lebih banyak kematian tetapi ketika kami berbicara, pemerintah sedang mencoba untuk terbang ke pulau-pulau lain untuk memeriksa mereka,” tuntasnya.

Tonga, sebuah negara di Pasifik Tonga, diguncang oleh letusan gunung berapi bawah laut Hunga Tonga-Hunga Ha’apai pada Sabtu (15/1), yang memicu badai tsunami beberapa menit kemudian.

Dentuman letusan gunung meletus pada akhir pekan lalu bahkan dapat terdengar hingga Alaska, Amerika Serikat dan memicu peringatan tsunami di Pantai Barat AS. Bencana alam dashyat di Tonga itu juga mengirimkan gelombang melintasi lautan ke Jepang bahkan Peru.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pemerintah Tegaskan Bansos Harus Bermanfaat, Bukan Alat Judi Daring

Oleh : Wiliam Pratama Bantuan sosial (bansos) yang disalurkan oleh pemerintah merupakan bentuk nyata kepeduliannegara terhadap masyarakat yang terdampak situasi ekonomi. Di tengah tekanan daya beliakibat fluktuasi harga kebutuhan pokok, bansos menjadi instrumen penting untuk menjagastabilitas sosial, membantu keluarga kurang mampu memenuhi kebutuhan dasar, sertamenjadi penguat daya tahan rumah tangga. Namun di balik niat baik itu, terdapat tantanganserius: penyalahgunaan bansos untuk praktik Judi Daring yang merusak sendi ekonomi dan moral masyarakat. Wakil Presiden RI, Gibran Rakabuming Raka, secara tegas mengingatkan masyarakatpenerima Bantuan Subsidi Upah (BSU) agar tidak menyalahgunakan dana bantuan untukaktivitas yang kontraproduktif. Dalam kunjungannya ke Kota Pekanbaru, Wapres meninjaulangsung proses penyaluran BSU yang diberikan kepada pekerja sektor informal dan buruhterdampak ekonomi. Ia menekankan bahwa bansos ini bukan untuk dibelanjakan pada kegiatan spekulatif seperti Judi Daring, tetapi harus digunakan untuk memenuhi kebutuhanpokok dan memperkuat ekonomi keluarga. Peringatan Wapres Gibran bukan tanpa dasar. Praktik Judi Daring saat ini telah menjangkitiberbagai lapisan masyarakat, termasuk mereka yang berada dalam tekanan ekonomi. Dengandalih “mencari keberuntungan,” sebagian masyarakat justru terjebak dalam pusaran hutangdan ketergantungan. Hal ini sangat ironis, karena dana yang disediakan negara sebagaipenopang hidup justru berpotensi menjadi jalan kehancuran jika tidak digunakan secara bijak. Hal senada juga ditegaskan oleh Gubernur Jawa...
- Advertisement -

Baca berita yang ini