Uni Eropa Luncurkan Program Vaksin Solidaritas

Baca Juga

MATA INDONESIA, BRUSSELS – Mayoritas negara anggota Uni Eropa setuju untuk membagikan sebagian dari vaksin COVID-19 yang mereka terima kepada lima negara Uni Eropa yang dianggap paling membutuhkan.

Setelah negosiasi panjang, Duta Besar Uni Eropa akhirnya memutuskan untuk mengubah sistem tersebut dengan 10 juta dosis BioNTech-Pfizer yang akan dikirim pada kuartal kedua, sehingga negara-negara anggota Uni Eropa yang lebih membutuhkan menerima lebih banyak vaksin.

Dari 10 juta vaksin, sebanyak 2,85 juta disebut vaksin solidaritas dan akan dibagikan ke lima negara anggota Uni Eropa, di antaranya: Bulgaria, Kroasia, Estonia, Latvia, dan Slovakia.

“Kroasia mendapatkan tambahan sebanyak 747 ribu dosis vaksin Pfizer-BioNTech pada akhir Juni tahun ini,” kata Perdana Menteri Kroasia, Andrej Plenkovic dalam sebuah pernyataan, dilansir Reuters, Jumat, 2 Maret 2021.

Sementara Perdana Menteri Estonia, Kaja Kallas memuji solidaritas dan kerja sama Uni Eropa. Ia juga mengatakan bahwa negara yang terletak di Eropa Utara itu akan menerima vaksin COVID-19 tambahan, sebanyak 62 ribu dosis.

Akan tetapi, Austria, Republik Ceko, dan Slovenia menolak proposal tersebut. Dalam sebuah pernyataan, ketiga negara ini mengatakan bahwa negara mereka masih membutuhkan lebih banyak dosis untuk mengatasi tingkat infeksi dan kematian yang tinggi.

Sementara negara anggota Uni Eropa yang setuju dengan vaksin solidaritas, di antaranya: Belgia, Siprus, Denmark, Finlandia, Prancis, Jerman, Yunani, Hongaria, Irlandia, Italia, Lituania, Luksemburg, Malta, Belanda, Polandia, Portugal, Rumania, Spanyol, serta Swedia.

Uni Eropa mengharapkan peningkatan besar pengiriman pada kuartal kedua yang dikatakan akan cukup untuk menginokulasi setidaknya 70 persen dari populasi orang dewasa pada Juli, dan mempercepat upaya vaksinasi yang sejauh ini masih terbilang lamban.

Sekitar 200 juta dosis vaksin Pfizer-BioNTech jatuh tempo pada kuartal tersebut, cukup untuk menginokulasi 100 juta orang, sementara pengiriman suntikan dosis tunggal Johnson & Johnson akan dimulai bulan ini.

Sebelumnya, Presiden Komisi Uni Eropa, Ursula von der Leyen kecewa dengan perusahaan vaksin asal Inggris, AstraZeneca. Hal ini dikarenakan kurangnya pengiriman vaksin COVID-19, padahal gelombang infeksi ketiga tengah melonjak di seluruh penjuru Eropa.

Ursula von der Leyen pun memberi peringatakan keras kepada pihak AstraZeneca dan meminta perusahaan tersebut untuk bertanggung jawab dengan menaati kaidah yang telah disepakati.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Kondusifitas Kamtibmas Pilkada Papua 2024 Terjamin, Aparat Keamanan Mantapkan Kesiapan

PAPUA — Kondusifitas keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas) pada pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Papua 2024 terjamin, seluruh jajaran...
- Advertisement -

Baca berita yang ini