Update Terbaru, DBD di NTT Tembus 930 Kasus

Baca Juga

MATA INDONESIA, KUPANG – Perkembangan kasus demam berdarah dengue (DBD) di Nusa Tenggara Timur terus bertambah.

Menurut Kepala Dinas Kesehatan NTT dr Messe Ataupah, berdasarkan data kasus DBD periode Januari – 6 Februari 2022 sudah mencapai 930 kasus dan 8 orang meninggal. Jika dibandingkan dengan periode Januari – Februari 2021, ada 661 kasus dan 4 orang meninggal.

Ia mengungkapkan bahwa sejauh ini yang dilakukan Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk mendukung keberhasilan pencegahan dan penanganan DBD antara lain lewat pendistribusian Logistik DBD (Abate, Malathion) ke 22 Kabupaten/Kota Januari 2022.

“Kunjungan ke Kabupaten Sikka, Nagekeo,Ngada,Kota Kupang untuk melakukan penyelidikan epidemiologi untuk memutus mata rantai penularan oleh Tim Provinsi bersama tim Kabupaten pada bulan Januari 2022,” ujarnya kepada wartawan, Senin 7 Februari 2022.

Selain itu, ada penyusunan perencanaan logistik tahun 2022 dan permintaan logistik DBD ke Subdit Arbovirosis Kemkes RI.

Kemudian melakukan koordinasi dengan Kabupaten/Kota terkait pelaksanaan pencegahan dan pengendalian serta upaya upaya yang harus dilaksanakan melalui surat menyurat, telepon dan WhatsApp.

Meski demikian, ada sejumlah kendala yang merintangi pencegahan DBD di NTT yaitu peran serta masyarakat dalam pencegahan dan pengendalian DBD masih rendah.

“Selain itu, koordinasi dan kolaborasi dengan lintas sektor belum berjalan dengan baik. Ditambah lagi, pemberantasan sarang nyamuk belum dilaksanakan secara rutin dan penderita DBD yang meninggal terlambat dibawa ke fasilitas kesehatan,” katanya.

Adapun update data penyebaran DBD di NTT hingga 6 Februari 2022 sebagai berikut :

1. Kota Kupang ada 181 kasus, 1 meninggal pada periode Januari – 6 Februari 2022. Sementara pada Januari – Februari 2021, ada 247 kasus, 1 meninggal.

2. Kabupaten Kupang ada 11 kasus pada periode Januari – 6 Februari 2022. Sementara pada Januari – Februari 2021, ada 35 kasus.

3. TTS pada periode Januari – 6 Februari 2022 ada 33 kasus. Sementara pada Januari – Februari 2021, ada 4 kasus.

4. TTU pada periode Januari – 6 Februari 2022 ada 15 kasus. Sementara pada Januari – Februari 2021, ada 30 kasus.

5. Belu pada periode Januari – 6 Februari 2022 ada 24 kasus. Sementara pada Januari – Februari 2021, ada 15 kasus.

6. Rote pada periode Januari – 6 Februari 2022 ada 0 kasus. Sementara pada Januari – Februari 2021, ada 1 kasus dan 1 meninggal.

7. Alor pada periode Januari – 6 Februari 2022 tak ada kasus. Begitupun pada Januari – Februari 2021 juga nihil kasus.

8. Flores Timur pada periode Januari – 6 Februari 2022 ada 24 kasus. Sementara pada Januari – Februari 2021, ada 3 kasus, 1 meninggal.

9. Lembata pada periode Januari – 6 Februari 2022 ada 60 kasus. Padahal pada Januari – Februari 2021 tak ada kasus.

10. Ende pada periode Januari – 6 Februari 2022 ada 4 kasus. Sementara pada Januari – Februari 2021, ada 14 kasus.

11. Sikka pada periode Januari – 6 Februari 2022 ada 136 kasus, 1 meninggal. Sementara pada Januari – Februari 2021, ada 47 kasus.

12. Ngada pada periode Januari – 6 Februari 2022 ada 27 kasus, 3 meninggal. Sementara pada Januari – Februari 2021, ada 31 kasus, 1 meninggal.

13. Nagekeo pada periode Januari – 6 Februari 2022 ada 20 kasus, 1 meninggal. Sementara pada Januari – Februari 2021, ada 6 kasus.

14. Manggarai pada periode Januari – 6 Februari 2022 ada 13 kasus. Sementara pada Januari – Februari 2021, ada 15 kasus.

15. Manggarai Timur pada periode Januari – 6 Februari 2022 tak ada kasus. Sementara pada Januari – Februari 2021, ada 93 kasus.

16. Manggarai Barat pada periode Januari – 6 Februari 2022 ada 198 kasus. Sementara pada Januari – Februari 2021, ada 9 kasus.

17. Sumba Timur pada periode Januari – 6 Februari 2022 ada 21 kasus. Sementara pada Januari – Februari 2021, ada 30 kasus.

18. Sumba Barat pada periode Januari – 6 Februari 2022 ada 19 kasus. Sementara pada Januari – Februari 2021, ada 12 kasus.

19. Sumba Barat Daya pada periode Januari – 6 Februari 2022 ada 88 kasus, 1 meninggal. Sementara pada Januari – Februari 2021, ada 10 kasus.

20. Sumba Tengah pada periode Januari – 6 Februari 2022 ada 7 kasus, 1 meninggal. Sementara pada Januari – Februari 2021, ada 3 kasus.

21. Sabu Raijua pada periode Januari – 6 Februari 2022 ada 32 kasus. Sementara pada Januari – Februari 2021, ada 46 kasus.

22. Malaka pada periode Januari – 6 Februari 2022 ada 17 kasus. Sementara pada Januari – Februari 2021, ada 10 kasus.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Danantara Dorong Kontribusi Program Swasembada Pangan

Oleh: Puteri Mahesa Widjaya*) Indonesia memasuki babak baru dalam upaya mewujudkan kemandirian pangannasional melalui langkah-langkah progresif yang digerakkan oleh Badan PengelolaInvestasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara). Lembaga ini tampil sebagai simboltransformasi pengelolaan aset negara yang bukan hanya efisien secara ekonomi, tetapijuga berpihak pada kebutuhan strategis bangsa. Dengan visi kuat dan strategi terukur, Danantara membuktikan diri sebagai motor penggerak utama program swasembadapangan. Langkah-langkahnya mencerminkan optimisme masa depan, di mana kekuatandomestik diolah menjadi sumber daya nasional yang berdaulat. Danantara hadir bukansekadar sebagai pengelola investasi, tetapi sebagai garda depan perubahan yang membawa harapan besar bagi terwujudnya kedaulatan pangan Indonesia. Komitmen Danantara terhadap program swasembada pangan mendapat apresiasi dariberbagai pihak, termasuk legislatif. Anggota Komisi VI DPR RI, Subardi, menyampaikan harapan besar agar Danantara dapat menjadi pemimpin dalam penguatan kedaulatanpangan nasional. Ia menegaskan bahwa Danantara memiliki kapasitas kelembagaanuntuk mengonsolidasikan aset-aset negara, termasuk lahan dan alat produksi yang belum terkelola secara maksimal. Menurutnya, banyak aset tanah milik negara, baikyang dikelola BUMN seperti PT Perkebunan Nusantara, Perhutani, maupun ID Food, yang dapat diberdayakan untuk mendukung ketahanan pangan. Dukungan ini menjadipenguat arah kebijakan Danantara dalam memanfaatkan kekuatan domestik gunamemenuhi kebutuhan strategis bangsa. Salah satu fokus utama Danantara dalam mewujudkan swasembada pangan adalahkonsolidasi aset-aset negara berupa lahan produktif. Melalui identifikasi dan pemetaanulang terhadap lahan-lahan yang selama ini belum dimanfaatkan secara optimal, Danantara mengambil langkah proaktif untuk menjadikannya sebagai basis produksipangan. Lahan milik negara yang berada di bawah pengelolaan berbagai BUMN kinidiarahkan untuk mendukung pertanian strategis, termasuk komoditas pangan pokokyang selama ini menjadi kebutuhan utama masyarakat. Hal ini sejalan dengan visijangka panjang pemerintah untuk menjadikan tanah sebagai sumber dayaberkelanjutan demi kesejahteraan rakyat. Tak hanya itu, Danantara juga mengedepankan revitalisasi pabrik dan alat produksiyang tersebar di berbagai wilayah. Dengan menghidupkan kembali fasilitas produksimilik negara, Danantara membangun fondasi industri pangan yang kuat dan efisien. Pabrik-pabrik yang telah dipulihkan akan difungsikan kembali sebagai pusat pengolahanhasil pertanian, gudang logistik, maupun sebagai pusat distribusi bahan pokok. Langkahini akan mempercepat rantai pasok, mengurangi biaya logistik, serta meningkatkandaya jangkau pangan ke seluruh penjuru nusantara. Dukungan Danantara terhadap ketahanan pangan juga ditunjukkan melalui konsolidasisektor pupuk. Chief Operating Officer BPI Danantara, Dony Oskaria, menjelaskan bahwadalam rencana kerja tahun 2025, industri pupuk menjadi salah satu prioritas utama. Konsolidasi ini mencakup pembangunan dan perbaikan pabrik, serta penyederhanaanproses bisnis agar produksi lebih efisien. Menurutnya, strategi ini bertujuan menurunkanbiaya produksi pupuk dan memastikan ketersediaannya bagi petani di seluruh wilayahIndonesia. Langkah tersebut menjadi bukti nyata bahwa Danantara tidak hanya fokuspada aspek korporasi, tetapi juga pada pelayanan terhadap kepentingan publik secaraluas. Dony juga menjabarkan bahwa Danantara telah menetapkan tiga klaster program utama: restrukturisasi, konsolidasi, dan pengembangan. Ketiga pilar ini menjadi fondasidalam optimalisasi sembilan sektor strategis BUMN, termasuk sektor pangan, pupuk, kawasan industri, dan hilirisasi komoditas. Program kerja ini mencerminkan keseriusanDanantara dalam membentuk sistem industri nasional yang tangguh dan efisien, dengan tujuan akhir mendukung kemandirian ekonomi dan ketahanan nasional. Untuk memastikan keberlanjutan seluruh inisiatif tersebut, Danantara juga menekankanpentingnya penguatan tata kelola kelembagaan, termasuk di bidang manajemen risiko, legalitas aset, sumber daya manusia, dan keuangan. Pendekatan ini menunjukkanbahwa transformasi yang dilakukan Danantara bukan semata-mata pada sisi fisik atauaset, tetapi juga menyangkut reformasi manajerial yang menyeluruh. Dalam konteks ini, Danantara hadir sebagai wajah baru dari pengelolaan investasi negara yang modern, efisien, dan berpihak pada kepentingan nasional jangka panjang. Langkah-langkah strategis Danantara juga didukung dengan kolaborasi lintas sektor, baik dengan kementerian teknis, pemerintah daerah, hingga pelaku usaha dankomunitas lokal. Kemitraan yang inklusif ini menjadi kekuatan penting dalammempercepat implementasi program swasembada pangan secara merata di berbagaiwilayah Indonesia. Dengan memperkuat sinergi, Danantara memastikan bahwa setiapelemen dalam rantai nilai pertanian, mulai dari produksi hingga distribusi, dapatberfungsi optimal. Dalam konteks pembangunan nasional, kehadiran Danantara menjadi representasi daritekad bangsa untuk berdiri di atas kaki sendiri. Pengelolaan aset negara yang diarahkanuntuk kebutuhan rakyat merupakan bentuk nyata dari ekonomi berdaulat. Melaluilangkah-langkah konkret yang dilakukan saat ini, Danantara tidak hanya memperkuatsektor pangan, tetapi juga meneguhkan peran strategis BUMN sebagai instrumenpembangunan nasional yang relevan dan berdampak langsung. Dengan arah yang jelas dan semangat kolaboratif yang tinggi, Danantara diyakini akanmenjadi lokomotif baru dalam mewujudkan swasembada pangan yang berdaulat, inklusif, dan berkelanjutan. Indonesia sedang bergerak menuju kemandirian pangan, dan Danantara berada di garda depan perjuangan ini, membawa harapan, solusi, danmasa depan yang lebih cerah bagi seluruh rakyat Indonesia. *Penulis merupakan Jurnalis Ekonomi dan Investasi
- Advertisement -

Baca berita yang ini