MATA INDONESIA, SYDNEY – Menumpuknya proses visa di Australia menyebabkan sekitar satu juta calon pekerja terancam gagal bekerja. Hal tersebut melumpuhkan bisnis di Australia.
Pembatasan ketat selama pandemi dan terbatasnya pekerja liburan serta pelajar asing membuat perusahaan di Australia berjuang ekstra keras. Mereka harus berjuang mengisi kekosongan pekerjaan dan mempertahankan bisnis mereka.
Lebih dari 914.000 aplikasi baik visa permanen dan sementara masih tertahan di imigrasi. Hal tersebut merujuk pada data imigrasi terakhir pada tanggal 12 Agustus 2022.
Dari jumlah tersebut, terdapat sekitar 370.000 visa yang masuk kategori pengunjung sementara,visa pelajar, dan visa terampil yang merupakan kunci pemulihan ekonomi negara. Jumlah tersebut juga termasuk pemohon yang sudah berada di Australia dan ingin mengubah status visa mereka menjadi permanen.
kekurangan sumber daya di kantor imigrasi menyebabkan terjadinya penundaan pengabulan visa. Selain itu, selama dua tahun para petugas imigrasi membiarkan tumpukan aplikasi visa karena pembatasan akses menuju Australia saat pandemi.
Persaingan tenaga kerja terampil meningkat di seluruh dunia. Hal tersebut terjadi pada sektor industri yang terpaksa memotong jumlah tenaga kerja. Selain itu, pekerja juga melakukan pekerjaan nya secara jarak jauh.
PM Australia, Anthony Albanese mengajak para politisi, bisnis, serikat pekerja, dan pihak terkait lainnya untuk membahas masalah tersebut di Komisi Tingkat Tinggi (KTT) Pekerjaan dan Keterampilan nasional minggu ini.
Melansir dari Reuters, Juru Bicara Departemen Dalam Negeri Australia mengatakan “Pemerintah mengakui pentingnya imigrasi pengunjung dalam mengatasi kekurangan tenaga kerja saat ini dan merangsang kegiatan ekonomi.”
Departemen Dalam Negeri Australia merekrut lebih dari 180 staf baru untuk memroses visa sejak Mei 2022 lalu.
Imigrasi Australia berhasil memproses hampir 1,14 juta aplikasi orang yang berada diluar Australia dalam dua bulan terakhir.