MATA INDONESIA, JAKARTA – Covid-19 yang menyebabkan sakit berat dan kematian di Indonesia belakangan ini bukan varian Delta dan Delta Plus.
Pernyataan itu berasal dari Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Prof. Amin Subandrio di Jakarta, Minggu 1 Agustus 2021.
“Kita lihat yang terinfeksi varian Delta tidak semuanya berat dan pasien berat saat ini tidak semuanya karena Delta. Jadi hubungan Delta dengan peningkatan morbiditas dan mortalitas untuk di Indonesia itu belum ada dukungan bukti yang kuat,” ujar Amin seperti dilansir www.antaranews.com.
Menurut Amin hingga kini menurut pengamatan, varian Delta terhadap kasus-kasus yang ada di Tanah Air belum memiliki data secara ilmiah bisa menyebabkan gejal lebih berat hingga kematian.
Sementara berdasarkan pengamatan terhadap kasus-kasus yang ada di Tanah Air, Lembaga Eijkman belum memiliki data ilmiah yang menyebabkan gejala lebih berat.
Kasus di Jambi, menurut Amin, setelah ditelusuri ternyata bukan varian Delta Plus tetapi kelompok varian lokal Indonesia dengan kode B.1466.2.
Lembaga biologi molekuler dan bioteknologi kedokteran itu sebelumnya melaporkan terdapat dua varian Delta Plus yang terkonfirmasi di Jambi serta satu kasus yang sama di Mamuju.
Setelah dikaji lebih dalam, Eijkman ternyata varian Delta Plus hanya terdeteksi satu kasus yaitu di Mamuju.